Hutan Rakyat Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

perundang-undangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 49Kpts- II1997 tanggal 20 Januari 1997 bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan danatau jenis tanaman lainnya lebih dari 50 danatau pada tanaman tahun pertama dengan tanaman sebanyak minimal 500 tanaman per hektar. Hutan rakyat tumbuh atau berada pada areal lahan yang dibebani hak atas tanah yang dalam hal ini dibebani hak milik. Hutan rakyat sebenarnya telah dikenal sejak puluhan tahun yang lalu dan terbukti sangat bermanfaat, tidak hanya bagi pemiliknya tetapi juga bagi masyarakat dan lingkungannya. Awalnya keberadaan dan peran hutan rakyat kurang dilirik, hingga ditemukan fakta bahwa kekurangan bahan baku kayu untuk industri pertukangan dari hutan alam disuplai dari hutan rakyat Hardjanto 2003. Selanjutnya hutan rakyat diarahkan sebagai salah satu upaya dalam rangka rehabilitasi lahan dan konservasi tanah dan saat ini hutan rakyat telah mampu memberi manfaat sosial ekonomi seperti dalam menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui perdagangan kayu yang diproduksi. Hutan rakyat menyimpan potensi yang sangat besar dalam percaturan pengelolaan hutan nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu. Keyakinan tersebut semakin bertambah sejak terjadinya penurunan potensi hutan negara, baik yang berasal dari hutan alam maupun hutan tanaman. Sebagaimana diketahui bahwa hutan rakyat pada umumnya diusahakan oleh masyarakat di pedesaan, sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak pada perekonomian desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masing-masing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa. Pendapatan dari usaha hutan rakyat masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan. Hal ini lebih disebabkan karena pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan dan dilakukan pada lahan-lahan marginal yang kurang produktif bila ditanami dengan tanaman semusim. Untuk meningkatkan peran hutan rakyat dalam perekonomian desa maka perlu adanya intensifikasi pengelolaan hutan rakyat, sehingga hutan rakyat lebih mampu melebarkan spektrum perannya dalam meningkatkan perekonomian khususnya di pedesaan. Makin intensifnya pengelolaan hutan rakyat secara umum akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan kontribusi pendapatan yang lebih luas, karena para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat makin bertambah. Dengan terjadinya peningkatan pendapatan dari maing-masing individu yang terlibat maka secara tidak langsung usaha hutan rakyat ini akan mampu mendongkrak perekonomian pedesaan. Selain hal diatas mengingat kehutanan dunia sedang mengampanyekan peningkatan luas kawasan hutan dunia, Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia harus ikut berpartisipasi. Upaya yang dilakukan dikombinasikan dengan tujuan pemerintah yang diwujudkan dalam program Hutan Rakyat. Dengan demikian program ini dilucurkan dengan memiliki banyak ekspektasi, antara lain : 1. Sebagai sumber bahan baku industri kehutanan yang selama ini banyak dicukupi dari hutan alam. 2. Dengan adanya hutan rakyat diharapkan mampu mengurangi tekanan masyarakat sekitar terhadap kawasan hutan. 3. Dengan adanya hutan rakyat memberi peluang kerja bagi masyarakat. 4. Hutan rakyat diharapkan sebagai adsorbsi atau penyerap emisi gas rumah kaca, kaitannya dengan pemanasan global Hardjanto 2003.

2.4. Perumusan Strategi Pengembangan dengan Analisis SWOT

Dalam mengembangkan pengelolaan hutan kemenyan diperlukan upaya- upaya atau strategi pengembangan. Untuk merumuskan dan menghasilkan strategi dimaksud, ada beberapa cara, perangkat ataupun metode yang dapat dijadikan pilihan termasuk salah satunya dengan menggunakan Analisis SWOT. Analisis ini merupakan sebuah cara yang umum digunakan untuk merumuskan suatu strategi berdasarkan faktor-faktor yang terlibat ataupun yang mempengaruhi pada suatu rencana kegiatan. SWOT merupakan singkatan dari strengths kekuatan, weaknesses kelemahan, opportunities peluang dan threats ancaman. Menurut Rangkuti 2008 Analisis SWOT adalah upaya identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang dimana secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Sementara menurut Start dan Hovland 2004, analisis SWOT merupakan sebuah alat perencanaan strategis yang klasik. Dengan mempergunakan kerangka kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal, menyediakan sebuah cara yang sangat sederhana untuk mengkaji strategi terbaik yang dapat diterapkan. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif harus memaksimumkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Dengan bantuan analisis SWOT, perencana menjadi realistis terhadap apa yang akan dicapai dan pada bagian mana yang harus difokuskan. Gambar 2. Diagram SWOT Rangkuti 2008 Diagram SWOT merupakan perpaduan antara kekuatan dan kelemahan diwakili garis horizontal dengan peluang dan ancaman diwakili garis vertikal. Pada diagram tersebut kekuatan dan peluang diberi tanda positif sementara kelemahan dan ancaman diberi tanda negatif. Berdasarkan letak kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada diagram akan menentukan arah strategi yang akan digunakan dalam pengembangan pengelolaan hutan kemenyan Gambar 2. Pada diagram SWOT terdapat 4 empat sel sebagai hasil perpaduan PELUANG O KELEMAHAN W KEKUATAN S ANCAMAN T Sel 3 Sel 1 Sel 4 Sel 2