75 dengan luasan terbesar terdapat di sub DAS Cikawung 8.486,65 Ha dan
terkecil di sub DAS Citanduy Hulu 1834,41 Ha c. Hutan produksi terbatas, yang dapat diambil hasilnya memiliki luas
30.469,67 Ha, terdapat di beberapa sub DAS. d. Suaka margasatwa; seluas 5.131,91 Ha terdapat di sub DAS Citanduy Hulu
3.086,95 Ha dan sub DAS Cimuntur 2.044,97 Ha e. Taman wisata alam; seluas 52,61 Ha, terdapat di bagian timur sub DAS
Citanduy Hulu. Jumlah penduduk yang tinggal di DAS Citanduy kurang lebih 2,75 juta
jiwa dengan kepadatan penduduk 764 jiwakm
2
Dharmawan et al., 2004. Kepemilikan lahan di DAS Citanduy sangat rendah, yaitu 0,3 haorang untuk
lahan sawah, dan 0,5 Haorang untuk lahan kering. Keadaan ini menyebabkan petani tak mampu mencukupi kebutuhan, walau telah melakukan pola tanam
intensif. Di sisi lain, pengelolaan lahan pertanian meningkat akibat masih ada masyarakat yang bertahan dengan ketersediaan lahan yang sedikit. Hal ini
menyebabkan terjadinya pembukaan hutan, mangrove, menjadi lahan pertanian, mulai dari sawah, kebun campuran, hingga pertanian lahan kering.
Kondisi demikian sangat berpengaruh terhadap erosi dan angkutan sedimen. Intensitas erosi berkisar antara 1,1 – 2,9 mmtahun dan angkutan
sedimen pada Sungai Citanduy berkisar antara 0,73 – 9,49 juta tontahun. Intensitas erosi dan angkutan sedimen terbesar di Citanduy Hulu yaitu mencapai
2,9 mmtahun dan 9,49 juta tontahun BPKSA, 2005. Sedangkan menurut studi Engineering Consultant Incorporation
ECI tahun 1994, Sungai Citanduy membawa partikel sedimen sebesar 5.770.000 m
3
tahun yang dialirkan menuju Laguna Segara Anakan. Material yang diendapkan di Laguna Segara Anakan
terdiri dari material lempung, lanau dan pasir. Lempung merupakan fraksi terbanyak yang dibawa sungai-sungai, yaitu sebesar 65 – 95, lanau 2 – 34,
dan pasir sebesar 1 – 24.
4.3.6. DAS Serayu
DAS Serayu terletak di bagian selatan Jawa Tengah. Di sebelah utara dibatasi oleh rangkaian fisiografi Gunungapi Slamet dengan puncak setinggi
76 3.420 meter dpal, ke arah barat menyusuri batas administrasi Kabupaten
Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Di sebelah timur dibatasi oleh rangkaian Gunungapi Sumbing 3.246 meter di atas permukaan air
laut dan Gunungapi Sundoro 3.136 meter dpal, di bagian utara dibatasi oleh kompleks Pegunungan Beser, kompleks Pegunungan Rogojembangan,
Gunungapi Slamet, bagian selatan dibatasi oleh Pegunungan Serayu Selatan. Di daerah Banyumas sungai Serayu ke arah selatan menerobos Pegunungan Serayu
Selatan secara struktural dan bermuara di Teluk Penyu di Samudera Hindia. Di sebelah barat dibatasi oleh perbukitan yang melintang selatan-utara sepanjang
perbatasan Kabupaten Banyumas dan Cilacap dengan puncak tertingginya ialah Gunung Biana 447 meter dpal.
