positif khususnya terhadap petani kemenyan. Selain akan mengalami peningkatan pendapatan secara langsung bagi petani kemenyan, dampak yang lebih luas adalah
terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan perekonomian daerah. Kondisi kondusif seperti ini pada akhirnya akan menambah keinginan
masyarakat untuk mengembangkan tanaman kemenyan sebagai sumber mata pencaharian. Sejalan dengan hal di atas, melalui pengelolaan hutan kemenyan
akan mampu menciptakan kelestarian hutan berbasis masyarakat sesuai dengan visi dan misi baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan kemenyan yang lebih baik dan memberikan manfaat yang lebih optimal baik terhadap sosial, ekonomi dan
ekologinya, melalui kajian ini, ada beberapa pertanyaan yang ingin dijawab dan dijadikan sebagai permasalahan penelitian, antara lain:
1. Bagaimana kondisi pengelolaan hutan kemenyan yang ada sekarang?
2. Apa permasalahan yang dihadapi petani dalam pengelolaan hutan kemenyan
saat ini? 3.
Bagaimana upaya meningkatkan manfaat hutan kemenyan terhadap sosial, ekonomi dan ekologi petani kemenyan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1.
Mengkaji aspek sosial, ekonomi dan ekologi dari pengelolaan hutan kemenyan.
2. Menganalisa permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan hutan kemenyan.
3. Merumuskan strategi pengembangan pengelolaan hutan kemenyan.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan memberikan manfaat-manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten dalam mengembangkan
potensi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang hidup berdampingan langsung dengan kawasan hutan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan usaha
di bidang budidaya tanaman kemenyan dan menjadi referensi bagi pihak- pihak yang ingin mengkaji lebih dalam upaya pengembangan kemenyan.
1.5. Kerangka Pemikiran
Sistem pengelolaan hutan kemenyaan yang terjadi sekarang, mulai dari penanaman regenerasi tanaman, pemeliharaan perawatan, pemanenan getah,
pengolahan getah pasca panen hingga pemasaran dikaji informasinya secara menyeluruh berdasarkan aspek sosial, ekonomi dan ekologi baik dari petani
kemenyan maupun para stake holder yang terlibat, seperti instansi pemerintah, swasta, akademisi, tokoh masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat.
Seluruh informasi yang meliputi aspek ekologi manfaat hutan kemenyan terhadap tanah, air dan udara, ekonomi dan sosial ini dikelompokkan menjadi
kekuatan strengths, kelemahan weaknesses, peluang opportunities dan ancaman threats. Tentunya kekuatan dan peluang yang dimiliki menjadi faktor
pendukung pengembangan pengelolaan hutan kemenyan dan sebaliknya kelemahan dan ancaman tentunya menjadi faktor penghambat dalam upaya-upaya
pengembangan. Dengan menggunakan analisis SWOT diperoleh bagaimana rumusan strategi
pengembangan pengelolaan hutan kemenyan ke depan dengan cara mengoptimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan
ancaman. Dengan mempergunakan kerangka kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dari sistem pengelolaan
hutan kemenyan, menyediakan sebuah cara yang sangat sederhana untuk mengkaji strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam mengembangkan
pengelolaan hutan kemenyan kea rah yan lebih baik. Secara diagram, kerangka pemikiran penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
KEKUATAN PELUANG
KELEMAHAN ANCAMAN
ANALISIS SWOT
STRATEGI PENGEMBANGAN
Pengelolaan Hutan Kemenyan
Aspek Ekonomi Aspek Sosial
Aspek Ekologi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu HHBK
Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi hutan juga menghasilkan aneka ragam benda hayati lainnya berupa hasil hutan bukan kayu antara lain
bambu, rotan, buah-buahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran, tumbuhan obat, getah-getahan, madu, satwa liar, satwa elok, serta sumber plasma nuftah. Selain
itu hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan serta jasa perburuan
Supriadi 2003. Sesuai dengan Permenhut Nomor 35 Tahun 2007 tentang hasil hutan
bukan kayu, bahwa yang dimaksud dengan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani
beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil hutan bukan kayu yang terdapat di
Indonesia terbagi menjadi HHBK nabati dan HHBK hewani dan masing-masing kelompok dibagi lagi, seperti yang diuraikan berikut ini:
1. Hasil hutan bukan kayu HHBK nabati, yaitu meliputi semua hasil bukan
kayu dan turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain:
a. Kelompok resin, antara lain damar, gaharu, kemenyan, pinus, kapur barus;
b. Kelompok minyak atsiri, antara lain cendana, kayu putih, kenanga;
c. Kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan, antara lain buah merah,
rebung bambu, durian; d.
Kelompok tannin, bahan pewarna dan getah, antara lain kayu kuning, jelutung, perca;
e. Kelompok tumbuhan obat-obatan dan tanaman hias, antara lain akar
wangi, brotowali, anggrek hutan; f.
Kelompok palma dan bambu, antara lain rotan manau, rotan tohiti; g.
Kelompok alkaloid antara lain kina. h.
Kelompok lainnya, antara lain nipah, pandan, purun.
2. Hasil hutan bukan kayu HHBK hewani, yaitu meliputi semua hasil bukan
kayu dan turunannya yang berasal dari hewan dan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
a. Kelompok hewan buru babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya.
b. Kelompok hewan hasil penangkaran arwana, kupu-kupu, rusa, buaya.
c. Kelompok hasil hewan sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat
sutera, lebah madu. HHBK dalam pemanfaatannya memiliki beberapa keunggulan dibanding
hasil hutan kayu, sehingga HHBK memiliki prospek yang besar dalam pengembangannya. Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan yang
besar terhadap hutan dibandingkan dengan pemanfaatan kayu. Pada umumnya pemanenan HHBK tidak dilakukan dengan menebang pohon melainkan dengan
cara yang ramah lingkungan seperti dengan cara penyadapan, pemetikan, pemangkasan, pemungutan. Pemanfaatan HHBK dilakukan oleh masyarakat
secara luas dan membutuhkan modal kecil sampai menengah. Dengan demikian pemanfaatannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan usaha
pemanfaatannya dapat dilakukan oleh banyak kalangan masyarakat. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan mengolah HHBK adalah teknologi
sederhana sampai menengah. Bagian yang dimanfaatkan adalah daun, kulit, getah, bunga, biji, kayu, batang, buah dan akar cabutan. Dengan demikian pemanfaatan
HHBK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan Dephut 2009. Pemanfaatan HHBK memiliki potensi cukup besar untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Pemanfaatan HHBK saat ini masih terkendala beberapa faktor antara lain skala pemanfaatan HHBK
masih rendah, dilakukan dalam skala kecil oleh petani, terbatasnya modal petani untuk mengembangkan HHBK, data dan informasi HHBK belum tersedia, pola
pengembangan HHBK belum terfokus pada komoditas tertentu sehingga upaya pengembangan belum dilakukan secara intensif. Pemanfaatan HHBK masih
bertumpu pada pemungutan dan belum berbasis pada budidaya sehingga kelestarian hasil HHBK belum terjamin. Di samping itu pemanfaatan HHBK
belum didukung regulasi dan kewenangan yang jelas. Untuk mengembangkan HHBK agar lebih intensif maka kebijakan dan strategi pengembangan dilakukan