Kinerja Sub-sub DAS Saat Ini

61 indikator kualitas air dan sedimentasi perairan. Nilai IBE yang tinggi menunjukkan bahwa daerah tersebut mempunyai potensi sebagai sumber sedimen yang tinggi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingginya erosi di daerah kajian adalah penggunaan lahan vegetasi dan pengelolaannya. Apabila penutup lahannya berupa vegetasi, maka akar-akar dan proses biologi yang berkaitan dengan pertumbuhannya mempengaruhi stabilitas struktur dan porositas tanah Arsyad 1989. Selain itu vegetasi juga dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena menyerap kandungan air tanah, sehingga volume aliran permukaan menjadi berkurang Mingguo et al. 2007. Banyaknya lahan dengan penutupan vegetasi sebanyak 50 atau kurang seperti sawah, tegalan dan permukiman merupakan lahan berpotensi sumber erosi yang tinggi di sub DAS Cisadane Hulu. Kondisi tersebut dapat menjadi lebih parah karena pengelolaan lahannya yang kurang mengindahkan aspek konservasi tanah dan air. Hasil pengamatan lapangan dan studi literatur penelitian sebelumnya di Sub DAS Cisadane Hulu menemukan banyak penggunaan lahan yang belum menerapkan aspek konservasi Herawati 2009; Fakhrudin 2010. Kondisi tersebut juga terdapat pada jenis penggunaan lainnya seperti kebun campuran, semakbelukar, padang rumput, dan perkebunan sawit, maupun hutan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan model AVGWLF menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang berpotensi menghasilkan erosi berturut-turut dari yang paling tinggi ke yang rendah di sub DAS Cisadane Hulu adalah Lahan Terbuka sebesar 1.881,9 tonhath; Ladang 491,0 tonhath, SemakBelukar 409 tonhath, Perkebunan Campuran 223,8 tonhathn, Permukiman Jarang 85,1 tonhath, Sawah 82,1 tonhath, Permukiman Padat 66,8 tonhath, Lahan Rumput 54,7 tonhath, dan Hutan 28,8 tonhath. Terlihat bahwa hutan berpotensi menghasilkan jumlah erosi yang paling rendah, sedangkan yang paling tinggi yaitu Lahan Terbuka. Dilihat dari nilai tingkat erosinya, hutan merupakan satu- satunya penggunaan lahan yang paling efektif menurunkan erosi hingga di bawah batas erosi diperbolehkan, terlepas dari teknologi konservasi yang dapat dilakukan. 62

