Konsentrasi DOC dan DIC

88

5.1.2. Konsentrasi DOC dan DIC

Konsentrasi DOC dari seluruh sampel karbon sungai berkisar antara 0,01 – 40,34 mgl dari 13 stasiun di daerah penelitian. Rata-rata konsentrasi DOC kurang lebih 11,15 mgl. Sungai Ciujung dan Brantas memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sungai lainnya di Jawa. Berturut-turut konsentrasi pada sungai adalah sebagai berikut: Ciujung 17,17 mgl; Cisadane 11,29 mgl; Citarum 7,5 mgl; Cimanuk 6,31 mgl, Citanduy 5,4 mgl; Serayu 5,93 mgl; Bengawan Solo 11,89 mgl dan Brantas 16,98 mgl. Hasil pengukuran konsentrasi DOC secara lengkap disajikan pada Lampiran 3. Dibandingkan dengan sungai-sungai lain di dunia, konsentrasi DOC dari sungai-sungai di Jawa memiliki konsentrasi yang relatif lebih tinggi. Beberapa sungai di dunia yang terletak di daerah tropis, antara lain Sungai Amazon dengan DOC 4,46 mgl Richey et al., 1990; Sungai Zaire 7,25 mgl N’Kounkuo Probst, 1987; Sungai Niger 3,71 mgl Martins Probst, 1991; Sungai Indus 14,4 mgl Arain, 1987; Sungai Brazos 3,74 mgl Malcom Durum, 1976; dan Sungai Gambia 2,39 mgl Lesack et al., 1984. Jika dibandingkan dengan sungai lain yang terdapat di wilayah Indonesia, seperti Sungai Siak di Provinsi Riau, untuk kondisi air sungai tawar tidak mengandung air gambut, maka sungai-sungai di Jawa memiliki DOC yang hampir mendekati sama. Rata-rata DOC di Sungai Tampung Kanan dan Tampung Kiri yang merupakan hulu Sungai Siak di Provinsi Riau berkisar antara 7,26 – 18,6 mgl. Rata-rata konsentrasi DOC anak-anak sungai Kahayan di Provinsi Kalimantan Tengah yang tidak bergambut kurang lebih 6,7 – 12,5 mgl. Namun jika dibandingkan dengan sungai bergambut, seperti di Sungai Mandau dan anak Sungai Kahayan maka konsentrasinya lebih kecil. Rata-rata DOC sungai bergambut dari Sungai Mandau 35,03 – 36,66 mgl, sedangkan sungai bergambut dari sungai Kahayan 49,6 mgl Baum et al., 2007; Ishikawa et al., 2006 dan sungai Dumai 60,6 mgl Alkhatib and Jennerjahn, 2007. Mengingat tutupan lahan di hulu Sungai Siak yang meliputi subDAS Tampung Kanan dan Tampung Kiri didominasi oleh hutan dan perkebunan dengan jumlah penduduk yang sangat sedikit, maka sumber-sumber DOC di sungai lebih banyak disumbang oleh sifat alam daripada antropogenik. Pada 89 sungai-sungai yang ada di Jawa konsentrasi DOC yang tinggi, lebih disebabkan oleh pengaruh antropogenik seperti dari limbah domestik, industri, pertanian dan peternakan. Konsentrasi DIC dari seluruh sampel karbon sungai yang dianalisis di laboratorium kualitas air berkisar antara 3,12 – 71,93 mgl. Konsentrasi terkecil terdapat di stasiun CID-K pada bulan Januari dan terbesar di BRA-KB. Rata-rata berkisar antara 7,3 – 46,53 mgl. Pola musiman dari DIC memiliki pola yang sama dengan TIC, yaitu pada musim kemarau mempunyai konsentrasi yang rendah dan sebaliknya saat kemarau mempunyai konsentrasi yang tinggi. Berturut-turut sungai yang memiliki konsentrasi DIC terbesar adalah Sungai Brantas, Bengawan Solo, Citarum, Serayu, Cimanuk, Citanduy, Cisadane dan Ciujung. Data lengkap mengenai konsentrasi DIC tersebut disajikan pada Lampiran 4. Sumber DIC dominan berasal dari pengaruh batuan geologi penyusun yang terdapat di DAS. Batuan kapur limestone merupakan sumber utama di alam dari DIC. Adanya proses pelarutan batuan oleh hujan maupun aliran sungai, penambangan, pengolahan lahan, aktivitas industri pengolahan batuan kapur sangat mempengaruhi konsentrasi dari DIC terlarut. Berdasarkan peta sebaran batuan kapur di Pulau Jawa dari peta RePPProT 1990, terlihat bahwa batuan kapur dominan berada di DAS Bengawan Solo yakni di sekitar Pegunungan Kendeng Utara yang memanjang dari Purwodari, Ngawi, Cepu, Bojonegoro, Tuban hingga Gresik. Di DAS Brantas pegunungan kapur terdapat di sisi selatan yakni di sekitar Tulungagung dan di bagian hilir dari Sungai Brantas yakni disekitar Kertosono, Mojokerto hingga bercabangnya Sungai Brantas menjadi Sungai Wonokromo dan Porong. Di sungai lain sebaran batuan kapur terdapat di beberapa tempat namun dengan luasan yang tidak terlalu besar seperti di Padalarang DAS Citarum, Banjar DAS Citanduy, dan Pegunungan Karang Sambung DAS Serayu Gambar 27. 90 Gambar 27. Sebaran batuan kapur limestone di Pulau Jawa Sumber: RePPProT, 1990 Dengan demikian terlihat adanya korelasi yang sangat kuat antara sebaran luas batuan kapur dan konsentrasi DIC di daerah penelitian, dimana hubungan tersebut memiliki korelasi 0,92. Di DAS Brantas dan Bengawan Solo yang mempunyai batuan kapur yang luas menyebabkan DIC sangat tinggi yakni antara 40,62 mgl di stasiun BRA-KA, 46,53 mgl di stasiun BRA-KB dan 26,62 mgl di stasiun SOL-K. Tingginya konsentrasi di stasiun Porong juga dipengaruhi oleh adanya pembuangan limbah industri keramik dan marmer ke Sungai Porong Aldrian et al., 2006. Gambaran mengenai kondisi batuan kapur dan limbah industri marmer di sekitar DAS Brantas disajikan pada Gambar 28.

5.1.3. Konsentrasi POC dan PIC