Fluks Karbon Sungai TINJAUAN PUSTAKA

21 Gambar 5. Siklus karbon global detil untuk daratan dan potensi gangguan terhadap cadangan karbon di daratan di masa mendatang Sumber: Sabine et al., 2004; Field and Raupach, 2004 Kondisi yang sama terjadi pada pemanfaatan lahan gambut untuk berbagai tujuan. Gambut di seluruh dunia menyimpan antara 192 – 450 GtC Post et al., 1982, yang merupakan 15 – 35 dari seluruh karbon yang ada di daratan. Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika, hanya 10-12 dari total gambut dunia, namun menyimpan kurang lebih 191 GtC Page and Rieley, 1998 atau sepertiga dari total karbon yang tersimpan di gambut secara keseluruhan. Dengan asumsi bahwa rata-rata ketebalan gambut kurang lebih 5 meter, maka ekosistem gambut tropis dianggap dapat menyimpan kurang lebih 2.500 ton C per hektar, dibanding dalam gambut secara umum rata-rata sebanyak 1.200 ton C per hektar Diemont et al ., 1997. Hal ini menyebabkan gambut tropika cukup penting dalam neraca karbon.

2.2. Fluks Karbon Sungai

Guna memahami siklus karbon global yang lebih baik, saat ini terjadi peningkatan penelitian untuk menghitung transpor sedimen dan karbon dari sungai ke laut Milliman dan Syvitski, 1992; Meybeck et al., 1993; Ludwig dan Probst, 1998; Coynel et al., 2005. Transpor karbon dari sungai ke laut merupakan keterkaitan dalam siklus biogeokimia karbon antara daratan dan lautan. Kualitas karbon yang ditranspor oleh sungai merupakan komponen yang penting dalam siklus karbon global Meybeck, 1982; Ittekkot, 1988; Ludwig et al., 1996; Alamiah Gangguan langsung Gangguan mendatang 22 Meybeck and Ragu, 1996; Sempere et al., 2000, Dagg et al., 2004; Wu et al., 2007. Dalam neraca karbon global, sungai-sungai di tropis seperti di Indonesia cukup penting peranannya dalam memasok karbon ke lautan. Sebab sungai-sungai tersebut menyumbang kurang lebih 60 terhadap air, sedimen dan karbon organik ke lautan Ludwig et al., 1996; Gillardet et al., 1999; Syvitski et al., 2005; Alkhatib et al., 2007. Meskipun sungai-sungai tersebut tergolong dalam klasifikasi sungai-sungai kecil Walling and Fang, 2003, namun sungai-sungai tersebut berperan penting dalam memasok DOC ke laut Baum et al., 2007. Diperkirakan pasokan DOC ke laut dari sungai-sungai di Indonesia kurang lebih 21 Tgtahun 21 x 10 12 gCtahun atau 10 dari total pasokan sungai-sungai di dunia Baum et al., 2007. Meskipun kontribusi bahan organik lautan cukup kecil dalam skala global, namun cukup penting bagi daerah pesisir yang berhubungan dengan sumber makanan Smith and Hollubough, 1992 dalam Wu et al., 2007; Opsahl and Benner, 1997. Karbon yang terbawa oleh aliran sungai berbentuk total karbon organik TOC, total karbon inorganik TIC, karbon organik terlarut DOC, karbon inorganik terlarut, DIC, karbon organik partikulat POC, dan karbon inorganik partikulat PIC. TOC merupakan jumlah antara DOC dan POC, sedangkan TIC jumlah dari DIC dan PIC. DOC adalah fraksi dalam kolam karbon organik yang berbentuk terlarut dalam air. Dalam prakteknya, fraksi ini mengandung seluruh campuran organik yang lolos melalui sebuah filter dengan ukuran pori 0,4 µm. DIC dari 3 senyawa yaitu Bianchi et al., 2004; Sarmiento and Gruber, 2006:            2 3 3 3 2 CO HCO CO H DIC = 0,5 88,6 10,9 Mengingat cukup sedikit fraksi dari DIC sebagai CO 2 terlarut, maka dalam banyak penggunaan, DIC merupakan jumlah dari bikarbonat dan ion karbonat. POC adalah campuran karbon organik yang tidak lolos melalui saringan dengan lubang pori 0,4 µm. DOC di air permukaan dipengaruhi oleh sumber-sumber alam dan allocthonous antropogenik di DAS dan oleh produksi autochthonous serta proses- proses degradasi Sachse et al., 2005. DOC merupakan faktor penting yang menentukan dalam mengendalikan kimia dan biologi permukaan. Oleh karena itu 23 hal ini penting untuk menentukan komposisi kimia seperti konsentrasi dan fluks dari sungai-sungai dan danau. Namun hanya sedikit studi yang difokuskan pada komposisi Hedges et al., 1994; Heikinen, 1994; Wu et al., 1997; Sachse et al., 2001a. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa laju produksi DOC dalam tanah organik, laju penyerapan dalam tanah mineral, dan arah aliran air ke sungai melalui perbedaan horison tanah mempengaruhi konsentrasi DOC dari air yang melalui saluran sungai McDowell and Wood, 1984; Aiken and Cotsaris, 1995. Tipe bentang lahan berperan dalam menentukan ekspor beberapa zat, khususnya DOC Eckhardt and Moore, 1990; Kalbitz et al., 1999.

2.3. Kondisi Lingkungan Pulau Jawa