126
BAB VII. TINGKAT KESEHATAN DAS
7.1. Indikator Karakteristik DAS
DAS merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem bentanglahan yang dibatasi oleh puncak-puncak gunung atau perbukitan dan igir-igir yang
menghubungkannya, di dalamnya terdapat sistem sungai yang saling berhubungan, curah hujan yang jatuh dialirkan melalui sistem sungai tersebut dan
keluar melalui satu outlet tunggal Gunawan, 2002. Di dalam DAS terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi, seperti tanah, vegetasi, air, sungai,
penduduk, biota, dan sebagainya. Dipandang dari keluaran yang bersifat biofisik, pengelolaan DAS difahami sebagai sistem perencanaan yang menggunakan
masukan input pengelolaan dan masukan alamiah untuk menghasilkan keluaran output yang berupa barang dan jasa serta dampak terhadap sistem lingkungan
baik di dalam maupun di luar DAS Hufschmidt, 1986. Untuk menghimpun berbagai indikator karakteristik DAS secara
menyeluruh yang menyangkut hidrologi, erosi tanah, sedimentasi, iklim, kualitas air, tutupan lahan dan perubahannya, jumlah penduduk, teknologi konservasi
tanah, pengelolaan lahan dan sebagainya cukup sulit dilakukan karena data dan informasi tersebut tersebar di berbagai instansi. Belum adanya database dan
sistem informasi mengenai pengelolaan DAS yang baku menyebabkan data karakteristik DAS di daerah penelitian cukup sulit untuk dihimpun. Untuk itulah
maka di dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari berbagai literatur yang diperoleh dari berbagai sumber.
Analisis hidrologi didasarkan pada 5 indikator sesuai dengan metode yang dilakukan yaitu koefisien rejim sungai KRS, koefisien variasi limpasan CV,
indeks penggunaan air IPA, indeks koefisien simpanan air KSA, dan indeks debit jenis IDJ. Jumlah dan distribusi limpasan dari debit sungai menunjukkan
indikasi sifat atau karakteristik DAS di hulunya dalam memberikan respon terhadap hujan yang jatuh sebagai masukan terhadap DAS. Nilai limpasan bisa
dinyatakan dalam : 1 debit aliran yang merupakan jumlah per satuan waktu, 2 koefisien variasi limpasan, dan 3 koefisien rejim sungai KRS yaitu nisbah
127 debit maksimum dan minimum. Debit aliran yang penting adalah besarnya debit
puncak atau banjir dan frekuensi kejadiannya sebagai indikasi kemampuan DAS dalam merespon air hujan yang jatuh.
Besarnya KRS di daerah penelitian berkisar antara 92 – 713, dimana terendah di DAS Citanduy dan terbesar di DAS Cimanuk. Indikator hidrologi lain
di daerah penelitian berturut-turut adalah sebagai berikut: 1 CV berkisar antara 9,6 – 28,2; 2 IPA berkisar antara 0,18 – 0,97; 3 KSA antara 0,06 – 0,2; dan 4
IDJ antara 7,38 – 31,04. Hasil selengkapnya indikator hidrologi, tanah, kualitas air, lahan dan penduduk disajikan pada Tabel 33.
Berdasarkan indikator pada masing-masing sungai terlihat bahwa terdapat keberagaman dalam evaluasi dari indikator tersebut sesuai dengan standar
evaluasi yang digunakan. Dengan mengacu pada standar evaluasi terhadap indikator KRS, maka kondisi KRS dari seluruh sungai mengindikasikan bahwa
DAS-nya buruk karena melebihi 80 Walker and Reuter, 1996; Paimin et al., 2002; Gunawan, 2002. Indikator CV yang dihasilkan pada penelitian ini
mengindikasikan kondisi pengelolaan DAS sedang hingga baik. Demikian pula halnya dengan indikator IPA dan KSA mengindikasikan buruk hingga baik,
sedangkan indikator IDJ mengindikasikan seluruh sungai buruk. Indikator erosi, laju sedimentasi dan indeks penutupan lahan permanen
IPLM dari seluruh sungai mengindikasikan kondisinya buruk. Indikator kualitas air dan kepadatan penduduk berkisar antara buruk hingga baik. Adanya variasi
yang beragam dari kualitas DAS tersebut menyebabkan kesulitan dalam menyimpulkan tingkat kesehatan DAS jika masing-masing indikator hanya dinilai
berdasarkan standar evaluasi yang ada.
