Analisa Finansial Kelayakan Usaha Pengelolaan Hutan Kemenyan

memiliki tingkat kesulitan menyadap yang lebih besar Sasmuko 1996. Begitu juga dalam kegiatan pemanenan, petani mampu mengerjakan sekitar 15-20 batangoranghari. Perlu diketahui bahwa tidak semua pohon dapat disadap serentak seperti pada kebun karet, tetapi harus menyesuaikan kondisi tanaman. Indikator yang digunakan adalah daun. Jika dalam satu pohon masih terdapat daun muda maka penyadapan belum dapat dilakukan. Pohon ini baru dapat disadap apabila daunnya sudah dewasatua. Untuk hutan kemenyan yang diusahakan petani sekarang pada umumnya memiliki jarak tanam 3 meter x 3 meter. Dalam satu hektarnya rata-rata petani kemenyan memiliki tanaman menghasilkan TM sebanyak 728 batang selebihnya ditumbuhi tanaman kemenyan yang belum menghasilkan dan pohon lain. Produksi tanaman yang menghasilkan, getah mampu diproduksi sebanyak 174 kghatahun dimana rata-rata per pohonnya menghasilkan getah sebanyak 0,25 kg. Petani menyadari bahwa telah terjadi penurunan produktivitas tanaman kemenyan karena menurunnya kesuburan tanah. Faktor penyebab lain dari tanaman sendiri, dimana sebagian tanaman kemenyan banyak yang sudah tua dan mati.

5.2.4. Pemasaran Getah Kemenyan

Dalam kajian ini, pemasaran getah kemenyan tidak dibahas secara detail hanya gambaran umumnya saja. Rantai pemasaran diisi oleh pihak petani kemenyan, agen pengumpul tingkat desa, agen pengumpul tingkat kecamatan, agen pengumpul tingkat kabupaten dan pihak pengolah sekaligus eksportir. Pada umumnya petani langsung menjual hasil sadapan ke pedagang pengumpul tingkat desa. Selain karena biaya angkutan, hubungan kekeluargaan menjadi alasan lain mengapa petani menjual langsung ke pengumpul di desa. Namun pada saat-saat tertentu, sebagian petani ada juga yang menjual ke pengumpul ditingkat kabupaten. Perlu diketahui Kota Dolok Sanggul merupakan ibukota dari kecamatan merangkap ibukota kabupaten sehingga khusus untuk Kecamatan Dolok Sanggul, agen pengumpul tingkat kecamatan merangkap agen pengumpul di kabupaten. Pengumpul agen di tingkat kabupaten inilah yang selanjutnya memasarkan ke pihak pengolah dan sekaligus eksportir yang berada di Pulau Jawa Jawa Tengah. Rantai pemasaran getah kemenyan mulai dari petani sampai ke eksportir disajikan pada Gambar 4. Gambar 3. Rantai pemasaran getah kemenyan Dalam penjualan getah kemenyan, hasil panen petani kemenyan dikelompokkan ke dalam dua kelas yaitu kualitas pertama yang dikenal dengan “mata kasar” dan kualitas kedua yang dikenal dengan istilah “tahir”. Pada saat pelaksanaan penelitian ini harga getah kualitas kemenyan untuk kualitas pertama dihargai Rp 100.000 per kilogram sedangkan untuk kualitas kedua dihargai Rp 70.000 per kilogram. Secara umum petani melakukan pengolahan getah kemenyan terlebih dahulu sebelum dijual karena akan memperoleh harga yang lebih tinggi. Namun pada saat tertentu karena terdesak memenuhi kebutuhan keluarga, petani menjual langsung getah tanpa melakukan pengolahan.

5.3. Aspek Ekologi Pengelolaan Hutan Kemenyan

Hutan yang lestari diidentikkan dengan ekosistem yang masih terjaga. Oleh karena itu sangat mudah mengenali apakah sebuah ekosistem itu sudah rusak atau kondisinya masih terjaga. Ditinjau dari aspek ekologi dalam pengelolaan hutan kemenyan, ada beberapa pokok penting yang menjadi keunggulan yang mendukungnya sebagai usaha yang layak untuk dikembangkan. Dalam pengelolaan hutan kemenyan, sumberdaya lahan cenderung tidak berubah dari peruntukannya. Bahkan dapat dijadikan sebagai upaya untuk Keterangan Pengumpul Tingkat Kecamatan Petani Kemenyan Pengumpul Tingkat Desa Pengumpul Tingkat Kabupaten Pengolah Eksportir Saluran Lainnya Secondary Line Saluran Utama Main Line Keterangan