13 Operasi-operasi dalam SIG menjadi jauh lebih efisien, akurat dan
interaktif karena berbasiskan sistem komputer yang didukung kemajuan teknologi. Kemampuan untuk memanipulasi data spasial dan mengaitkannya
dengan informasi atribut dan mengintegrasikannya dengan berbagai tipe data dalam suatu análisis juga semakin meningkat Barus dan Wiradisastra 2000.
Kemampuannya menganalisis spasial secara cepat menjadikan SIG sebagai sistem yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, deteksi perubahan dan análisis,
pemodelan keputusan dan análisis lainnya. Kajian wilayah dengan penerapan metode SIG untuk satu atau beberapa
tujuan tersebut telah banyak digunakan di Indonesia dewasa ini. Emilda 2008 menggunakan metode SIG dan HEC-HMS untuk membantu simulasi guna
mendapatkan arahan penggunaan lahan yang optimal dalam menurunkan erosi tanah dan aliran permukaan di sub-sub DAS Cisadane Hulu. Sukondi 2006
menggabungkan metode SIG dengan USLE untuk menganalisis data spasial dalam rangka perencanaan penggunaan lahan berbasis konservasi tanah, seperti
yang dilakukan di sub DAS Ciasem Hulu. Broto 2009 menggunakan SIG yang dipadukan dengan USLE dan regresi untuk melihat perubahan penggunaan lahan
dan membantu menganalisis secara keruangan dalam proses penyusunan tata ruang kawasan DTA Waduk Batutegi, sedangkan perumusan arahan strategi
pengembangan dan pengelolaan ruangnya menggunakan metode SWOT dan QSPM.
2.5 Model AVGWLF Arc View Generalized Watershed Loading Functions
Kebutuhan data dan informasi mengenai karakteristik hidrologi suatu DAS sangat dibutuhkan untuk pengelolaan DAS atau penataan ruang. Di sisi lain
ada keterbatasan dalam hal waktu, biaya, peralatan ataupun lainnya dalam pemantauan atau pengumpulan data di lapangan, apalagi untuk rentang waktu
yang lama. Salah satu metode yang saat ini banyak digunakan oleh para ahli adalah pemodelan terhadap DAS. Dalam dua dekade terakhir ini, pemodelan DAS
lebih berkembang lagi dengan diintegrasikannya metode Sistem Informasi Geografis.
14 AVGWLF adalah model simulasi DAS yang merupakan integrasi antara
model matematis GWLF Generalized Watershed Loading Functions dengan model spasial SIG Evans et al. 2008. GWLF yang merupakan inti model,
awalnya dibangun oleh Haith dan Shoemaker tahun 1987. Pada tahun 2002 dikembangkan software-nya oleh Evans dan rekan-rekannya dari Universitas
Pensylvania untuk diintegrasikan dengan perangkat lunak Arc View dan telah diuji secara luas di Amerika dan di tempat lain.
Model AVGWLF merupakan model hidrologi lumped, dengan distribusi spasial melalui pembagian sebuah DAS ke dalam sub DAS atau sub-sub DAS.
Model ini mentransformasi curah hujan input ke dalam aliran permukaan output dengan konsep bahwa semua proses dalam seluruh Sub DAS atau DAS
terjadi pada satu titik spasial. Model ini tidak secara spasial menjelaskan distribusi daerah-daerah sel-selgrid-grid sumber, tetapi hanya agregat muatan
dari masing-masing daerah sumber sub-sub DASsub DAS menjadi total Sub DAS atau DAS.
Model AVGWLF menyediakan kemampuan untuk mensimulasikan volume limpasan permukaan, sedimen, dan unsur hara N dan P yang dihasilkan
dari berbagai sumber-sumber area non point sources di suatu DAS. Model ini juga memiliki algoritma untuk menghitung muatan sistem septik dan masuknya
muatan dari sumber-sumber titik. Prakiraan kuantitas limpasan permukaan disimulasikan secara kontinyu setiap hari menggunakan data curah hujan dan
suhu udara harian. Hasilnya diakumulasi ke dalam satuan waktu bulanan dan tahunan.
Data masukan yang disyaratkan yaitu, sumber dan transpor runoff dan parameter kimia. Paramater transpor meliputi area, bilangan kurva runoff, dan
faktor erosi R,K,L,S,C, dan P untuk setiap area sumber runoff. Luaran yang dihasilkan oleh AVGWLF dan digunakan dalam penelitian ini adalah prakiraan
tinggi aliran permukaan, tinggi aliran sungai, banyaknya tanah tererosi dan hasil sedimen yang terangkut hingga outlet sub DASsub-sub DAS.