Latar Belakang Landuse allocation based on water resources conservation in Cisadane Hulu Sub Watershed
8 atau sangat luas, sepanjang di dalamnya terdapat unsur ruang atau space Tarigan
2005. Munculnya kesadaran pelestarian sumberdaya alam dalam pembangunan pada dua dasawarsa terakhir, menuntut mulai dikembangkan penataan ruang bagi
wilayah-wilayah bersifat alamiah, salah satunya yang paling dikenal yaitu Daerah Aliran Sungai Marsono 2004. DAS menjadi penting sebagai acuan wilayah
dalam penataan ruang karena seluruh daratan terbagi habis menjadi DASSub DAS dan merupakan wilayah dengan matriks dasar kesatuan sistem hidrologis
yang bersifat alamiah, yang saling terkait antara hulu, tengah dan hilir Noordianto 2010.
Konsep tata ruang yang berdasarkan fungsi utama kawasan, seperti yang digunakan di Indonesia, di mana suatu wilayah dibagi ke dalam 2 fungsi kawasan
yaitu Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya, sebenarnya analog dengan konsep pewilayahan ekosistem DAS. Apabila ekosistem DAS diklasifikasi
menjadi daerah hulu dan hilir, daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, sedangkan daerah hilir dicirikan sebagai daerah pemanfaatan. Dengan demikian
DAS bagian hulu sepadan dengan kawasan lindung dan bagian hilirnya sepadan dengan kawasan budidaya. Jadi terdapat kesepadanan fungsi wilayah antara
konsep tata ruang dengan pengelolaan DAS. Oleh sebab itu konsep tata ruang tersebut sangat sesuai jika diterapkan pada wilayah DAS.
Pentingnya perencanaan tata ruang wilayah DAS di Indonesia telah diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku terutama UU RI
No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU RI No. 7 tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Di dalam UU Penataan Ruang disebutkan bahwa
pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara dan penatagunaan sumber daya alam lain. Dalam penatagunaan air dikembangkan Pola Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
yang melibatkan 2 atau lebih wilayah administrasi untuk menghindari konflik antar daerah hulu dan hilir. Pengelolaan DAS adalah bagian dari pembangunan
dalam rangka pemanfaatan sumberdaya alam dengan menerapkan aspek kelestarian lingkungan dengan batas wilayah sasarannya berupa DAS.
9 Sejalan dengan hal tersebut, dalam UU No 7 tahun 2004 pasal 59, juga
mengamanatkan bahwa rencana pengelolaan sumber daya air, yang wilayahnya berupa DAS, merupakan salah satu unsur dalam penyusunan, peninjauan kembali
danatau penyempurnaan tata ruang wilayah. Selain itu pada pasal 20 disebutkan bahwa konservasi sumber daya air menjadi salah satu acuan dalam perencanaan
ruang. Pada pasal 21 lebih khusus menyebutkan bahwa upaya perlindungan dan pelestarian sumber air dijadikan dasar dalam penatagunaan lahan.
Dalam peraturan perundang-undangan lainnya, diterbitkan peraturan yang khusus mengatur tentang wilayah DAS, yaitu KepMenHut No 52Kpts-II2001
tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan DAS. Di dalamnya menjelaskan tentang kriteria dan indikator penggunaan lahan dan sumber daya air terkait
dengan konservasi sumber daya air di dalam DAS, seperti pada Tabel 1 Keputusan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedomanacuan bagi pihak yang
terlibat dalam pengelolaan DAS baik tingkat nasional, regional dan lokal.
Tabel 1 Kriteria dan indikator kinerja DAS
Kriteria Indikator
Parameter Standar
Keterangan
A. Kuanti-
tas Air 1.