5.3.2 Skenario RTRW

Skenario RTRW merupakan komposisi penggunaan lahan berdasarkan pola pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten Bogor dan RTRW Kota Bogor. Skema alokasi penggunaan lahan pada skenario RTRW ini adalah sebagai berikut : a. Permukiman, sawah, perkebunan campuran, perkebunan besar dan hutan yang sudah ada pada semua kawasan tetap dipertahankan. b. Penggunaan lahan ladang, semak belukar, lahan terbuka pada kawasan hutan konservasi, hutan produksiterbatas diubah menjadi hutan. c. Penggunaan lahan ladang, semak belukar, lahan terbuka pada kawasan budidaya tanaman tahunan dan kawasan perkebunan diubah menjadi perkebunan campuran. d. Penggunaan lahan ladang, semak belukar, lahan terbuka pada kawasan pertanian lahan basah diubah menjadi sawah. e. Penggunaan lahan semak belukar, lahan terbuka pada kawasan pertanian lahan kering diubah menjadi ladang. Hasil penyusunan skenario penggunaan lahan berdasarkan RTRW disajikan dalam Tabel 13 dan Gambar 12. Skenario RTRW tersebut di atas menghasilkan beberapa perubahan luas penggunaan lahan terhadap komposisi penggunaan lahan tahun 2010. Penggunaan lahan yang mengalami pertambahan luas antara lain hutan sebesar 9.356 ha, perkebunan campuran 1.733 ha, permukiman jarang 6.939 ha. Adapun yang mengalami pengurangan luas yaitu ladang seluas 6.490 ha, lahan terbuka 165 dan semak belukar 14.873 ha. Dari tabel tersebut terlihat bahwa skenario RTRW memberikan arahan yang lebih luas kepada pertanian lahan basah sawah dibanding pertanian lahan kering. Lahan terbuka dan semak belukar menjadi habis arealnya karena tidak memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial, meskipun secara ekologis memberikan kontribusi dalam konservasi tanah dan air. 63 Tabel 13 Luas penggunaan lahan berdasarkan Skenario RTRW dan perubahannya Penggunaan Lahan Tahun 2010 Skenario RTRW Perubahan Hutan 15.635 25.991 9.356 Ladang 6.694 204 -6.490 Lahan Terbuka 165 -165 Padang Rumput 249 249 - Perkebunan Campuran 10.880 12.613 1.733 Perkebunan Kelapa Sawit 164 164 - Perkebunan Teh 1.462 1.462 - Permukiman Jarang 9.938 16.877 6.939 Permukiman Padat 1.239 2.561 1.322 Sawah 23.463 25.641 2.179 SemakBelukar 14.873 -14.873 Tubuh Air 717 717 - Jumlah 85.479 85.479 Secara umum pola penggunaan lahan dengan skenario RTRW menghasilkan respon hidrologi yang lebih baik dibandingkan pola penggunaan lahan pada Skenario Aktual. Besaran nilai-nilai setiap parameter mengalami perbaikan meskipun secara umum kelasnya tidak berubah. Dari kriteria kuantitas air, nilai IPL meningkat dari 0,33 menjadi 0,46, menunjukkan bahwa faktor penggunaan lahan yang bervegetasi permanen memberikan peningkatan kontribusinya baik dalam memperbesar infiltrasi. Nilai tersebut sangat berpengaruh terhadap penurunan nilai C. Penurunan nilai C dari 0,28 menjadi 0,21 menunjukkan bahwa air hujan yang menjadi aliran permukaan semakin berkurang. 64 Gambar 12 Peta penggunaan lahan menurut Skenario RTRW. 64 64 65 Tabel 14 Kinerja DAS Berdasarkan Skenario RTRW Kriteria Indikator Parameter Skor Kinerja A. Kuantitas Air 1. Penutupan oleh vegetasi IPL = 0,46 2 Sedang 2. Koefisien Limpasan C C = 0,21 1 Baik B. Kualitas Air 3. Indeks Bahaya Erosi IBE IBE = 0,97 1 Baik 4. Kandungan Pencemar S = 562.03 mgl 3 Buruk Jumlah 7 Sedang Pola yang sama terjadi pada parameter-parameter untuk kriteria kualitas air. Nilai IBE berkurang dari 4,57 menjadi 2,59 menunjukkan bahwa erosi yang berasal dari daerah-daerah yang menjadi sumber sedimen telah menurun volumenya. Hal ini berpengaruh juga pada kadar sedimen dalam aliran sungai. Penurunan kandungan pencemar berupa sedimen ditunjukkan oleh menurunnya nilai S C dari 653,21 mgl menjadi 562,03 mgl. Penurunan kedua nilai parameter tersebut menunjukkan kualitas airnya meningkat. Namun demikian kinerja Sub DAS Cisadane masih tergolong Buruk dalam rangka upaya konservasi sumber daya air untuk kriteria Kualitas Air. Luas lahan permukiman pada skenario RTRW lebih besar dibanding kondisi aktual, namun kinerja DAS pada skenario RTRW lebih baik dibanding skenario Aktual. Hal ini disebabkan oleh rata-rata terbobot dari penambahan lahan permukiman tersebut masih relatif kecil. Nilai tersebut masih jauh lebih kecil dibanding rata-rata terbobot dari penambahan lahan hutan. Kondisi tersebut menyebabkan keempat parameter indikator kinerja DAS pada skenario RTRW nilainya lebih baik.

5.3.3 Skenario Kemampuan Lahan

Skenario Kemampuan Lahan merupakan komposisi penggunaan lahan yang didasarkan atas kemampuan lahannya menurut kriteria USDA. Penggunaan lahan yang telah sesuai dengan kemampuan lahannya, kecuali penggunaan lahan yang tidak mungkin diubah tetap dipertahankan, lahan yang