87 2.
Konservasi Sumberdaya Air. Sub-kriteria Konservasi Sumberdaya Air digunakan untuk melihat sejauh
mana konservasi sumberdaya air menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan penggunaan lahan oleh pemangku kepentingan. Konservasi
sumberdaya air menjadi penting karena daerah ini merupakan bagian hulu DAS.
Alternatif pilihan dalam hirarki dipilih 4 jenis penggunaan lahan yaitu hutan, kebun campuran, sawah, dan ladang. Pemilihan penggunaan lahan
alternatif tersebut didasarkan atas kemampuan lahan dan jenis penggunaan lahan yang banyak terdapat di daerah kajian.
5.4.2.1 Kawasan Penyangga.
Hasil analisis untuk kawasan penyangga, kriteria Ekologi mempunyai nilai preferensi tertinggi yaitu 0,352 disusul kemudian Ekonomi 0,331 dan
Sosial 0,317 dalam memilih penggunaan lahan. Hasil ini menunjukkan bahwa kawasan penyangga masih dianggap sebagai daerah yang membantu fungsi
kawasan lindung. Sumber daya alam yang ada pada kawasan penyangga dipandang sebagai alat yang berfungsi melindungi kawasan lindung dari tekanan
berbagai kepentingan dan melindungi bagian hilirnya. Lahan yang diusahakan oleh masyarakat diarahkan terutama untuk memberikan nilai keberlanjutan
ekologi. Setelah itu kawasan penyangga baru diprioritaskan ini sebagai daerah yang berfungsi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih
mengharapkan adanya manfaat ekonomi dari kawasan penyangga tersebut. Selanjutnya, kriteria sosial masyarakat menjadi pertimbangan terakhir dalam
pemilihan suatu penggunaan lahan. Hirarkhi selengkapnya hasil analisis AHP disajikan pada Gambar 18.
Tingkat preferensi di atas diperjelas oleh hasil analisis persepsi masyarakat pada tingkat 3, yaitu pada urutan preferensi sub-sub kriteria. Sub
kriteria Konservasi Sumber Daya Air KSA mempunyai skor tertinggi yaitu 0,183, kemudian di bawahnya sub kriteria Peluang Pasar PP dengan skor 0,177.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan di kawasan penyangga masih berorientasi kepada aspek ekologi kemudian aspek ekonomi. Mereka berpendapat
88 bahwa pertimbangan utama dalam pemilihan penggunaan lahan di kawasan ini
harus memberikan kontribusi terhadap konservasi sumberdaya air. Prioritas tersebut menunjukkan bahwa masih tingginya kesadaran masyarakat untuk
memfungsikan kawasan penyangga sebagai daerah konservasi sumber daya air dalam membantu fungsi kawasan lindung. Setelah itu, baru mempertimbangkan
faktor ekonomi yaitu besarnya peluang pemasaran produk-produk dari penggunaan lahan yang diusahakan. Penggunaan lahan yang produknya
mempunyai peluang pasar yang luas akan menjadi pilihan.
Gambar 18 Hasil analisis hirarki persepsi pemangku kepentingan terhadap penggunaan lahan di kawasan penyangga.
Skor sub kriteria Kesesuaian Lahan KL menempati peringkat ke 3 dengan nilai 0,168, hampir sama dengan skor Penguasaan Teknik Budidaya PTB
menempati peringkat ke 4 dengan nilai 0,167. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam pemilihan penggunaan lahan di kawasan penyangga, masyarakat memberikan
pertimbangan yang sama pentingnya terhadap kesesuaian antara jenis penggunaan Tujuan
Kriteria
Sub- Kriteria
Alternatif Keputusan
Penggunaan Lahan Optimal
Ekonomi 0,331
Sosial 0,317
Ekologi 0,352
Pendapatan 0,154
Tenaga Kerja
0,150
Peluang Pasar
0,177 Konservasi
SD Air 0,183
Kesesuaian Lahan
0,168
Penguasaan Teknik Budidaya
0,167
Hutan 0,227
Ladang 0,197
Kebun Campuran
0,274
Sawah 0,236
89 lahan dengan karakteristik lahannya dan kemampuan masyarakat dalam teknik
budidayanya. Kawasan penyangga pada umumnya merupakan daerah yang mempunyai keterbatasan dalam salah satu atau beberapa karakteristik lahannya,
seperti lerengnya yang terjal – sangat terjal, jenis tanahnya mudah tererosi, atau intensitas hujan yang cukup tinggi. Dengan demikian maka pemilihan penggunaan
lahan harus sesuai dengan karakteristik lahannya. Sub-kriteria banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap TK, dan
