90 ladang menjadi prioritas terakhir dengan skor 0,197. Hal ini disebabkan karena
persepsi responden yang menyatakan bahwa ladang menghasilkan aliran permukaan dan erosi yang paling tinggi, sehingga tidak sesuai jika diterapkan di
kawasan penyangga. Sesuai dengan kondisi tersebut, Arini et al. 2007 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa skenario penggunaan lahan pertanian lahan
kering termasuk perkebunan menghasilkan nilai rata-rata kehilangan tanah yang cukup tinggi dibandingkan kondisi aktual.
5.4.2.2 Kawasan Budidaya.
Persepsi berbagai pemangku kepentingan terkait penggunaan lahan di kawasan budidaya menempatkan kriteria ekonomi berada pada prioritas tertinggi.
Hasil analisis menunjukkan skor ekonomi, sosial dan ekologi berturut-turut adalah 0,357; 0,331; dan 0,312. Kriteria ekonomi menjadi prioritas utama karena
kawasan budidaya ini memang diperuntukkan bagi penggunaan lahan yang dapat meningkatkan perekonomian khususnya masyarakat setempat. Masyarakat dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada di kawasan ini semaksimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan secara finansial seperti menghasilkan produk-produk
dari penggunaan lahan untuk dipasarkan sehingga meningkatkan pendapatannya. Setelah mempertimbangkan faktor ekonominya, mereka berpendapat bahwa
prioritas kedua yang harus dipertimbangkan adalah faktor sosial. Faktor sosial menjadi penting karena penggunaan lahan di kawasan budidaya sangat erat
kaitannya dengan sumber daya manusia seperti banyaknya tersedia tenaga kerja dan kemampuan teknik yang dimiliki masyarakat dalam mengelola lahan. Faktor
lingkungan menjadi pertimbangan terakhir, karena fungsi konservasi terhadap lingkungan menurut mereka telah dipenuhi oleh kawasan lindung dan kawasan
penyangga. Berdasarkan analisis pada tingkat 3, sub kriteria Peluang Pasar menjadi
prioritas utama dalam pemilihan penggunaan lahan yang ditunjukkan dengan skor tertinggi yaitu 0,181. Sub kriteria ini lebih tinggi dibanding Sumber Pendapatan
yang berada pada prioritas kedua dengan skor 0,175, karena responden umumnya berpendapat bahwa jika peluang pasarnya tinggi maka secara langsung akan
meningkatkan pendapatan. Skor kedua sub kriteria yang berada pada urutan 2
91 teratas memperkuat hasil analasis pada tingkat 2 bahwa kawasan budidaya harus
dimanfaatkan bagi peningkatan perekonomian masyarakat. Skor sub kriteria Sumber Pendapatan hampir sama dengan Tenaga Kerja skor 0,175. Hal ini
menunjukkan persepsi masyarakat dalam pemilihan penggunaan lahan, antara manfaat sebagai sumber pendapatan dan manfaat dalam menyerap tenaga kerja
menjadi prioritas yang sama. Hal ini disebabkan oleh jumlah tenaga kerja di kawasan ini cukup banyak.
Gambar 19 Hasil analisis hirarki persepsi pemangku kepentingan terhadap penggunaan lahan di kawasan budidaya.
Sub-kriteria Kesesuaian Lahan dengan skor 0,159 menjadi pertimbangan berikutnya, setelah itu Teknik Penguasaan Budidaya skor 0,157. Responden
berpendapat bahwa pemilihan penggunaan lahan harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat dalam penguasaan teknik budidaya. Penggunaan lahan
yang teknik budidayanya tidak mereka kuasai tidak mereka pilih meskipun secara Tujuan
Kriteria
Sub- Kriteria
Alternatif Keputusan
Penggunaan Lahan Optimal
Ekonomi 0,357
Sosial 0,331
Ekologi 0,312
Pendapatan 0,175
Tenaga Kerja
0,175
Peluang Pasar
0,181
Konservasi SD Air
0,153 Kesesuaian
Lahan 0,159
Penguasaan Teknik Budidaya
0,157
Hutan
0,205
Ladang 0,226
Kebun Campuran
0,244 Sawah
0,247
92 ekonomi bernilai tinggi. Oleh sebab itu, umumnya masyarakat tidak mau beralih
ke jenis budidaya lain. Hal ini juga disebabkan oleh kemampuan masyarakat dalam menguasai suatu teknik budidaya umumnya karena hasil turun temurun,
sehingga mereka mempunyai teknik pengelolaan jenis penggunaan lahan yang terbatas. Sub kriteria Konservasi Sumber Daya Air, sebagai persepsi atas upaya
konservasi terhadap sumber daya air mempunyai skor 0,153, sehingga menjadi prioritas terakhir dalam pertimbangan pemilihan penggunaan lahan.
Berdasarkan atas peringkat kriteria dalam pemilihan penggunaan lahan, diperoleh bahwa Sawah merupakan penggunaan lahan yang paling optimal
menurut persepsi berbagai pemangku kepentingan dengan skor 0,247. Menurut responden penggunaan lahan sawah memberikan nilai ekonomi dan sosial yang
tinggi di kawasan budidaya. Sawah digunakan sebagai sumber pendapatan utama bagi sebagian besar masyarakat di daerah kajian. Selain itu sawah juga mampu
menyerap tenaga kerja lebih banyak dibanding penggunaan lahan lainnya. Hal tersebut didukung juga oleh kemampuan lahan di daearah ini untuk dibudidayakan
bagi tanaman semusim yang intensif dan ketersediaan air yang cukup. Penggunaan lahan yang nilai preferensinya tertinggi kedua adalah Kebun
Campuran yaitu sebesar 0,244. Kebun Campuran mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Hasil-hasil kebun campuran yang berupa buah-buahan, kayu-kayuan
dan lain sebagainya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Kebun canpuran yang berisi berbagai macam tanaman dapat memberikan hasil yang
bergilir sepanjang tahun, meskipun tidak dalam jumlah yang besar. Sesuai dengan hasil penelitian Budiningsih 2008 bahwa kebun campuran memberikan
kontribusi dalam peningkatan pendapatan tahunan masyarakat baik bagi pemilik lahan, penyewa lahan, pedagang maupun buruh. Keberadaan kebun campuran
yang cukup luas di daerah kajian juga memberikan kontribusi terhadap aspek sosial dan ekologi meskipun dalam kualitas yang semakin menurun.
Selanjutnya, penggunaan lahan yang mempunyai nilai preferensi urutan ketiga adalah Ladang dengan skor 0,226. Dari aspek ekonomi, hasil-hasil tanaman
ladang mempunyai harga yang fluktuatif, sehingga keuntungan finansial yang diperoleh masyarakat juga tidak tetap. Dari aspek sosial tenaga kerja yang diserap