35 Sampean, yaitu puncak aliran terjadi pada bulan Februari. Aliran sungai ke estuari
yang mengalir ke selatan Jawa relatif mirip dengan puncak aliran pada bulan Februari.
2.4.2. Bendungan
Secara global, saat ini terdapat lebih dari 41.000 bendungan besar tinggi 15 m. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan 7 kali lipat pembangunan
bendungan dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, dan jumlahnya akan terus meningkat WRI, 2000. Selain itu, banyak reservoir kecil dan bendungan-
bendungan kecil dibangun. Bendungan-bendungan tersebut dibangun untuk irigasi, PLTA, pasokan industri, domestik, pengendali banjir dan lainnya.
Penggenangan tersebut menyebabkan terjadinya pengurangan karbon kurang lebih 2 GtCtahun, yang setara dengan hilangnya karbon dalam model karbon global
Smith et al., 2001. Dalam hal ini bendungan-bendungan besar di dunia tersebut berperan sebagai penjebak karbon atau menghambat perpindahan karbon dari
daratan menuju laut melalui sungai. Dampak pembendungan dan irigasi dari sungai ternyata banyak
menimbulkan masalah lain, seperti: a menurunnya pasokan sedimen ke pantai di seluruh dunia Milliman, 1997; b meningkatnya intrusi air laut Grossland et al.,
2005; c menurunkan pola produktivitas, keanekaragaman dan sifat-sifat ekosistem di estuari Baird and Heymans, 1996; d menurunkan kandungan silika
ke perairan pesisir Conley et al., 1993; dan e pengurangan karbon dan mempercepat proses eutrofikasi seperti di Sungai Mississippi, Amazon dan Nil
Turner et al., 1998; Ittekkot, 2000; Nixon, 2003; Chen, 2002, 2004. Pasokan air, kandungan hara, karbon, sedimen dan material lain yang terlarut dalam air
tertahan oleh bendungan dan mengendap di dasar bendungan sehingga daerah hilir lebih sedikit pasokannya jika dibandingkan dengan sebelumnya ketika belum
dibangun bendungan tersebut. Di Indonesia terdapat bendungan kurang lebih 200 buah bendungan besar.
Di Jawa, bendungan besar dibangun sejak pemerintahan Kolonial Belanda hingga sekarang dengan multi fungsi Tabel 7. Pada masa yang akan datang diperkirakan
jumlah bendungan akan terus meningkat karena adanya rencana pembangunan
36 bendungan baru. Bendungan tersebut cukup diperlukan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan air yang semakin meningkat Nippon Koei, 2004. Namun demikian, pembangunan bendungan makin sulit dilakukan karena keterbatasan lahan dan
kendala sosial budaya masyarakat, khususnya berkaitan dengan penolakan penduduk untuk dilakukan relokasi karena adanya rencana penggenangan dari
hasil pembangunan bendungan. Tabel 7. Karakteristik bendungan-bendungan tinggi 30 m di Pulau Jawa
No Bendungan
Provinsi Sungai
Luas DAS
km
2
Tinggi m
Kapasitas Penyimpanan
MCM Fungsi
Luas Irigasi
Ha Selesai
Dibangun Gross
Net 1
Pongkor Banten
Cikaniti 3
34 1,8
1,8 W
- 1996
2 Saguling