DAS Serayu mempunyai luas 3.383 km
2
dan secara geografis terletak pada koordinat 07°05 - 07°4 LS dan 108°56 - 110°05 BT. DAS Serayu
meliputi 5 lima wilayah administrasi, mulai dari hulu ke hilir adalah: sebagian Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, dan
sebagian Kabupaten Cilacap. Jumlah penduduk di DAS Serayu kurang lebih 3,3 juta jiwa pada tahun 2000 dengan kepadatan penduduk rata-rata 975 jiwa per
km
2
Bappedalda Jateng dan UGM, 2003. Curah hujan tahunan di DAS Serayu bervariasi dari 1.821 mmtahun
Klampok sampai 4.477 mmth Pringombo. Curah hujan tinggi 3.000 mmth banyak dijumpai di wilayah Gunungapi Slamet, Sumbing, dan
Sindoro. Di kompleks Pegunungan Dieng, Rogojembangan berkisar antara 2.500 sampai 3.000 mmtahun. Sebaran dari curah hujan tahunan di DAS Serayu
disajikan pada Gambar 21. Geologi di DAS Serayu tersusun atas formasi-formasi batuan berumur
pre-Tersier hingga kuarter berupa hasil letusan gunungapi dan endapan aluvial. Batuan-batuan tua yang tersingkap di DAS Serayu umumnya merupakan fasies
laut dangkal berukuran lempung hingga boulder. Peralihan antara satu formasi batuan ke formasi batuan yang lain umumnya terjadi secara tidak selaras. Batuan-
batuan berumur tersier dan pre-tersier beberapa tempat ada yang diterobos oleh batuan intrusi dioritis dan beberapa tempat ditumpangi oleh endapan gunungapi
muda baik yang berasal dari Gunungapi Slamet, Sumbing, Sindoro, atau
77 gunungapi-gunungapi lain yang ada di DAS Serayu. Material gunungapi yang
menutupi formasi-formasi batuan yang lebih tua berada dengan ketebalan yang bervariasi mulai dari kurang dari 1 meter seperti di beberapa tempat di
Dermakradenan hingga lebih dari 10 meter di Batuanten di daerah dekat Ajibarang.
Gambar 21. Peta isohyet curah hujan tahunan di DAS Serayu Sumber:
Bapedalda Jateng dan UGM, 2003 Satuan-satuan tanah yang ada di DAS Serayu menurut
Mangunsukardjo 1984 adalah kelompok aluvial, regosol, litosol, andosol, latosol, grumusol, dan podsolik. Sungai Serayu berhulu di kompleks
perbukitan Dieng; dan mempunyai tujuh anak cabang sungai, yaitu: Sungai Begaluh, Tulis, Merawu, Klawing dengan anak cabang: Sungai Gintung,
Pekacangan, dan Pelus, Banjaran, Sapi dan Tajum. Sungai utama mengalir dari daerah Dieng ke arah selatan melewati Laksono, Banjarnegara yang masuk ke
Waduk Sudirman, Wanadadi, Mandinaga, Purworejo, hingga Banyumas. Aliran air yang telah lewat dari Banyumas, alirannya berbelok ke arah selatan melalui
Rawalo, Maos dan bermuara di Samudera Hindia, di sebelah timur Kota Cilacap Gambar 22.
78 Gambar 22. Peta pembagian sub DAS di DAS Serayu Sumber: Bappedalda
Jateng dan UGM, 2003 Angka debit aliran spesifik di beberapa sungai di DAS Serayu
disajikan dalam Tabel 18 memperhatikan angka debit aliran rata-rata dari stasiun aliran yang ada, nampak bahwa kondisi aliran termasuk kategori baik angka
debit aliran rata-rata lebih besar dari 0,04 m
3
detikkm
2
. Debit aliran ekstrim adalah debit aliran puncak maupun debit aliran minimum. Debit puncak
spesifik, dikatakan jelek bila debit puncak spesifik lebih besar 1,25 m
3
detikkm
2
; baik bila angkanya antara 0,85 sampai dengan kurang dari 1,25 m
3
detikkm
2
; dan sangat baik bila angkanya kurang dari 0,87 m
3
detikkm
2
. Debit aliran minimum bila angkanya kurang dari 0,035 m
3
detikkm
2
dikatakan jelek.
