Parameter Kinerja sub-sub DAS Aktual

34 komposisi penggunaan lahan yang berbeda sesuai dengan dasar penyusunan skenario. Wilayah yang digunakan adalah sub DAS Cisadane Hulu. Metode yang digunakan seperti yang telah diuraikan di depan, di mana setiap skenario dihitung nilai-nilai parameter C, IPL, IBE dan S C , untuk menentukan kelas kinerja DAS. Hasilnya kemudian digunakan sebagai dasar penentuan penggunaan lahan wilayah optimal yang berbasiskan upaya konservasi sumber daya air. Alokasi penggunaan lahan yang terbaik apabila sub DAS tersebut di atas mempunyai kelas kinerja “Baik” atau keempat parameternya mempunyai nilai yang terbaik. Empat skenario yang dikembangkan dalam simulasi ini, yakni sebagai berikut :  Skenario Aktual, skenario ini bertujuan untuk melihat kondisi hidrologi yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang berkembang saat ini.  Skenario RTRW, skenario ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hidrologinya apabila pemanfatan ruang wilayah diterapkan secara penuh berdasarkan RTRW KabupatenKota Bogor.  Skenario Fungsi Kawasan, skenario ini bertujuan untuk melihat kondisi hidrologinya bila usaha konservasi air dilakukan dengan penggunaan lahan yang diatur sesuai dengan SK Mentan No. 837KptsUm111980.  Skenario Kemampuan Lahan, skenario ini bertujuan untuk melihat kondisi hidrologinya apabila penggunaan lahannya didasarkan pada Kemampuan Lahannya, sesuai dengan evaluasi lahan menurut USDA.

3.5.4 Pendapat Pemangku Kepentingan Tentang Penggunaan Lahan

Optimal Informasi mengenai persepsi dari berbagai pemangku kepentingan dimaksudkan untuk melihat keinginan mereka dalam memanfaatkan lahan di Kawasan Budidaya. Hasilnya berupa urutan kepentingan penggunaan lahan dalam pemanfaatan ruang di daerah kajian. Selain itu informasi ini juga bermanfaat untuk melihat sejauh mana perbedaan antara arahan penggunaan lahan hasil análisis skenario terbaik dengan keinginan masyarakat. 35 Pemeringkatan jenis penggunaan lahan pada penelitian ini menggunakan metode Analytic Hierarchy Process AHP. Dalam menyusun hirarki, pendekatan yang digunakan adalah konsep pembangunan berkelanjutan dengan 3 pilar utamanya yaitu aspek keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Struktur hirarkinya seperti disajikan pada Gambar 4. Alternatif yang dipilih yaitu 4 jenis penggunaan lahan yang banyak terdapat di daerah penelitian. Secara umum wilayah penelitian dibagi dalam 2 zone yaitu  Zone Lindung, adalah wilayah yang pemanfaatan ruangnya diperuntukkan sebagai perlindungan daerah tersebut dan daerah di sekitarnya. Pada zone ini tidak dilakukan pemeringkatan penggunaan lahan karena diasumsikan semua penggunaan lahan dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung atau penggunaan lahannya hutan.  Zone budidaya, adalah wilayah yang pemanfaatan ruangnya sebagai daerah budidaya. Pada Zone ini dilakukan pemeringakatan penggunaan lahan untuk mendapatkan informasi penggunaan lahan yang optimal. Zone budidaya ini dibagi lagi menjadi Kawasan Penyangga dan Kawasan Budidaya. Gambar 4 Struktur hirarki pemilihan penggunaan lahan optimal pada daerah penelitian. Penggunaan Lahan Optimal Ekonomi Sosial Ekologi Pendapatan Tenaga Kerja Peluang Pasar Konservasi SD Air Kesesuaian Lahan Penguasaan Teknik Budidaya Hutan Ladang Kebun Campuran Sawah 36 IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Daerah penelitian merupakan sub-DAS Cisadane bagian hulu di mana lokasi outletnya terletak pada stasiun pengukur tinggi muka air sungai Batubeulah. Daerah ini secara geografis terletak di antara 106 o 28’50” BT – 106 o 56’39” BT dan - 6 o 28’48” LS - 6 o 47’16” LS. Secara administrasi meliputi 168 desa pada 21 kecamatan di Kabupaten Bogor serta 39 desa pada 4 kecamatan di Kota Bogor. Sub DAS Cisadane Hulu mempunyai luas berdasarkan perhitungan menggunakan metode SIG adalah sebesar 854,79 km 2 atau sekitar 85.479 ha. Bentuk sub-DAS Cisadane Hulu menyerupai trapesium mempunyai panjang utara-selatan kurang lebih 34,08 km dan lebar barat-timur kurang lebih 51,39 km.

4.1 Kondisi Fisik

4.1.1 Topografi

Sub DAS Cisadane Hulu mempunyai titik terendah yang terletak pada outletnya yaitu pada ketinggian + 75 m dpal, sedangkan titik tertinggi berada di lereng Gunung Pangrango dengan ketinggian sekitar + 2.587,5 m dpal. Perbedaan tinggi tempat yang besar tersebut menyebabkan wilayahnya mempunyai variasi kemiringan lereng yang lebih kompleks mulai dari daerah datar hingga sangat curam. Perbandingan luas wilayah berdasarkan kelas kemiringan lereng disajikan pada Tabel 6. Sebaran keruangan masing-masing kelas kemiringan lereng wilayah Sub-DAS Cisadane Hulu disajikan pada Gambar 5. Daerah dengan kategori kemiringan lerengnya datar menempati wilayah terkecil yaitu sekitar 3,57 dari total wilayah penelitian atau sekitar 3.051 ha. Wilayah ini tersebar di sebelah utara dan timur yang merupakan daerah hilir sub DAS Cisadane Hulu. Daerah landai ini berada pada ketinggian antara 100 – 300 m dpal. 38 Gambar 5 Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Cisadane Hulu Daerah dengan kategori kemiringan landai menempati wilayah terluas yaitu sekitar 34,63 atau seluas 29.599 ha. Lokasinya sebagian besar tersebar di bagian utara, tengah, dan timur daerah penelitian. Sebagian kecil lainnya di bagian barat di sekitar sungai Cikaniki dan bagian selatan di sekitar Sungai Cisadane bagian hulu. Sebagian besar daerah ini berada pada ketinggian antara 100-300 m dpal, dan sebagian kecil lainnya berada hingga pada ketinggian 600 m dpa l. Daerah dengan kategori agak curam tersebar di bagian utara, barat, tengah dan selatan. Daerah dengan kemiringan di antara 15 – 25 ini menempati 21,64 dari total luas wilayah Sub-DAS Cisadane Hulu. Daerah ini sebagian besar berada di antara ketinggian 100-900 m dpal, dan sebagian kecil berada hingga pada ketinggian hingga 1300 m dpal. Daerah dengan kategori curam banyak terdapat di bagian barat, selatan dan sebagian kecil di sebelah utara. Daerah dengan kemiringan antara 25-40 ini menempati 22,14 dari wilayah Sub-DAS Cisadane Hulu. Lokasi menyebar pada ketinggian mulai 75 m dpal hingga 1100 m dpal, dan sebagian kecil berada hingga pada ketinggian 1800 m dpal.