sumber pendapatan SP kurang menjadi pertimbangan oleh masyarakat dalam pemilihan jenis penggunaan lahan di kawasan penyangga. Hal ini terlihat dari
nilai skornya berada pada urutan 2 terendah yaitu 0,154 SP dan 0,150 TK. Kedua nilai tersebut menunjukkan bahwa masyarakat tidak memprioritaskan
produk-produk penggunaan lahan yang ada sebagai sumber pendapatan masyarakat atau sebagai tempat penyerap tenaga kerja yang banyak. Nilai SP
lebih kecil dari PP, disebabkan oleh keyakinan masyarakat bahwa tingkat peluang pasar akan diikuti oleh tingkat pendapatan masyarakat. Semakin luas peluang
pasar maka pendapatan masyarakat juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hasil analisis prioritas penggunaan lahan menurut preferensi responden
di Sub DAS Cisadane Hulu menempatkan Kebun Campuran sebagai prioritas pertama dengan skor 0,274. Umumnya responden beralasan bahwa penggunaan
lahan kebun campuran merupakan penggunaan lahan yang dapat memberikan pengaruh positif dari sisi ekologi dalam meningkatkan fungsi konservasi
sumberdaya air, namun di sisi lain kebun campuran juga dapat memberikan efek ekonomi yang cukup tinggi. Sawah mempunyai preferensi tertinggi kedua dengan
skor 0,236. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai harapan yang tinggi dari kawasan penyangga untuk meningkatkan perekonomian. Senada
dengan hasil tersebut, Listyarini et al. 2011 dalam penelitiannya dengan metode SWOT, menghasilkan bahwa kawasan penyangga sebaiknya selain berfungsi
ekologi juga berfungsi ekonomi. Penggunaan lahan hutan, meskipun memberikan nilai konservasi yang
tinggi terhadap lingkungan tetapi masyarakat kurang dapat mengambil keuntungan dari sisi ekonomi. Oleh sebab itu penggunaan lahan hutan skornya
lebih rendah dan berada pada prioritas ketiga dengan skor 0,227. Pengunaan lahan
90 ladang menjadi prioritas terakhir dengan skor 0,197. Hal ini disebabkan karena
persepsi responden yang menyatakan bahwa ladang menghasilkan aliran permukaan dan erosi yang paling tinggi, sehingga tidak sesuai jika diterapkan di
kawasan penyangga. Sesuai dengan kondisi tersebut, Arini et al. 2007 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa skenario penggunaan lahan pertanian lahan
kering termasuk perkebunan menghasilkan nilai rata-rata kehilangan tanah yang cukup tinggi dibandingkan kondisi aktual.
5.4.2.2 Kawasan Budidaya.
Persepsi berbagai pemangku kepentingan terkait penggunaan lahan di kawasan budidaya menempatkan kriteria ekonomi berada pada prioritas tertinggi.
Hasil analisis menunjukkan skor ekonomi, sosial dan ekologi berturut-turut adalah 0,357; 0,331; dan 0,312. Kriteria ekonomi menjadi prioritas utama karena
kawasan budidaya ini memang diperuntukkan bagi penggunaan lahan yang dapat meningkatkan perekonomian khususnya masyarakat setempat. Masyarakat dapat
memanfaatkan sumber daya yang ada di kawasan ini semaksimal mungkin untuk mendapatkan keuntungan secara finansial seperti menghasilkan produk-produk
dari penggunaan lahan untuk dipasarkan sehingga meningkatkan pendapatannya. Setelah mempertimbangkan faktor ekonominya, mereka berpendapat bahwa
prioritas kedua yang harus dipertimbangkan adalah faktor sosial. Faktor sosial menjadi penting karena penggunaan lahan di kawasan budidaya sangat erat
kaitannya dengan sumber daya manusia seperti banyaknya tersedia tenaga kerja dan kemampuan teknik yang dimiliki masyarakat dalam mengelola lahan. Faktor
lingkungan menjadi pertimbangan terakhir, karena fungsi konservasi terhadap lingkungan menurut mereka telah dipenuhi oleh kawasan lindung dan kawasan
penyangga. Berdasarkan analisis pada tingkat 3, sub kriteria Peluang Pasar menjadi
prioritas utama dalam pemilihan penggunaan lahan yang ditunjukkan dengan skor tertinggi yaitu 0,181. Sub kriteria ini lebih tinggi dibanding Sumber Pendapatan
yang berada pada prioritas kedua dengan skor 0,175, karena responden umumnya berpendapat bahwa jika peluang pasarnya tinggi maka secara langsung akan
meningkatkan pendapatan. Skor kedua sub kriteria yang berada pada urutan 2