b. Melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek
sosial, ekonomi dan sosial yang output-nya bermanfaat dalam pengembangan hutan kemenyan. Upaya ini dapat dilakukan dengan menyediakan dana dan
menggandeng peneliti-peneliti. c.
Memperpendek daur tanaman sesuai dengan umur tanaman berproduksi maksimal dan puncak pertambahan voume pohon, sehingga pada akhir daur
kayunya juga dapat dipanen pola hutan rakyat. d.
Meningkatkan nilai jual getah kemenyan menjadi bahan setengah jadi ataupun bahan jadi. Upaya ini sangat mungkin dilakukan dengan melakukan kerja
sama antara petani, pemerintah dan pihak swasta. e.
Mencari investor dan memberikan iklim investasi yang kondusif. Melihat dan memanfaatkan peluang pasar yang ada tentunya pemerintah dapat
mempromosikan komoditi getah kemenyan untuk menggaet pihak swasta untuk berinvestasi.
f. Pemerintah memberikan jaminan berusaha terhadap petani kemenyan dengan
memberikan payung hukum sebagai hutan desa ataupun hutan kemasyarakatan yang sekarang lagi diprogramkan oleh Pemerintah Pusat Kementerian
Kehutanan. g.
Membatasi dan memplot wilayah-wilayah yang dapat dikonversi untuk peruntukan lain. Upaya ini dapat diselaraskan dengan tata ruang kabupaten
ataupun kecamatan. Tentunya yang menjadi daerah dengan fungsi lindung sebaiknya tidak dilakukan konversi peruntukannya.
h. Memberikan dan menetapkan batas-batas antara kawasan hutan negara dan
hutan masyarakat melalui kegiatan penataan batas, sehingga konflik mengenai status kepemilikan lahan akan mampu direduksi baik antara masyarakat
dengan pihak swasta maupun antara masyarakat dengan pemerintah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Secara keseluruhan dari hasil penelitian ini, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai kesimpulan, antara lain:
1. Pengelolaan hutan kemenyan merupakan bagian dari budaya dan kearifan
lokal masyarakat khususnya petani kemenyan yang diwariskan secara turun- temurun. Dengan pemilikan kebun kemenyan rata-rata petani memperoleh
penghasilan rata-rata sebesar Rp 13.233.500tahun 60,69 dari pendapatan total dan melalui analisa finansial menyimpulkan bahwa hutan kemenyan
layak diusahakan, walaupun nilai penghasilan bersih yang diperoleh sangat rendah sehingga kurang kompetitif dibandingkan dengan usaha komoditas
lain, maka agar lebih kompetitif pengembangan hutan kemenyan perlu dipadukan dengan tanaman semusim yang ekonomis.
2. Petani dalam mengelola hutan kemenyan menghadapi banyak permasalahan
baik dari internal maupun eksternal. Kelemahan dari sisi internal, antara lain: kurangnya informasi pasar, harga getah kemenyan yang tidak stabil,
pengelolaan hutan kemenyan yang belum disertai dengan budidaya intensif, waktu menghasilkan panen tanaman kemenyan membutuhkan waktu yang
relatif lama dan sumberdaya manusia pendidikan masih relatif rendah. Sementara ancaman dari sisi eksternal, diantaranya : kurang adanya jaminan
berusaha, kebutuhan terhadap lahan untuk peruntukan yang lain semakin meningkat, batas dan status lahan yang tidak jelas, perluasan hutan tanaman
industri HTI oleh pihak swasta, kebutuhan terhadap kayu yang tinggi dan perubahan kondisi fisik habitat kemenyan.
3. Strategi pengembangan yang direkomendasikan adalah strategi meminimalkan
kelemahan-kelemahan internal untuk mempergunakan, mengoptimalkan dan merebut peluang yang dimiliki support a turnaround oriented strategy
seperti mengintensifkan kegiatan penyuluhan dan bimbingan teknis dari dinas kehutanan terhadap petani kemenyan, membentuk kelompok tani danatau
koperasi di tingkat desa, pengawasan terhadap sistem pemasaran getah
kemenyan, sistem budidaya intensif dengan pola agroforestri dan penggunaan bibit tanaman kemenyan unggul.