128 Tabel 33.Indikator karakteristik DAS di daerah penelitian
DAS Hidrologi
Tanah
9-15
Kualitas Air
7,8, 17
Lahan
4,16
Penduduk
7,9-15
KRS
1,2,4
CV
3
IPA
5,6
KSA
1-4
IDJ
1-4
IE LS
Keruh pH
DO NO
3
NO
2
PO
4
BOD IPLM
KP Ciujung
189,5 28,2
0,88 0,19
26,48 1,46
2,5 32 5,67
1,8 2,92
0,22 0,42
13,7 11,67
14 Cisadane
143,0 20,6
0,48 0,20
31,04 2,79
3,1 42 5,72
3,6 1,85
0,31 0,38
11,5 17,97
22 Citarum
92,0 9,6
0,42 0,09
8,63 2,62
2,1 26 6,55
5,2 3,11
0,11 0,15
8,42 13,24
18 Cimanuk
713,0 27,2
0,18 0,06
30,12 2,61
7,4 32 6,67
7,2 2,39
0,01 0,11
3,2 19,09
12 Citanduy
111,2 15,8
0,89 0,18
20,16 2,90
3,6 35 6,12
6,1 2,12
0,01 0,03
4,1 9,32
8 Serayu
165,0 13
0,75 0,15
27,47 4,75
4,7 29 6,54
7,3 2,72
0,03 0,01
3,1 11,68
10 B.Solo
541,0 18,7
0,42 0,06
11,73 1,38
3,1 37 6,16
7,1 3,24
0,06 0,15
5,6 13,57
13 Brantas
205,0 14,4
0,97 0,17
7,38 1,94
4,7 31 6,02
6,8 2,16
0,07 0,21
7,5 8
11 Sumber: 1 = Nugroho, 2005; 2 Nugroho, 2007; 3 Puslitbang Air, 2007; 4 The Unesco-IHP, 2000; 5 Triatmodjo, 2005; 6 Bappenas, 2005; 7 Pawitan et al., 2007a;
8 Pawitan et al., 2007b; 9 PIPWS Ciujung Ciliman, 2004; 10 Arwindrasti, 1997; 11 Nippon Koei, 2001; 12 Ilyas, 2002; 13 PIPWS Cimanuk Cisanggarung, 2004; 14 Astisiasari, 2008; 15 Bappedal Jateng UGM, 2003; 16 Dephut, 2002; 17 Aldrian et al., 2006
Tabel 34. Hasil evaluasi per indikator dari masing-masing karakteristik DAS di daerah penelitian
DAS Hidrologi
Tanah Kualitas Air
Lahan Penduduk
KRS CV
IPA KSA
IDJ IE
LS Keruh
pH DO
NO
3
NO
2
PO
4
BOD IPLM
KP Ciujung
1 2
2 1
1 1
1 1
2 1
2 3
1 1
1 2
Cisadane 1
2 1
2 1
1 1
1 2
2 3
3 2
1 1
1 Citarum
1 3
1 1
1 1
1 1
3 3
2 3
3 2
1 2
Cimanuk 1
2 1
1 1
1 1
1 3
3 2
3 3
3 1
2 Citanduy
1 2
2 2
1 1
1 1
2 3
2 3
3 3
1 3
Serayu 1
2 2
2 1
1 1
1 3
3 2
3 3
3 1
2 B.Solo
1 2
1 1
1 1
1 1
2 3
2 3
3 2
1 2
Brantas 1
2 3
2 1
1 1
1 2
3 2
3 3
2 1
2 Keterangan: 1 = buruk, 2 = sedang, 3 = baik,
129 Dengan melihat indikator dan standar evaluasi yang digunakan dari 8
sungai di daerah penelitian, sangat sulit untuk menyimpulkan kualitas DAS yang ada karena dari satu sungai ada yang mengindikasikan baik tetapi adanya juga
yang sedang dan buruk Tabel 34. Sebagai contoh DAS Brantas, indikator IPA- nya mengindikasikan baik, namun CV dan KSA sedang, sedangkan KRS, erosi,
laju sedimentasi, dan IPLM menunjukkan indikasi buruk. Kondisi demikian juga terjadi pada tujuh sungai lainnya di daerah penelitian yang memiliki keberagaman
dari masing-masing indikatornya. Oleh karena itu, metode penentuan kesehatan DAS yang mampu memadukan berbagai indikator yang ada sehingga mampu
menyimpulkan tingkat kesehatan DAS menjadi sangat penting.
7.2. Kesehatan DAS