Hutan Kemasyarakatan Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dimaksudkan untuk pengembangan kapasitas dan pemberian akses terhadap masyarakat setempat dalam mengelola hutan secara lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan adanya kebijakan ini diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal, adil dan berkelanjutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup. Kawasan hutan yang dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan adalah kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi dengan ketentuan bahwa kawasan hutan lindung dan hutan produksi dapat ditetapkan sebagai areal kerja hutan kemasyarakatan belum dibebani hak atau izin dalam pemanfaatan hasil hutan dan menjadi sumber mata pencaharian masyarakat setempat. Dalam penyelenggaraan hutan kemasyarakatan adapun azas yang dipakai adalah manfaat dan lestari secara ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, musyawarah-mufakat dan keadilan. Ketiga azas ini harus dipegang teguh oleh masyarakat pengelola sebagai dasar peyelenggaraan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan pola hutan kemasyarakatan. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.37Menhut- II2007 juga disebutkan bahwa penyelenggaraan hutan kemasyarakatan dapat dilakukan oleh masyarakat setelah memperoleh izin dari Menteri Kehutanan yang dikenal dengan Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan atau disingkat dengan IUPHKm. Izin ini bukan merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan, dengan demikian izin yang berdurasi 35 tahun ini dilarang untuk dipindahtangankan, diagunkan atau digunakan untuk untuk kepentingan lain di luar rencana pengelolaan yang telah disahkan serta dilarang merubah status dan fungsi kawasan hutan. Kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan dalam kawasan hutan yang merupakan areal konsesi hutan kemasyarakatan seperti yang diatur adalah pada hutan lindung, meliputi kegiatan: pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemungutan hasil hutan bukan kayu sedangkan pada hutan produksi, meliputi kegiatan: pemanfaatan kawasan, penanaman tanaman hutan berkayu, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan bukan kayu, pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan kawasan pada hutan lindung dan hutan produksi dapat dilakukan melalui kegiatan usaha: budidaya tanaman obat, budidaya tanaman hias, budidaya jamur, budidaya lebah, budidaya pohon serbaguna, budidaya burung wallet, penangkaran satwa liar dan rehabilitasi hijauan makanan ternak. Sementara pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan lindung dan hutan produksi dapat dilakukan melalui kegiatan usaha, seperti: pemanfaatan jasa aliran air, wisata alam, perlindungan keanekaragaman hayati, penyelamatan dan perlindungan lingkungan atau penyerapan danatau penyimpanan karbon. Dalam penyelenggaraan hutan kemasyarakatan, yang menjadi kewajiban dari masyarakat pengelola sebagai pemegang izin adalah melakukan penataan batas areal kerja, menyusun rencana kerja, melakukan penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, membayar provisi sumberdaya hutan sesuai ketentuan dan menyampaikan laporan kegiatan pemanfatan hutan kemasyarakatan kepada pemberi izin. Sementara yang menjadi hak dari pemegang izin antara lain: mendapat fasilitasi, memanfaatkan hasil hutan non kayu, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan kawasan, memungut hasil hutan kayu sedangkan khusus untuk pemegang IUPHHK HKm berhak untuk menebang hasil hutan kayu yang merupakan hasil penanamannya dan mendapat pelayanan dokumen sahnya hasil hutan sesuai ketentuan.

2.3.3. Hutan Rakyat

Dalam rangka mensejahterakan masyarakat dan menjamin kelestarian hutan Departemen Kehutanan meluncurkan program-program pelibatan masyarakat dalam mengelola kawasan hutan negara serta di luar kawasan hutan negara atau di tanah milik. Program kehutanan di luar kawasan hutan negara tersebut adalah hutan rakyat yang sering disingkat dengan HR. Untuk menguatkan payung hukumnya pemerintah telah memuat program ini ke dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 49Kpts- II1997 tanggal 20 Januari 1997 bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan danatau jenis tanaman lainnya lebih dari 50 danatau pada tanaman tahun pertama dengan tanaman sebanyak minimal 500 tanaman per hektar. Hutan rakyat tumbuh atau berada pada areal lahan yang dibebani hak atas tanah yang dalam hal ini dibebani hak milik. Hutan rakyat sebenarnya telah dikenal sejak puluhan tahun yang lalu dan terbukti sangat bermanfaat, tidak hanya bagi pemiliknya tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungannya. Awalnya keberadaan dan peran hutan rakyat kurang dilirik, hingga ditemukan fakta bahwa kekurangan bahan baku kayu untuk industri pertukangan dari hutan alam disuplai dari hutan rakyat Hardjanto 2003. Selanjutnya hutan rakyat diarahkan sebagai salah satu upaya dalam rangka rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan saat ini hutan rakyat telah mampu memberi manfaat sosial ekonomi seperti dalam menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui perdagangan kayu yang diproduksi. Hutan rakyat menyimpan potensi yang sangat besar dalam percaturan pengelolaan hutan nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu. Keyakinan tersebut semakin bertambah sejak terjadinya penurunan potensi hutan negara, baik yang berasal dari hutan alam maupun hutan tanaman. Sebagaimana diketahui bahwa hutan rakyat pada umumnya diusahakan oleh masyarakat di pedesaan, sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak pada perekonomian desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masing-masing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa. Pendapatan dari usaha hutan rakyat masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan. Hal ini lebih disebabkan karena pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan dan dilakukan pada lahan-lahan marginal yang kurang produktif bila ditanami dengan tanaman semusim.