Tabel 18. Karakteristik debit spesifik sungai-sungai di DAS Serayu
No Sungai
Luas km
2
Debit Rerata m
3
dtkm
2
Q Min m
3
dtkm
2
Q Mak m
3
dtkm
2
1 Begaluh
223,1 0,08
0,03 25,2
2 Merawu
276,2 0,05
0,01 109,0
3 Klawing Sliga
581,0 0,12
0,02 71,4
4 Klawing
31,3 0,14
0,03 38,7
5 Serayu
723,3 0,08
0,01 139,9
6 Banjaran
44,5 0,11
0,01 40,5
7 Tajum
247,5 0,08
0,01 156,1
8 Serayu
2.631,3 0,09
0,02 25,1
9 Serayu Rawalo
3.096,0 0,09
0,03 18,1
Sumber: Bappedalda Jateng dan UGM, 2003
79 Berdasarkan data aliran yang ada, angka debit minimum spesifik
termasuk kategori jelek 0,035 m
3
detikkm
2
. Kondisi tersebut disebabkan oleh pemanfaatan aliran pada waktu musim kemarau untuk pengairan sangat intensif,
sehingga debit aliran yang terukur menjadi kecil. Ditinjau dari debit puncak spesifik dan rasio debit puncak dengan debit minimum, sungai-sungai yang perlu
mendapat perhatian antara lain Sungai Merawu, Klawing, Tajum, dan Sungai Banjaran.
Persentase lahan hutan di DAS Serayu sebesar 11,68 dari luas DAS dan sawah sebesar 12,08, tubuh perairan sebesar 0,54; penggunaan
lahan ini mempunyai peran terhadap tata air DAS yang baik. Penggunaan lahan yang kurang baik terhadap tata air adalah belukar, permukiman, kota dan
tegalan dengan total luas sebesar 74,24 dari total DAS. Berdasarkan luasan tersebut, aspek aliran langsung termasuk kurang menguntungkan. Lahan sawah
banyak dijumpai di Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara; daerah ini banyak membutuhkan air untuk irigasi. Berdasarkan prosentase jenis
penggunaan lahan di DAS Serayu, persentase hutan yang ada saat ini yaitu 11,68 masih dirasakan kurang karena luas kawasan hutan yang ideal adalah
minimal 30 dari luas DAS. Intensifnya pengolahan lahan pertanian di pegunungan menyebabkan
tingkat erosi di DAS Serayu sudah melebihi batas ambang batas 2 mmtahun. Erosi tanah di sub DAS Merawu kurang lebih 5-14 mmtahun karena adanya
pertanian tanaman kentang di Pegunungan Dieng, sedangkan erosi tanah di DAS Serayu rata-rata mencapai 4,17 mmtahun. Kondisi demikian meningkatkan
sedimentasi Waduk Jenderal Sudirman Mrica dan mengurangi umur waduk tersebut. Berdasarkan analisis batimetri, pengukuran sedimentasi yang
mengendap di waduk pada 1988 - 2004, total endapan 67,1 juta m
3
atau rata-rata per tahun kurang lebih 4,19 juta m
3
tahun Padahal batas maksimal yang bisa ditolerir adalah 30,60 m
3
tahun. Hal ini menyebabkan berkurangnya umur waduk dan kemampuan produksi PLTA sebesar 180,93 MW per tahun.
Diperkirakan umur bendungan tidak akan berfungsi pada tahun 2025. Di DAS Serayu telah terdapat sistem irigasi yang intensif, yaitu
dengan dibuatnya beberapa bendung dan stasiun pompa air permanen di beberapa
80 tempat, antara lain: Bendung Singomerto, Bendung Banjar Cahyana, Bendung
Panaruban, Bendung Tajum, Stasiun Pompa Air Gambarsari, dan Stasiun Air Pasanggrahan. Di samping bendung-bendung dan pompa air permanen juga
banyak dibuat bendung-bendung kecil tidak permanen untuk keperluan irigasi desa atau sederhana.
4.3.7. DAS Bengawan Solo