48
3.3.2.2. Metode Pengumpulan Data
1 Penentuan Lokasi Penentuan lokasi stasiun hidrologi dipilih berdasarkan pertimbangan
penyebaran stasiun pada masing-masing subDAS dan kelengkapan data secara historis. Stasiun-stasiun hidrologi yang diperoleh diplot ke dalam peta topografi
untuk mengetahui persebarannya. Pembagian subDAS pada masing-masing DAS atau sungai utama berdasarkan pertimbangan kemiringan lereng, jaringan sungai,
dan luas subDAS. Di Jawa terdapat sekitar 459 pos duga air atau stasiun debit sungai yang
tersebar di 111 DAS dengan lama pencatatan debit yang bervariasi. Dari jumlah keseluruhan stasiun debit tersebut, sekitar setengahnya atau 241 stasiun 53
mempunyai data yang lebih dari 10 tahun pengamatan, sedangkan sisanya 218 stasiun 47 data yang dihasilkan kurang dari 10 tahun. Kontinuitas pencatatan
debit juga banyak yang tidak menerus karena kerusakan peralatan atau stasiun pengukur debit dipindah ke tempat lain.
Dari 459 stasiun debit di Pulau Jawa tersebut, sebanyak 283 stasiun atau 61,7 tersebar di daerah penelitian, yaitu di DAS Ciujung 8 stasiun, DAS
Cisadane 13 stasiun, DAS Citarum 74 stasiun, DAS Cimanuk 38 stasiun, DAS Citanduy 32 stasiun, DAS Serayu 35 stasiun, DAS Bengawan Solo 42
stasiun, dan DAS Brantas 41 stasiun. Untuk analisis kecenderungan trend debit dilakukan pemilihan stasiun
yang dapat mewakili bagian dari DAS yaitu hulu, tengah dan hilir. Dari masing- masing bagian DAS dipilih satu stasiun yang digunakan sebagai wakil dari bagian
DAS dengan pertimbangan sebaran dan durasi data pengamatan debit sungai. Data debit yang digunakan adalah debit rata-rata bulanan pada masing-masing stasiun.
Data debit tersebut sebagian diperoleh dari data debit harian dan sebagian debit bulanan dan jangka waktu pengamatan yang panjang.
Untuk memudahkan dalam pembacaan dari kelompok sungai dan masing- masing stasiun sesuai dengan sub DAS yaitu hulu, tengah dan hilir, maka
digunakan pengkodeaan dari masing-masing sungai, yaitu Ciujung CIU, Cisadane CIS, Citarum CIT, Cimanuk CIM, Citanduy CID, Serayu SER,
Bengawan Solo SOL, dan Brantas BRA. Untuk pengkodean pembagian
49 subDAS digunakan angka 1 hulu, 2 tengah, dan 3 hilir. Apabila di dalam satu
sungai pada satu subDAS menggunakan dua stasiun dikodekan dengan A dan B. Berdasarkan pertimbangan hal tersebut, maka di bagian hulu DAS diwakili
oleh Stasiun Ciberang CIU-1, Legok Muncang CIS-1, Cikapundung CIT-1, Bojongloa CIM-1, Cilisung CID-1, Banjarnegara SER-1, Padas SOL-1A,
Nambangan SOL-1B dan Gadang BRA-1. Pada hulu DAS Bengawan Solo diwakili oleh dua stasiun dengan pertimbangan adanya dua sub DAS yang besar
yaitu Bengawan Solo hulu dan Bengawan Madiun. Durasi pengamatan debit yang digunakan berkisar antara 11 – 26 tahun.
Pada bagian tengah DAS dipilih stasiun pengamatan debit yang dianggap mewakili bagian tengah DAS tersebut yaitu Stasiun Rangkasbitung CIU-2,
Batubeulah CIS-2, Nanjung CIT-2, Tomo CIM-2, Pataruman CID-2, Banyumas SER-2, Napel SOL-2 dan Kediri BRA-2. Durasi pengamatan
yang digunakan lebih panjang daripada di bagian hulu DAS yaitu 31 tahun. Untuk bagian hilir, stasiun debit yang digunakan adalah Kragilan CIU-3,
Serpong CIS-3, Jatiluhur CIT-3, Jatibarang CIM-3, Karangsari CID-3, Rawalo SER-3, Babad SOL-3, Perning BRA-3A dan Porong BRA-3B.
