Dinamika Musiman Karbon KARAKTERISTIK FLUKS KARBON DARI SUNGAI- SUNGAI UTAMA

97 keseluruhan fluks POC dan PIC yang mengalir dari daratan ke lautan di daerah penelitian kurang lebih 143.774 tontahun dan 62.551 tontahun. 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER- K2 SER- K1 CID-K SOL-K BRA- KA BRA- KB F lu k s K a rb o n P a rt ik u la t t o n t h n FPIC FPOC Gambar 33. Jumlah fluks karbon partikulat pada masing-masing stasiun pengukuran di daerah penelitian tontahun

5.3. Dinamika Musiman Karbon

Dinamika karbon sungai sangat dipengaruhi oleh musim dalam satu tahunnya. Pada musim penghujan, aliran permukaan banyak mengerosi permukaan tanah dan melarutkan karbon yang berasal dari daratan. Material karbon yang tererosi ini selanjutkan terlarut di sungai hingga ke laut. Secara umum karbon organik memiliki pola yang sama dengan pola curah hujan, yaitu pada musim penghujan konsentrasi karbon memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan saat musim kemarau. Korelasi antara karbon organik DOC dan POC dan debit sebagian besar tidak mengindikasikan adanya proses pengenceran. Korelasi yang ditunjukkan antara karbon organik dan debit sangat tinggi yaitu rata-rata lebih dari 0,8 dan positif. Sebaliknya konsentrasi karbon inorganik memiliki pola yang berlawanan dengan pola musim. Saat musim penghujan konsentrasi karbon inorganik lebih kecil dibandingkan dengan musim kemarau Gambar 34. Hubungan antara karbon inorganik DIC dan PIC dengan debit menunjukkan hubungan yang negatif dengan cukup signifikan, yang berarti terjadi proses pengenceran Tabel 22. Secara umum, pola musiman dari konsentrasi TOC mencapai puncak tertinggi pada bulan Januari, sedangkan terendah pada bulan September. Adanya kenaikan yang tinggi antara bulan November ke Januari, disebabkan oleh 98 banyaknya pembuangan limbah industri ke sungai selama penghujan. Sungai Ciujung, Cisadane, Bengawan Solo dan Brantas merupakan sungai dengan konsentrasi TOC yang lebih besar dibandingkan dengan sungai lainnya. Sungai Citanduy dan Serayu memiliki konsentrasi TOC yang lebih rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sungai yang bermuara ke Samudera Hindia memiliki konsentrasi lebih rendah dibandingkan dengan yang ke Laut Jawa dan Selat Madura. Variasi musiman DOC dan DIC memiliki pola yang sama dengan TOC dan TIC, dimana konsentrasi DOC mencapai puncak tertinggi pada musim penghujan Januari dan sebaliknya terendah pada musim kemarau September. Pola DIC terjadi kebalikan dari DOC, yaitu pada musim penghujan Januari rendah dan musim kemarau tinggi. Variasi musiman dari fluks DOC dan DIC sama seperti yang ditunjukkan pola variasi fluks TOC dan TIC. Pada musim penghujan yaitu pada bulan Januari, secara keseluruhan sungai-sungai di daerah penelitian mempunyai pola fluks terbesar, kecuali di Sungai Brantas yang puncaknya terjadi pada Maret. Pada musim kemarau fluks DOC dan DIC terjadi kebalikannya yakni nilainya sangat rendah karena debit sungai sangat kecil, bahkan di Sungai Cimanuk pada tanggal 13 September 2006 dan 7 November 2006 debit sungai 0 m 3 detik. Akibatnya fluks DOC dan DIC juga nol. Kuatnya pengaruh debit ditunjukkan oleh korelasi antara DOC-DIC dan debit Q, dan masing-masing korelasi DOC-Q kurang lebih 0,61 – 0,96 sedangkan DIC-Q kurang lebih -0,46 – -0,91 Tabel 22. Tanda negatif pada korelasi tersebut mengindikasikan adanya efek pengenceran dari DIC. Fluks POC dan PIC, memiliki pola yang sama dengan lainnya karena dominannya pengaruh debit dalam perhitungan fluks. Meskipun pola konsentrasi PIC yang berlawanan dengan musim penghujan, namun ketika dihitung fluks PIC, maka polanya berbentuk seperti pola musim penghujan Gambar 35. 