6.2. Saran
Tegakan kemenyan yang dibudidayakan masyarakat sekarang pada umumnya berasal dari anakan yang tumbuh secara alami yang tentunya apabila
dilihat dari segi kualitas, tentunya kurang terjamin. Untuk meningkatkan produksi getah yang berimbas pada peningkatan penghasilan petani, dalam peremajaan
tanaman sebaiknya menggunakan bibit kemenyan unggul hasil pemuliaan pohon. Walau membutuhkan biaya tambahan untuk membeli bibit, tetapi hasil yang akan
diperoleh ke depannya akan jauh lebih baik. Pengelolaan hutan kemenyan ke depan masih memerlukan penelitian-
penelitian yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi getah, misalnya penelitian untuk menghasilkan tanaman yang cepat berproduksi serta
informasi pada umur berapa tanaman kemenyan berproduksi maksimal perlu untuk diketahui. Penelitian juga diperlukan untuk mengkaji diversifikasi produk
dari bahan-bahan yang terkandung dalam getah kemenyan. Diperlukan peran aktif dan insentif dari pemerintah untuk mendorong dan
merangsang tumbuhnya hutan kemenyan dengan pola agroforestri yang terarah, baik sebagai upaya pemanfaatan kawasan hutan maupun upaya rehabiltasi lahan
sehingga memberikan hasil yang optimal. Peran pemerintah juga diharapkan dalam hal standarisasi harga getah, perbaikan mekanisme pasar, penggalian
pangsa pasar dalam negeri untuk menyerap produksi getah kemenyan serta pembenahan dalam pengelompokan kelas mutu getah. Pengelompokan getah
sebaiknya tidak hanya berdasarkan besar butiran dan warna, tetapi juga dilihat kandungan senyawa kimianya.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi O. 2003. Perspektif Sosiologis Pelibatan Masyarakat Lokal dalam Pembangunan Kehutanan. Warta FKKM, Vol. IV No. 1, Januari 2003.
Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
[BPS Kabupaten Humbang Hasundutan] Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan. 2009. Humbang Hasundutan dalam Angka 2008.
Dolok sanggul: BPS Kab. Humbang Hasundutan. [BPS Provinsi Sumatera Utara] Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara.
2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Medan: BPS Provinsi Sumut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007a. Instrumen Kehutanan Global. Jakarta:
Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35
Tahun 2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2007c. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 37
Tahun 2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2008. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 49
Tahun 2008 tentang Hutan Desa. Jakarta: Dephut. [Dephut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19
Tahun 2009 tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta: Dephut.
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Sutomo S dan Mangiri K, Penerjemah. Edisi ke-2. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari:
Economic Analysis of Agriculture Project. Hamzirwan. 2 November 2010. Setahun Kabinet: Mewujudkan Hutan yang
Prorakyat. Kompas: 21 kolom 1 - 6. Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat Di pulau
Jawa [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Jayusman. 1997. Kajian Sistem Pemasaran Getah Kemenyan Styrax sp.: Studi
Kasus di Desa Simasom, Pahae Julu–Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Buletin Penelitian Kehutanan
Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar. Volume 13 Nomor 1.
Karo-karo H. 2010. Analisis Usahatani Kopi di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. http:repository.usu.ac.id1234567897507110E00068.
[9 November 2010]. Kashio M, Johnson DV. 2001. Monograph on Benzoin Balsamic Resin from
Styrax species. Bangkok: FAO Regional Office for Asia and the Pacific.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2010. Rencana Strategis Renstra Kementerian Kehutanan Tahun 2010 – 2014
. Jakarta: Kemenhut. Keraf AS. 2006. Etika Lingkungan. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Cetakan ke-6. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia
Indonesia. Nurrochmat DR. 2001. Dampak Krisis Ekonomi dan Moneter terhadap Usaha
Kehutanan Masyarakat: Kemenyan di Tapanuli Utara. Di dalam: Darusman D, Editor. Resiliensi Kehutanan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Debut
Press. Rangkuti F. 2008. Analisa SWOT Tehnik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi
Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21 . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Pasaribu BA dan Sipayung W. 1999. Petunjuk Teknis Budidaya Kemenyan
Styrax spp. Konifera. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar. Volume 2 Nomor 1.
Sajidiman. 1999. Pembebasan Budaya-Budaya Kita. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Sarifuddin et al. 2004. Dampak Pembukaan Hutan terhadap Potensi Sumber Daya Lahan dan Air
. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sasmuko SA. 1995. Sifat Fisis dan Kimia Getah Kemenyan. Buletin Penelitian
Kehutanan . Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar.
Volume 11 Nomor 2. Sasmuko SA. 1996a. Pengaruh Cara Penyadapan Terhadap Produksi Getah
Kemenyan Styrax sumatrana J.J.SM. Buletin Penelitian Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang Siantar. Volume 12 Nomor 2.
Sasmuko SA. 1996b. Hubungan Antara Umur Pohon dan Produksi Getah pada Penyadapan Getah Kemenyan Styrax sumatrana J.J.SM. Buletin
Penelitian Kehutanan . Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Pematang
Siantar. Volume 12 Nomor 3.