Durasi pengamatan berkisar antara 8 – 31 tahun Tabel 12. Tidak adanya data pengamatan debit dengan durasi yang cukup panjang pada stasiun-stasiun debit
yang terletak mendekati sekitar muara sungai atau paling hilir merupakan salah satu pertimbangan dipilihnya stasiun-stasiun yang berlokasi cukup jauh dari
muara sungai. Namun demikian stasiun-stasiun tersebut dapat dikelompokkan ke bagian hilir DAS karena memiliki kemiringan lereng yang rendah dan secara
proporsional dipetakan masih mendekati bagian hilir DAS.
50 Tabel 12. Stasiun debit sungai di hulu, tengah dan hilir yang digunakan untuk analisis trend debit
Stasiun Kode
Luas subDAS
km2 Thn
Pengama tan
Durasi Tahun
Stasiun Kode
Luas subDAS
km2 Thn
Pengama tan
Durasi Tahun
Stasiun Kode
Luas subDAS
km2 Thn
Pengama tan
Durasi Tahun
Ciujung 1935 Ciberang
CIU-1 301 86-01
16 Rk.bitung CIU-2
1064 71-01 31 Kragilan
CIU-3 1623 71-01
31 Cisadane
1667 Lg.Muncang CIS-1
196 76-01 26 Batubeulah
CIS-2 820 71-01
31 Serpong CIS-3
1145 71-01 31
Citarum 6080 Cikapundung CIT-1
76 76-01 26 Nanjung
CIT-2 1674 73-01
31 Jatiluhur CIT-3
5342 71-01 31
Cimanuk 3600 Bojongloa
CIM-1 286 76-01
26 Tomo CIM-2
1966 71-01 31 Jatibarang CIM-3
3322 71-01 31
Citanduy 3599 Cilisung
CID-1 190 76-01
26 Pataruman CID-2
1163 71-01 31 Karangsari CID-3
2682 72-01 31
Serayu 3383 Banjarnegara SER-1
270 77-01 26 Banyumas
SER-2 987 71-01
31 Rawalo SER-3
2631 71-01 31
Padas SOL-1A
35 76-01 26 Napel
SOL-2 10095 71-01
31 Babad SOL-3
14247 71-01 31
Nambangan SOL-1B
2126 76-01 26
Gadang BRA-1A
808 74-87 14 Kediri
BRA-2 7702 71-01
31 Perning BRA-2A
11497 95-03 8
Gadang BRA-1B
924 91-01 11
Porong BRA-2B
10573 95-03 8
Tengah Hilir
Luas DAS km2
16100
Sungai
B. Solo Brantas
Hulu
12192
51 2 Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data debit sungai secara jangka panjang. Mengingat ketersediaan data debit aliran cukup beragam bentuk dan
pencatatannya, maka kondisinya disesuaikan dengan yang ada. Bentuk data debit umumnya dalam bentuk aliran m
3
detik atau tinggi muka air meter yang selanjutnya perlu dikalikan dengan rating curve untuk memperoleh data debit
m
3
detik. Format pencatatan umunya dalam bentuk rata-rata harian, mingguan, dan bulanan.
Ketersediaan data debit saat ini masih tersebar di berbagai instansi. Untuk itu data dikumpulkan dari instansi-instansi yang melakukan pengukuran, baik
manual peilschall maupun otomatis automatic water level recorderAWLR seperti:
Dinas Pengairan di tingkat kabupaten dan provinsi.
Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai PIPWS di masing-masing wilayah sungai seperti PIPWS Ciujung-Ciliman, PIPWS Ciliwung-Cisadane,
PIPWS Cimanuk-Cisanggarung, PIPWS Citarum, PIPWS Citanduy-Ciwulan, BPSDA Serayu-Bogowonto, dan PIPWS Bengawan Solo.
Perum Jasa Tirta I DAS Brantas dan DAS Bengawan Solo dan Perum Jasa Tirta II DAS Citarum.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.
Balai Pengelolaan DAS di masing-masing DAS yang merupakan bagian dari instansi di Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
Departemen Kehutanan.
3.3.2.3. Analisis Data