99 Tabel 22. Korelasi antar parameter karbon Analisis Parameter CIU-K1 CIU-K2 CIU-K2 CIU-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB DOC-TOC 0.99 1.00 0.96 0.96 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 0.99 1.00 0.99 0.99 DIC-TIC 1.00 1.00 0.99 0.98 1.00 0.99 0.99 0.97 0.99 0.99 0.98 0.85 1.00 POC-TOC 0.43 0.23 0.34 -0.18 -0.01 -0.32 -0.32 0.74 0.36 0.77 0.82 0.78 0.84 PIC-TIC 0.63 0.84 0.62 0.65 0.14 -0.10 -0.10 0.62 -0.26 0.78 0.84 -0.29 -0.19 PIC-TSS -0.58 -0.75 -0.58 -0.58 0.04 -0.59 -0.59 -0.56 -0.03 0.12 -0.82 0.58 0.55 TOC-Q 0.76 0.81 0.94 0.61 0.95 0.92 0.92 0.93 0.93 0.90 0.93 0.94 0.83 TIC-Q -0.86 -0.71 -0.73 -0.88 -0.82 -0.53 -0.53 -0.61 -0.85 -0.91 -0.93 -0.79 -0.72 DOC-Q 0.67 0.78 0.94 0.61 0.96 0.91 0.91 0.90 0.93 0.94 0.93 0.90 0.68 DIC-Q -0.82 -0.69 -0.67 -0.86 -0.83 -0.46 -0.46 -0.62 -0.83 -0.91 -0.88 -0.65 -0.74 POC-Q 0.89 0.42 0.22 -0.20 -0.07 -0.26 -0.26 0.88 0.33 0.45 0.75 0.89 0.99 PIC-Q -0.84 -0.76 -0.71 -0.56 0.09 -0.56 -0.56 -0.30 0.12 -0.68 -0.88 0.21 0.61 DOC thd TOC 0.99 0.63 0.58 0.54 0.65 0.60 0.60 0.59 0.64 0.58 0.63 0.58 0.52 DIC thd TIC 0.94 0.65 0.65 0.65 0.64 0.65 0.65 0.62 0.66 0.63 0.64 0.61 0.65 Korelasi pengaruh pengenceran Rerata rasio terlarut per total Rasio korelasi Keterangan: tanda korelasi negatif - antara parameter karbon dan debit Q mengindikasikan efek pengenceran 100 Gambar 34. Dinamika konsentrasi TOC, TIC, DOC, DIC, POC dan PIC di daerah penelitian mgl a TOC b TIC c DOC d DIC e POC f PIC 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sep Nov Jan Mar Jun Sep T O C m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Sep Nov Jan Mar Jun Sep D O C m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 3 6 9 Sep Nov Jan Mar Jun Sep P O C m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 20 40 60 80 Sep Nov Jan Mar Jun Sep T IC m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 20 40 60 80 Sep Nov Jan Mar Jun Sep D IC m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 1 2 3 4 5 Sep Nov Jan Mar Jun Sep P IC m g l CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 101 Gambar 35. Dinamika fluks karbon TOC, TIC, DOC, DIC, POC dan PIC di daerah penelitian tonhari a TOC b TIC c DOC d DIC e POC f PIC 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k T O C to n h a ri CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k D O C to n h a ri CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 100 200 300 400 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k P O C to n t h n CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 500 1,000 1,500 2,000 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k T IC to n h a ri CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 500 1000 1500 2000 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k D IC to n h a ri CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 22 44 66 88 110 132 154 176 198 220 Sep Nov Jan Mar Jun Sep F lu k P IC to n t h n CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER-K2 SER-K1 CID-K SOL-K BRA-KA BRA-KB 102

5.4. Perpindahan CO