59 dengan kriteria yang telah ditetapkan pada masing-masing skenario. Dengan
menggunakan metode perhitungan yang diuraikan di depan, setiap skenario kemudian diprakirakan besaran potensi volume aliran permukaan dan potensi
penyumbang sedimen yang ditunjukkan oleh nilai-nilai parameter IPL, C, IBE dan
kadar sedimen. Hasil ini yang kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penggunaan lahan berbasis konservasi sumber daya air. Asumsi yang berlaku umum untuk semua skenario adalah semua faktor
yang mempengaruhi aliran permukaan dan kadar sedimen sama dengan kondisi tahun 2010 kecuali penggunaan lahan dan kondisi hidrologinya. Penggunaan
lahan disesuaikan dengan kemampuan lahannya berdasarkan evaluasi dan klasifikasi yang digunakan setiap skenario. Kondisi hidrologi diasumsikan pada
kondisi baik, karena adanya perbaikan faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi dan run off seperti kerapatan dan penutupan area bervegetasi, pergiliran
tanaman,dan kekasaran permukaan.
5.3.1 Skenario Aktual
Skenario Aktual merupakan susunan atau pola penggunaan lahan yang berkembang saat ini di Sub DAS Cisadane Hulu, dalam penelitian ini digunakan
data penggunaan lahan pada tahun 2010. Tujuan skenario ini untuk melihat kondisi hidrologi yang diakibatkan oleh penggunaan lahan yang berkembang saat
ini di Sub DAS Cisadane Hulu. Hasil tersebut juga digunakan sebagai pembanding dari 4 skenario lainnya. Tabel 8 menyajikan tipe penggunaan lahan
beserta luasannya pada Skenario Aktual. Komposisi penggunaan lahan tersebut menggambarkan tingkat kinerja
sub DAS dalam kaitannya dengan upaya konservasi sumber daya air. Tingkat kinerja tersebut dapat dilihat melalui beberapa indikator seperti yang ditampilkan
pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12 secara umum sub DAS Cisadane Hulu saat ini mempunyai kinerja yang Buruk dalam rangka konservasi sumber daya air.
Dari sisi kua ntitas air, C bernilai 0,28, artinya air hujan yang jatuh di daerah tersebut sebanyak 28-nya akan menjadi limpasan permukaan. Kinerja DAS
terhadap konservasi kuantitas air berdasarkan nilai C tersebut berada pada tingkat
60 Sedang. Hal ini menunjukkan sudah munculnya permasalahan yang mengganggu
kinerja komponen-komponen DAS yang mempengaruhi banyaknya aliran permukaan. Kondisi yang kurang baik tersebut akan menjadi kendala dalam
mendukung konservasi sumber daya air. Tabel 12 Kinerja DAS berdasarkan skenario aktual
Kriteria Indikator
Parameter Skor
Standar
A. Kuantitas
Air 1.
Penutupan oleh vegetasi
IPL = 0,33 2
Sedang 2.
Koefisien Limpasan C
C = 0,28 2
Sedang B.
Kualitas Air
3. Indeks Bahaya
Erosi IBE IBE = 5,22
3 Buruk
4. Kandungan
Pencemar S = 653,21 mgl
3 Buruk
Jumlah 10
Buruk
Kondisi jumlah limpasan tersebut di atas salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Hal ini ditunjukkan oleh parameter IPL yang nilainya sebesar
33. Nilai tersebut jauh di bawah dari batas nilai IPL yang tergolong baik yaitu 75, bahkan mendekati batas nilai IPL yang termasuk Buruk yaitu 25. Kondisi
tersebut lebih mengkhawatirkan lagi karena luasan vegetasi yang permanen semakin berkurang setiap tahunnya. Stevanus 2010 menyimpulkan dalam
penelitiannya bahwa penurunan luas hutan di sub DAS Cisadane Hulu dari tahun 2001-2004 sebesar 23,54 dan periode tahun 2004-2008 berkurang sebesar
24,58 dari luas sub DAS. Selain itu, dari penelitian tersebut diketahui pula bahwa terdapat hubungan yang erat antara perubahan luas hutan terhadap nilai C
yang ditunjukkan oleh nilai korelasi sebesar -0,90 dan R
2
sebesar 81,4. Dari aspek kualitas airnya, kinerja sub DAS Cisadane Hulu sudah berada
pada kondisi yang buruk. Hal ini ditunjukkan oleh nilai IBE lebih besar dari 1, yaitu sebesar 4,57. Nilai IBE biasanya digunakan sebagai indikator kualitas lahan
dalam mempengaruhi produktivitasnya, namun nilai ini juga digunakan untuk
61 indikator kualitas air dan sedimentasi perairan. Nilai IBE yang tinggi
menunjukkan bahwa daerah tersebut mempunyai potensi sebagai sumber sedimen yang tinggi.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi tingginya erosi di daerah kajian adalah penggunaan lahan vegetasi dan pengelolaannya. Apabila penutup
lahannya berupa vegetasi, maka akar-akar dan proses biologi yang berkaitan dengan pertumbuhannya mempengaruhi stabilitas struktur dan porositas tanah
Arsyad 1989. Selain itu vegetasi juga dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi karena menyerap kandungan air tanah, sehingga volume aliran permukaan
menjadi berkurang Mingguo et al. 2007. Banyaknya lahan dengan penutupan vegetasi sebanyak 50 atau kurang
seperti sawah, tegalan dan permukiman merupakan lahan berpotensi sumber erosi yang tinggi di sub DAS Cisadane Hulu. Kondisi tersebut dapat menjadi lebih
parah karena pengelolaan lahannya yang kurang mengindahkan aspek konservasi tanah dan air. Hasil pengamatan lapangan dan studi literatur penelitian
sebelumnya di Sub DAS Cisadane Hulu menemukan banyak penggunaan lahan yang belum menerapkan aspek konservasi Herawati 2009; Fakhrudin 2010.
Kondisi tersebut juga terdapat pada jenis penggunaan lainnya seperti kebun campuran, semakbelukar, padang rumput, dan perkebunan sawit, maupun hutan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan model AVGWLF menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang berpotensi menghasilkan erosi berturut-turut dari
yang paling tinggi ke yang rendah di sub DAS Cisadane Hulu adalah Lahan Terbuka sebesar 1.881,9 tonhath; Ladang 491,0 tonhath, SemakBelukar 409
tonhath, Perkebunan Campuran 223,8 tonhathn, Permukiman Jarang 85,1 tonhath, Sawah 82,1 tonhath, Permukiman Padat 66,8 tonhath, Lahan Rumput
54,7 tonhath, dan Hutan 28,8 tonhath. Terlihat bahwa hutan berpotensi menghasilkan jumlah erosi yang paling rendah, sedangkan yang paling tinggi
yaitu Lahan Terbuka. Dilihat dari nilai tingkat erosinya, hutan merupakan satu- satunya penggunaan lahan yang paling efektif menurunkan erosi hingga di bawah
batas erosi diperbolehkan, terlepas dari teknologi konservasi yang dapat dilakukan.