DAS Citanduy Kondisi Umum Delapan DAS di Jawa 1. DAS Ciujung

71 lainnya. Waduk Kadumalik dapat mengairi 20.000 Ha lahan irigasi pada saat musim kemarau. Jika pembuatan Waduk Jatigede ditunda, maka Waduk Kadumalik dengan ketinggian 294 meter dapat menjadi alternatif cadangan utama pembuatan waduk pertama di DAS Cimanuk karena biaya pembangunannya yang lebih murah.  Waduk Pasirkuda terletak di Kabupaten Majalengka dengan volume tampungan sebesar 2,4 juta m 3 . Nilai ekonomi proyek IRR pengembangan Waduk Pasirkuda adalah 6,07 dan biaya konstruksi untuk pengembangan adalah 72,2 juta US Kurs Rp. 8.500 per US , tahun 2003.  Waduk Cipeles memiliki volume tampungan sebesar 175 juta m 3 . Manfaat yang diperoleh dari pengembangan Waduk Cipeles adalah pengairan irigasi seluas 12.000 ha dan penyediaan air baku untuk 14.004 jiwa. Nilai ekonomi proyek IRR pengembangan Waduk Cipeles adalah 6,57 dan biaya konstruksi untuk pengembangan adalah 104,8 juta US Kurs Rp. 8.500 per US , tahun 2003.

