Model AVGWLF Arc View Generalized Watershed Loading Functions

20 Metode AHP didasarkan atas 3 prinsip dasar yaitu: a. Dekomposisi. Berdasarkan prinsip ini, struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara hirarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai ke khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatifnya. Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detil, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level baru. b. Perbandingan penilaianpertimbangan comparative judgements Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas. c. Sintesa Prioritas Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dan kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya merupakan gabungan atau dikenal dengan prioritas global yang kemudian untuk memboboti prioritas lokal dari elemen di level sesuai dengan kriterianya. III METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pendekatan wilayah fungsional Daerah Aliran Sungai DAS sangat sesuai untuk pengelolaan ruang darat yang terkait dengan permasalahan lahan dan sumber daya air, karena terdapat keterkaitan yang erat antar komponen biotik dan abiotik dalam satu kesatuan ekosistem DAS. Di samping itu juga terdapat keterkaitan antara wilayah bagian hulu, tengah dan hilir melalui daur hidrologi. Bagian hulu sebagai daerah konservasi berfungsi melindungi seluruh bagian DAS, terutama bagian tengah dan hilir sebagai daerah pemanfaatan. Oleh sebab itu pengaturan penggunaan lahan di bagian hulu menjadi penting karena mempengaruhi seluruh bagian DAS. Dengan demikian tujuan penataan ruang dapat dicapai tanpa menimbulkan degradasi lahan dan air atau menimbulkan efek eksternalitas. Sub DAS Cisadane Hulu merupakan salah satu kawasan yang penting secara ekologis dalam melindungi daerah-daerah penyangga ibukota negara yaitu Kabupaten Bogor dan Tangerang serta Kota Tangerang dan Tangerang Selatan, karena berada dalam satu kesatuan ekosistem DAS Cisadane. Di sisi lain, Sub DAS Cisadane Hulu juga berperan langsung menyangga daerah itu sendiri dan sekitarnya di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Adanya konflik kepentingan antar berbagai bidang yang dipicu oleh pertambahan jumlah penduduk menyebabkan permasalahan di bidang sumber daya lahan seperti meningkatnya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan kesesuaiannya. Pemanfaatan lahan yang tidak tepat selanjutnya berimplikasi terhadap masalah- masalah keairan di seluruh DAS Cisadane. Untuk itu perlu adanya kajian tentang arahan penggunaan lahan di DAS Cisadane khususnya bagian hulu. Kajian mengenai arahan penggunaan lahan Sub DAS Cisadane Hulu didasarkan pada permasalahan keairan yang terjadi saat ini. Permasalahan yang muncul dan telah melampaui batas aman yaitu limpasan permukaan dan kandungan sedimennya yang dihasilkan oleh DAS. Permasalahan tersebut harus 22 diidentifikasi faktor-faktor penyebabnya dan sebaran lokasi sumbernya untuk dapat ditangani dengan tepat. Koefisien limpasan merupakan indikator kuantitas sumber daya air di suatu DAS, yaitu menunjukkan bagian air hujan yang mengalir sebagai limpasan permukaan. Tinggi rendahnya nilai koefisien limpasan dipengaruhi oleh kondisi fisik DAS seperti curah hujan, jenis tanah, dan penggunaan lahannya. Ketiga faktor tersebut dapat ditentukan nilainya berdasarkan data primer atau sekunder yang ada di daerah penelitian. Dari ketiga faktor tersebut besarnya volume aliran permukaan dihitung menggunakan metode Bilangan Kurva. Hasilnya dapat digunakan untuk melihat kinerja DAS saat ini dan prediksinya pada saat yang akan datang serta melihat sebaran daerah-daerah penyumbang limpasan permukaan. Indikator kualitas air ditunjukkan oleh salah satunya yaitu kandungan sedimen dalam limpasan permukaan. Banyaknya sedimen di dalam limpasan permukaan sangat dipengaruhi oleh iklim, jenis tanah, lereng, penggunaan lahan beserta pengolahannya dan Sediment Delivery Ratio SDR. Pendugaan besarnya kandungan sedimen yang terbawa melalui limpasan permukaan dilakukan dengan metode USLE dan SDR. Hasil perhitungan tersebut digunakan untuk melihat kinerja DAS saat ini dan prediksinya untuk saat yang akan datang serta melihat sebaran daerah penyumbang sedimen dalam limpasan permukaan. Hasil analisis tersebut di atas, digunakan sebagai dasar penyusunan arahan penggunaan lahan di Sub DAS Cisadane. Arahan ditujukan untuk mendapatkan penggunaan lahan yang menghasilkan respon hidrologis yang paling baik. Hasil yang diharapkan dari arahan penggunaan lahan DAS bagian hulu adalah tersedianya air yang memadai baik kuantitas maupun kualitasnya. Memadai secara kuantitas ditunjukkan dengan rendahnya perbandingan antara volume limpasan permukaan terhadap volume air hujan, namun masih mencukupi untuk berbagai kebutuhan. Memadai secara kualitas ditunjukkan oleh kandungan sedimen yang rendah menurut peraturan yang berlaku. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan dalam Gambar 1.