Jabar Citarum
2.283 99
875 611
L -
1986 3
Cirata Jabar
Citarum 4.119
125 2.165
796 L
- 1988
4 Jatiluhur
Jabar Serayu
4.500 105
2.556 1.790
I, L 240.000
1967 5
Darma Jabar
Cisanggarung 24
37,5 37,9
33,9 I
22.316 1962
6 Cipanunjang
Jabar Cisangkuy
8 33,9
22,4 18,5
W -
1930 7
Kedungombo Jateng
Serang 614
62 726
634,6 I,L
59.645 1989
8 Sempor
Jateng Sempor
43 58
52 47
I,L 17.000
1978 9
Wonogiri Jateng
B.Solo 1.350
40 560
440 I,L,B
23.600 1982
10 Cacaban
Jateng Cacaban
59 38
90 90
I 17.481
1958 11
Gembong Jateng
Juwono 15
38 9,5
9,5 I
3.855 1933
12 Wadaslintang
Jateng Bedegolan
196 122
443 408
I, L 31.634
1987 13
Mrica Jateng
Serayu 1.022
110 193,5
47 L
- 1989
14 Garung
Jateng Menjer
47 36
27 14,9
L -
1983 15
Song Putri Jateng
B.Solo 3
32 0,7
0,7 I
170 1984
16 Malahayu
Jateng Kabuyutan
63 31,4
39,9 38
I 18.456
1940 17
Sermo Yogyakarta
Serang 22
55 25
21,9 I
3.550 1996
18 Selorejo
Jatim Brantas
236 49
62,3 54,6
I,L,A 5.700
1972 19
Wlingi Jatim
Brantas 2.890
47 24
5.2 I,L,B
13.600 1977
20 Sampean
Baru Jatim
Sampean 735
41 2,2
2,2 I,L
9.800 1983
21 Bening
Jatim Bening
90 36
37,5 33
I,L 8.600
1984 22
Pacal Jatim
B.Solo 84
35 41,2
39,2 I
16.600 1933
23 Sengguruh
Jatim Brantas
1.659 34
21,5 2,5
L -
1988 24
Pondok Jatim
B.Madiun 33
32 30,9
28 I,L
3.500 1995
25 Wonorejo
Jatim Gondang
126 100
122 106
M,L,B -
2001 26
Sutami Jatim
Brantas 2.052
97.5 343
253 I,L,A,B
34.000 1973
27 Lahor
Jatim Brantas
170 74
36,1 29,4
R -
1977 Sumber: Nippon Koei, 2004 tidak dipublikasikan
Keterangan: I = irigasi; L = PLTA; B = pengendali banjir; A = penyediaan air bersih; R = regulasi; W = pengendali limbah
Masalah utama yang terjadi pada bendungan-bendungan di Jawa adalah besarnya sedimentasi pada waduk yang ada Tabel 8. Tanah yang berasal dari
erosi di DAS yang relatif cukup tinggi mengakibatkan sungai, saluran, danau dan waduk mendangkal sehingga mengurangi isi efektif waduk. Pendangkalan waduk
di Indonesia tergolong pada pendangkalan sedang-tinggi.
37 Tabel 8. Informasi pendangkalan beberapa waduk di Jawa
No Bendungan
Luas DAS
km
2
DAS Volume
Tampung 10
6
m
3
Sedimen 10
6
m
3
Umur tahun
Laju Sedimentasi
10
6
m
3
tahun Penurunan
Tampungan tahun
1 Gajah
Mungkur 1350
B. Solo 735,0
320,00 21
15,20 1,40
2 Sengguruh
1659 Brantas
21,5 19,18
15 1,20
5,58 3
Selorejo 236
Brantas 62,3
19,61 33
0,60 0,95
4 Sutami
2050 Brantas
343,0 167,39
30 5,57
1,62 5
Bening 85.5
Brantas 33,0
8,83 19
0,46 1,40
6 Lahor
160 Brantas
36,1 4,09
28 0,15
0,40 7
Mrica 1022
Serayu 193,5
56,25 15
3,75 1,94
8 Cacaban
59 Cacaban
90,0 37,02
45 0,82
0,91 9
Malahayu 63
Kabuyutan 69,0
36,88 76
0,48 0,70
10 Wadaslintang
196 Serayu
443,0 -
16 -
- 11
Sempor 43
Sempor 52,0
12,04 26
0,46 0,90
12 Kedung
Ombo 614
Serang 723,0
- 14
- -
13 Saguling
2283 Citarum
875,0 85,00
17 5,00
0,58
Sumber: Ditjen SDA, 2006 tidak dipublikasikan
2.5. Kesehatan DAS