80 tempat, antara lain: Bendung Singomerto, Bendung Banjar Cahyana, Bendung
Panaruban, Bendung Tajum, Stasiun Pompa Air Gambarsari, dan Stasiun Air Pasanggrahan. Di samping bendung-bendung dan pompa air permanen juga
banyak dibuat bendung-bendung kecil tidak permanen untuk keperluan irigasi desa atau sederhana.
4.3.7. DAS Bengawan Solo
Bengawan Solo merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Jawa yaitu kurang lebih 600 km dengan luas DAS kurang lebih 16.100 km
2
atau kurang lebih 12,3 dari luas Pulau Jawa. Sungai ini mengalir melintasi Provinsi Jawa
Tengah delapan kabupaten, satu kota dan Jawa Timur sembilan kabupaten, dua kota dengan melalui beberapa rangkaian pegunungan seperti: Pegunungan
Kapur, Kendeng, Merapi, Merbabu, Lawu dan Wilis. Jumlah penduduk di DAS Bengawan Solo terus bertambah. Pada tahun
1980 kurang lebih 13,45 juta jiwa, tahun 1990 meningkat menjadi 14,67 juta jiwa, tahun 1998 menjadi 15,37 juta jiwa dan tahun 2005 menjadi 17,5 juta jiwa
dengan kepadatan penduduk 1.087 jiwa per km. Lembah Bengawan Solo Hulu 6.072 km
2
dan Kali Madiun anak sungai dengan luas DAS 3.755 km
2
merupakan lembah yang sangat luas dan berada di atas dataran alluvial. Bengawan Solo Hilir melintasi bukit-bukit
Tertiary dan Kuarter dan rangkaian pegunungan Kendeng. Bukit Tertiary terdiri dari batuan tufa, lanau, lempung dan batugamping Miosen.
DAS Bengawan Solo beriklim tropis yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi pada musim hujan dan curah hujan rendah pada musim kemarau
dengan curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.100 mm. Kurang lebih 80 curah hujan tahunan terjadi pada bulan November hingga April. Rata-rata
evaporasi kurang lebih 4,3 mmhari. Secara keruangan curah hujan terkonsentrasi di bagian hulu yaitu di sekitar Gunung Lawu dan Gunung Merapi
dengan curah hujan tahunan kurang lebih 3.000 mmtahun. Di bagian tengah curah hujan tahunan kurang lebih 2.000 mmtahun dan di bagian hilir kurang
lebih 1.500 mmtahun. Adapun batas DAS Bengawan Solo dapat dilihat pada Gambar 23,
81 Gambar 23. Peta batas DAS Bengawan Solo Sumber: PJT I
Untuk pemantauan debit sungai terpasang 120 stasiun yang tersebar merata di sepanjang Sungai Bengawan Solo, dimana 42 berupa AWLR dan 78
berupa papan duga muka air. Karakteristik aliran dari beberapa stasiun pengamatan hidrologi di Sungai Bengawan Solo disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Karakteristik aliran Sungai Bengawan Solo
No Stasiun
Luas DAS
km
2
Q
r 1
m
3
dt Q
max 2
m
3
dt Q
r max
3
m
3
dt Q
r min 4
m
3
dt Q
r
A m
3
dt100 km
2
Q
max
A m
3
dt100 km
2
1 Jurug
3.220 101,1
2.200 762
10,8 3,42
68,3 2
Napel 9.880
273,8 3.196
1.809 14,1
2,77 32,3
3 Karangnongko
10.078 212,0
1.587 1.421
12,6 2,10
15,7 4
Bojonegoro 12.804
346,1 2.510
1.879 19,0
2,83 19,6
5 Babat
14.247 418,6
2.207 1.731
26,2 2,84
15,5 Sumber: LIPI, 2004
Keterangan:
1
Debit tahunan rata-rata;
2
Debit maksimum;
3
Debit maksimum rata-rata;
4
Debit minimum rata-rata
Dalam pengelolaan sumber daya air, di DAS Bengawan Solo telah dibangun tujuh bendungan dengan kapasitas yang bervariasi. Tujuh bendungan
tersebut adalah bendungan Wonogiri Gajah Mungkur, Parangjoho, Nawangan, Song Putri, Gondang, Pacal dan Prijetan dengan kapasitas total mencapai 828 x
10
6
m
3
. Bendungan Wonogiri merupakan bendungan terbesar di DAS
82 Bengawan Solo dengan kapasitas tampung 730 x 10
6
m
3
yang selesai dibangun pada tahun 1981. Bendungan tersebut berfungsi sebagai suplesi air irigasi untuk
23.200 ha, PLTA 12,4 MW dan pengendali banjir dengan kemampuan mampu mereduksi debit banjir dari 4.000 m
3
detik menjadi 400 m
3
detik. Berdasarkan analisis citra satelit Landsat tahun 2001, tutupan lahan di
DAS Bengawan Solo didominasi oleh pertanian lahan kering 43,78, sawah 18,97, hutan 13,57, permukiman 10,84, semak belukar 5,06,
tanah terbuka 4,18, perkebunan 1,55 dan tambakrawa 1,49 Gambar 24. Lahan pertanian banyak diusahakan di daerah pegunungan hingga lereng
yang cukup terjal. Kondisi demikian menyebabkan tingkat erosi tanah, khususnya di bagian hulu cukup besar. Erosi tanah di DAS Bengawan Solo Hulu
mencapai 3,14 mmtahun dan sedimen lapang mencapai 250 – 1000 tonhatahun. Berdasarkan data sounding, sedimentasi di Bendungan Wonogiri
mencapai 5,9 juta m
3
tahun antara tahun 1980-1993 dan 3,1 juta m
3
tahun atau 3.192.000 tontahun antara tahun 1993 – 2005 JICA, 2006. Besarnya tingkat
sedimentasi tersebut menyebabkan kapasitas bendungan berkurang.
Gambar 24. Kondisi tutupan lahan berdasarkan citra Landsat tahun 2001 di DAS Bengawan Solo
83
4.3.8. DAS Brantas