4.3.5. DAS Citanduy

Berdasarkan morfologinya, DAS Citanduy sebagian merupakan wilayah depresi Jawa Barat dan sebagian lagi merupakan wilayah dataran rendah yang masuk ke dalam wilayah Lembah Citanduy Sandy, 1983 dalam Astuti, 1999. Aliran Citanduy berasal dari Gunung Cakrabuana di Provinsi Jawa Barat, dan bermuara di Laguna Segara Anakan yang berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Citanduy merupakan sungai utama yang memiliki empat anak sungai: Cimuntur, Cijolang, Cikawung dan Ciseel. Total luas DAS Citanduy kurang lebih 3.460 km 2 . Luas masing-masing sub DAS yang ada adalah sub DAS Citanduy Hulu 16,15, sub DAS Cimuntur 14,59, sub DAS Cijolang 13,89, sub DAS Cikawung 14,17, dan sub DAS Ciseel 21,83. DAS Citanduy berada di tujuh kabupaten dan dua kota, yaitu: Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat; serta Cilacap, dan Brebes di Provinsi Jawa Tengah. Sungai Citanduy bermuara di Laguna Segara Anakan. 72 Dari tahun ke tahun, sub DAS Ciseel yang terdapat di bagian hilir dari DAS Citanduy mengalami peningkatan luas karena adanya sedimentasi di Laguna Segara Anakan dan membentuk daratan baru. Antara tahun 1985 hingga 2003 di Laguna Segara Anakan terjadi penyusutan genangan 2293 hektar Gambar 19. Gambar 19. Penyusutan luas perairan Laguna Segara Anakan di sekitar muara Citanduy dari tahun 1985 – 2003 Sumber: Astisiasari, 2008 DAS Citanduy memiliki sembilan jenis tanah dengan pengklasifikasian berdasarkan pada klasifikasi Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat - Bogor. Sembilan jenis tanah di DA Citanduy tersebut adalah: aluvial, andosol, gleisol, grumosol, latosol, litosol, organosol, podsolik, dan regosol. Latosol merupakan jenis tanah terluas yang terdapat di semua sub DAS; sedangkan litosol dengan luas sebesar 2,26 Ha merupakan jenis tanah dengan luas terkecil. Berdasarkan kelas erodibilitas atau koefisien kepekaan erosi dari Bapedal 2001 yang dimodifikasi, jenis tanah yang terdapat di DAS Citanduy terdapat dua kelompok yaitu erodibilitas tinggi: litosol, organosol, regosol, andosol, podsolik, grumosol dan erodibilitas rendah: aluvial, gleisol, dan latosol. Klasifikasi kelas tersebut dan fakta yang dimiliki, maka berdasarkan variabel jenis tanah, DAS Citanduy memiliki kepekaan tanah terhadap erosi yang tergolong rendah. Jenis tanah dengan erodibilitas rendah seperti aluvial, gleisol, dan latosol menutup 71,82 DAS Citanduy, yang membentang mulai dari sub DAS bagian 73 hulu hingga sub DAS bagian hilir. Tanah lainnya adalah jenis tanah dengan erodibilitas tinggi yang menutup wilayah penelitian sebesar 28,18 dengan letak yang tersebar-sebar. Perubahan penggunaan lahan di DAS Citanduy terus berlangsung meski upaya konservasi tanah dan air serta pengelolaan DAS sudah sejak lama dilakukan. Hutan sebagai jenis penggunaan tanah yang sangat berpengaruh terhadap kualitas DAS dan penting bagi konservasi tanah dan air, hanya memiliki luasan total ± 9 – 10 dari luas total DAS. Dalam kurun waktu 12 tahun yaitu 1994 hingga 2006, perubahan luas terbesar terjadi pada hutan yang luasannya berkurang sebesar 4.039,98 Ha. Pertambahan luas terbesar terjadi pada penggunaan tanah tegalanladang yang luasannya bertambah sebesar 2.707,59 Ha Astisiasari, 2008. Hasil penelitian Dharmawan et al., 2004 justru menunjukkan adanya peningkatan hutan. Berdasarkan data satelit Landsat tahun 1991 dan 2003 serta pengecekan lapang pada bulan Mei 2004. Selama 12 tahun periode analisis, hutan alam mengalami peningkatan sebesar 5.043 ha 1, terutama terjadi di DAS Citanduy hulu. Hutan tanaman mengalami penurunan yang cukup tajam sebesar 31.900 ha 6,73, yang terjadi di semua sub DAS Gambar 20. Sedangkan kebun campuran mengalami peningkatan sebesar 34.157 ha 7,2, terutama di Sub DAS di bagian hulu SubDAS Cimuntur, Citanduy Hulu, Cijolang. Dari trend perubahan lahan periode 1991 - 2003, ada kecenderungan peningkatan areal hutan alam, konversi hutan tanaman menjadi peruntukan lain dan ada peningkatan areal kebun campuran. Bila dilihat dari fungsi penutupan lahan untuk mencegah erosi dan aliran permukaan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk lahan masyarakat kebun campuran, menunjukkan adanya proses menuju perbaikan, sedangkan untuk lahan milik pemerintah atau Perhutani hutan tanaman menunjukkan penurunan, karena angka konversi hutan tanaman menjadi peruntukan yang lain yang cukup besar. Adanya perbedaan hasil penelitian tersebut disebabkan luas daerah kajian yang digunakan berbeda. Dalam penelitian Astisiasari 2008 penelitian hanya dilakukan di DAS Citanduy, sedangkan Dharmawan et al., 2004, sub DAS 74 Segara Anakan dan Pulau Nusa Kambangan dimasukkan ke dalam DAS Citanduy sehingga daerah studinya lebih luas. Gambar 20. Perbandingan tutupan lahan dari citra Landsat tahun 1991 dan 2003 di DAS Citanduy Sumber: Dharmawan et al., 2004 Berdasarkan Surat Keputusan 419Kpts – 111999 dan 435Kpts – 111999, kawasan hutan yang terdapat di DAS Citanduy adalah sebagai berikut: a. Hutan lindung; seluas 6.126,11 Ha berfungsi melindungi tanah dan air, terdapat di barat sub DAS Citanduy Hulu 5.657,32 Ha, utara sub DAS Cijolang 437,73 Ha, dan barat-laut sub DAS Cikawung 31,07 Ha b. Hutan suaka alam dan wisata; seluas 44.295,29 Ha, berfungsi untuk melindungi satwa langka. Hutan ini terdapat di semua sub DAS yang ada, 75 dengan luasan terbesar terdapat di sub DAS Cikawung 8.486,65 Ha dan terkecil di sub DAS Citanduy Hulu 1834,41 Ha c. Hutan produksi terbatas, yang dapat diambil hasilnya memiliki luas 30.469,67 Ha, terdapat di beberapa sub DAS. d. Suaka margasatwa; seluas 5.131,91 Ha terdapat di sub DAS Citanduy Hulu 3.086,95 Ha dan sub DAS Cimuntur 2.044,97 Ha e. Taman wisata alam; seluas 52,61 Ha, terdapat di bagian timur sub DAS Citanduy Hulu. Jumlah penduduk yang tinggal di DAS Citanduy kurang lebih 2,75 juta jiwa dengan kepadatan penduduk 764 jiwakm 2 Dharmawan et al., 2004. Kepemilikan lahan di DAS Citanduy sangat rendah, yaitu 0,3 haorang untuk lahan sawah, dan 0,5 Haorang untuk lahan kering. Keadaan ini menyebabkan petani tak mampu mencukupi kebutuhan, walau telah melakukan pola tanam intensif. Di sisi lain, pengelolaan lahan pertanian meningkat akibat masih ada masyarakat yang bertahan dengan ketersediaan lahan yang sedikit. Hal ini menyebabkan terjadinya pembukaan hutan, mangrove, menjadi lahan pertanian, mulai dari sawah, kebun campuran, hingga pertanian lahan kering. Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap erosi dan angkutan sedimen. Intensitas erosi berkisar antara 1,1 – 2,9 mmtahun dan angkutan sedimen pada Sungai Citanduy berkisar antara 0,73 – 9,49 juta tontahun. Intensitas erosi dan angkutan sedimen terbesar di Citanduy Hulu yaitu mencapai 2,9 mmtahun dan 9,49 juta tontahun BPKSA, 2005. Sedangkan menurut studi Engineering Consultant Incorporation ECI tahun 1994, Sungai Citanduy membawa partikel sedimen sebesar 5.770.000 m 3 tahun yang dialirkan menuju Laguna Segara Anakan. Material yang diendapkan di Laguna Segara Anakan terdiri dari material lempung, lanau dan pasir. Lempung merupakan fraksi terbanyak yang dibawa sungai-sungai, yaitu sebesar 65 – 95, lanau 2 – 34, dan pasir sebesar 1 – 24.

4.3.6. DAS Serayu