Koefisien Limpasan
C
Tebal Limpasan C = ----------------------
Tebal Hujan C 0,25 baik
C= 0,25-0,5 sedang C 0,5 buruk
Data SPAS dan perhitungan
pengukuran
2. Penutupan
oleh vegetasi LVP
IPL = ------------- X 100
Luas DAS
IPL 75 ; baik IPL = 30-75 ;
sedang IPL 30 ; buruk
IPL=Indeks Penutupan Lahan
LVP=Luas lahan bervegetasi
permanen
B. Kualitas
Air 3.
Indeks Erosi IE
Erosi Aktual IE = ----------------------
EDP
IE 1 ; baik IE 1 ; buruk
EDP=Erosi diperbolehkan
4. Kandungan
Pencemar
Muatan Sedimen Sc mgL
Sc ≤ 50; baik
Sc = 50-400; sedang Sc = 400; buruk
PP No 82 Th 2001
10 2.2
Pemanfaatan Ruang
Pemanfaatan ruang merupakan wujud operasionalisasi dari rencana tata ruang atau pelaksanaan dari pembangunan yang direncanakan. Pemanfaatan ruang
mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang. Fungsi ruang utama kawasan menurut UU RI No. 26 tahun 2007 diklasifikasikan menjadi
Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam maupun buatan. Kawasan Lindung selain melindungi sumber daya di dalam kawasan itu sendiri juga ditujukan untuk di luar
kawasan tersebut. Kawasan Budidaya adalah wilayah dengan fungsi utama untuk dibudidayakan berdasarkan kondisi dan potensi sumber daya alam, buatan dan
manusia. Kawasan budidaya digunakan untuk menampung semua kegiatan manusia dalam meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan perencanaan tata
ruang yang telah ditetapkan. Pengaturan pemanfaatan ruang yang paling dikenal dan sering diterapkan
adalah berupa pengaturan penggunaan lahan Lassey 1977; Rustiadi et al. 2009. Pengaturan penggunaan lahan merupakan analisis aspek-aspek fisik yang paling
mendasar untuk kepentingan penataan ruang, karena di dalamnya juga telah mencakup sumberdaya air, iklim, vegetasi dan unsur-unsur lahan lainnya
Rustiadi et al. 2009. Pengaturan tersebut sangat penting karena lahan merupakan wadah bagi semua aktivitas manusia. Wadah tersebut mempunyai
sifat dan karakteristik yang khas karena dibentuk oleh unsur-unsur sumberdaya yang jumlahnya banyak dan bervariasi nilainya. Hal ini mengakibatkan
kemampuan yang dimiliki setiap lahan untuk mendukung aktivitas yang berlangsung di atasnya berbeda-beda pula.
Pengaturan penggunaan lahan juga telah diamanatkan dalam Undang- Undang No 26 tahun 2007 bahwa pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan
mengembangkan salah satunya adalah penatagunaan tanahlahan. Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna tanah yang meliputi
penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah yang berwujud konsolidasi pemanfaatan tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan
11 pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan sistem untuk kepentingan masyarakat
secara adil PP No 16 tahun 2004. Dengan demikian penatagunaan tanahlahan merupakan ujung tombak dalam mengimplementasikan rencana tata ruang.
Dalam pengelolaan wilayah DAS, pengaturan penggunaan lahan salah satunya dimaksudkan untuk mendapatkan hasil konservasi air yang optimal.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pendekatan yang didasarkan pada peningkatan sistem penggunaan lahan. Sistem tersebut harus dapat melindungi tanah dari erosi
dan memaksimumkan penyerapan air Arsyad 2006. Pendekatan konservasi tersebut ditingkat lapangan mencakup juga penyerapan aspirasi dari
masyarakatpetani, karena menyangkut kehidupan mereka yang sebagian besar mengandalkan sumberdaya alam di sekitarnya. Oleh sebab itu dalam perencanaan
penggunaan lahan berbasis konservasi air, selain faktor lingkungan perlu diperhatikan juga faktor ekonomi dan sosial agar terdapat keseimbangan di antara
ke tiga aspek tersebut. Untuk itu perlu diidentifikasi jenis penggunaan lahan yang memenuhi aspek-aspek tersebut.