93
5.2.1. Fluks TOC dan TIC
Debit sungai Bengawan Solo sangat besar, hal ini terbukti pada saat pengambilan sampel air sungai pada tanggal 26 Januari 2008, yang debitnya
mencapai 1.284 m
3
detik dan menyebabkan fluks TOC dan TIC sangat besar. Secara umum, pola musiman dari fluks TOC dan TIC mencapai puncak terbesar
pada bulan Januari, kecuali untuk Brantas yang terjadi pada bulan Maret, dan mencapai terendah pada saat musim kemarau yaitu bulan September. Kuatnya
pengaruh dari debit sungai pada fluks TOC dan TIC tersebut ditunjukkan oleh hubungan korelasi antara parameter karbon dan debit. Hubungan antara TOC dan
debit berkisar antara 0,61 – 0,94, sedangkan TIC dan debit antara -0,53 hingga - 0,93. Tanda negatif pada korelasi tersebut mengindikasikan adanya efek
pengenceran dari TIC. Berdasarkan sebaran aliran dari fluks TOC dan TIC, terlihat bahwa Sungai
Bengawan Solo memasok TOC dan TIC yang lebih besar dibandingkan dengan sungai lainnya. Dibandingkan dengan rata-rata fluks TOC-TIC dari Sungai
Ciujung, Cisadane, Citarum, Cimanuk, Citanduy dan Serayu, maka fluks TOC Bengawan Solo 5,4 kali lebih besar dan TIC 5,9 lebih besar daripada sungai-
sungai tersebut. Sungai Porong memiliki fluks besar, yaitu TOC lebih besar 3,5 kali dan TIC 4,6 kali dari sungai lainnya Gambar 29.
Stasiun BRA-KA ternyata memiliki fluks TOC dan TIC yang sangat kecil yaitu seperlima daripada BRA-KB. Padahal konsentrasi TIC dan TIC sangat
tinggi dibandingkan sungai lainnya. Hal ini disebabkan debit sungai Surabaya yang sangat kecil karena dipengaruhi oleh adanya pengaturan debit oleh PJT I
sebagai pengelola Sungai Brantas. Sungai Brantas hanya dialirkan ke Sungai Surabaya pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan dialirkan ke
Sungai Porong untuk mengendalikan banjir Kota Surabaya dan sekitarnya. Kondisi demikian menyebabkan fluks TOC dan TIC kecil.
94
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
700,000
CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER- K2
SER- K1
CID-K SOL-K BRA- KA
BRA- KB
F lu
k s
T o
ta l
K a
rb o
n to
n t
h n
FTIC FTOC
Gambar 29. Fluks TOC dan TIC pada masing-masing stasiun pengukuran di daerah penelitian tontahun
Rata-rata fluks TOC dan TIC dari daratan ke lautan di daerah penelitian berkisar antara 50.250 – 374.756 tontahun untuk TOC dan 16.837 – 346.350
tontahun untuk TIC Lampiran 7 dan 8. Berdasarkan hasil perhitungan dari stasiun pengukuran di bagian paling hilir daerah penelitian, maka jumlah fluks
TOC yang mengalir dari sungai ke lautan secara keseluruhan sekitar 1.067.132 tontahun, sedangkan fluks TIC kurang lebih 1.049.740 tontahun. Dari
keseluruhan fluks TOC dan TIC tersebut, sebagian besar berupa karbon terlarut daripada karbon partikulat Gambar 30.
Sungai Citarum, Serayu, dan Brantas memiliki pola yang sama dimana fluks TIC lebih besar daripada TOC, sedangkan sungai lainnya memiliki TOC
lebih besar daripada TIC. Hal ini mengindikasikan bahwa sumber-sumber karbon inorganik lebih dominan daripada organik. Keberadaan batuan kapur dan aktivitas
penduduk yang melakukan kegiatan berkaitan dengan usaha batu kapur seperti penambangan, industri keramik dan proses alam dalam erosi batuan kapur sangat
berpengaruh terhadap tingginya TIC. Di DAS Bengawan Solo yang terdapat batuan kapur yang luas ternyata kandungan TOC lebih tinggi daripada TIC. Hal
ini diduga karena sumber-sumber karbon organik, seperti limbah industri, domestik, pertanian dan perkebunan lebih dominan dibandingkan dengan sumber
karbon inorganik.
95
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
700,000
CIU-K1 CIU-K2 CIS-K2 CIS-K1 CIT-K CIM-K2 CIM-K1 SER- K2
SER- K1
CID-K SOL-K BRA- KA
BRA- KB
F lu
k s
K a
rb o
n to
n t
h n
FPIC FPOC
FDIC FDOC
Gambar 30. Perbandingan antara fluks DOC, DIC, POC dan PIC pada masing- masing stasiun pengukuran di daerah penelitian tontahun
Berdasarkan arah sebarannya fluks TOC dan TIC, terlihat bahwa fluks terbesar terdapat di sekitar Selat Madura, dimana terdapat muara Sungai
Bengawan Solo dan Brantas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pasokan karbon ke utara Pulau Jawa lebih besar dibandingkan dengan selatan Jawa
Gambar 31. Beberapa faktor yang menyebabkan kecil pasokan karbon ke selatan Jawa lebih kecil antara lain kecilnya: konsentrasi karbon, debit sungai, luas DAS,
kepadatan penduduk, dan jumlah industri.
Gambar 31. Sebaran fluks karbon dari sungai ke lautan di daerah penelitian tontahun
96
5.2.2. Fluks DOC dan DIC