Konsep Efisiensi, Efisiensi Teknis, Ekonomis dan Alokatif

input dan pelaksanaan praktik usaha tani. Tepat waktu penerapan input dan pelaksanaan manajemen diharapkan dapat meningkatkan efisiensi. Rumah tangga muda kekurangan sumber daya dan tidak mungkin dapat menerapkan masukan atau menerapkan usaha tani tertentu praktek dalam waktu. Sebaliknya, rumah tangga tua cenderung lebih efisien karena mereka memiliki lebih banyak pendapatan dan aset, yang mereka gunakan untuk membeli input dan menerapkannya dalam waktu dan untuk menyewa tenaga kerja dan mampu menerapkan praktek agronomi dalam waktu. Faktor lain yang menjelaskan hubungan kuadratik antara usia dan efisiensi mencerminkan akses ke informasi. Lansia petani cenderung tidak memiliki kontak dengan ekstensi dan program pelatihan, dan Oleh karena itu kecil kemungkinannya untuk mengadopsi praktek- praktek baru dan input modern Hussain, 1989. Daryanto 2000 memasukan aspek social-ekonomi yang diasumsikan mempengaruhi efek inefisiensi. Faktor umur petani, pengalaman dan pendidikan petani berpengaruh terhadap efisiensi teknis petani Akinbode, et al., 2011, Carambas, 2011. Faktor kelembagaan seperti akses terhadap kredit, dan partisipasi dalam kelompok pendidikan berpengaruh dalam efek inefisiensi petani Idiong, 2007. Inefisiensi produksi pertanian telah dikaitkan dengan ketidaksempurnaan dalam pasar kredit dan modal Adesina dan Djato, 1996. Pendapatan income dari non-pertanian dapat merangsang investasi pertanian dan meningkatkan produktivitas pertanian dan efisiensi Hazell dan Hojjati, 1994. Menurut Reardon, et al., 1994 pendapatan non-farm berdampak positif pada produktivitas pertanian jika pasar kredit tidak berfungsi. Aspek pengalaman usaha berkaitan juga dalam pengambilan keputusan usaha Obwana, 2006 termasuk keterampilan dalam manajerial usaha .manajerial usaha Rougoor et. al., 1998; Johansson, 2007. Manajemen usaha dalam usaha petani garam berperan dalam mengelola produksi garam tiap fasenya, mulai dari perencanaan, pengorganisasian usaha, pengendalian dan evaluasi uasaha. Faktor manajerial dalam usaha garam yaitu mengelola pengaturan alur air irigasi dan petak lahan garam. Pengelolaan saluran primer sebagai saluran pada sungai yang menyalurkan air laut menuju area tambak garam dan pengelolaan saluran sekunder. Pengelolaan saluran sekunder adalah lokasi penampungan air muda, dicirikan terdapat pintu air sebagai pengatur debet air laut ketika pasang. Pengelolaan saluran tersier sebagai saluran yang mengalirkan air muda menuju meja peminihan, ditandai keberadaan kincir angin sebagai pemompa air. Faktor produksi lain yaitu penggunaan ramsol sebagai bahan aditif yang bertujuan untuk mempercepat proses pemuaian air tua menjadi Kristal garam dan menambah berat garam Dirjen KP3K-KKP, 2011. Efisiensi alokatif menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Sebuah usahatani berhasil mencapai efisiensi alokatif jika dalam mencapai keuntungannya harus mengalokasikan biaya secara minimum dari input yang ada Myint and Kyi, 2005. Lebih lanjut studi tentang perilaku petani dan efisiensi alokasi sumber daya dalam sistem pertanian tradisional dikembangkan oleh Schultz 1964 yang menyatakan bahwa petani sebagai pengusaha dalam waktu pendek tidak dapat signifikan meningkatkan produksi pertanian. Teknologi yang ada dianggap terlalu rendah untuk mendorong produksi Sahota, 1968. Menurut Ellis 1993 pada tahun 1960-an dan 1970-an tingkat efisiensi alokatif petani sangat rendah oleh kerana itu rekayasa perubahan harga input produksi dan harga output pertanian dipercaya dapat mengubah metode produksi dan pengembangan inovasi. Dengan demikian kebijakan seperti subsidi harga pupuk dan skema kredit yang dipromosikan pada 1980-an dilakukan diberbagai negara dengan tujuan untuk merangsang adopsi teknologi Ellise and Freeman, 2004. Penurunan produktifitas dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, produktivitas pertanian rendah, efisiensi rendah dan sumber daya terdegradasi seperti lahan tercemar Bruntland, 1987, kegagalan pasar Holden dan Binswanger, 1998, penggunaan input yang tidak baik, kebijakan pemerintah yang tidak memberikan kontribusi terhadap harga input froduksi dan infrastruktur Craig, et al., 1997, lingkungan sosial ekonomi yang tidak menguntungkan, kebijakan yang tidak menguntungkan, kendala biofisik, dan praktek manajemen lahan Binswanger dan Townsend, 2000. Intensifikasi pertanian dikaitkan dengan meningkatnya tekanan penduduk, dimana tanah akan lebih intensif diusahakan melalui penggunaan tenaga kerja yang berlimpah dalam produksi Ruttan, 1984.

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Beberapa pertimbangan bahwa Kabupaten Indramayu dijadikan tempat penelitian adalah Kabupaten Indramayu salahsatu kabupaten sentra garam di Jawa Barat selain dari Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Karawang serta salah satu kabupaten dalam kawasan zona III dengan ciri jumlah hari kemarau dan tingkat hujan lebih sedikit dibandingkan dengan zona II dan I yang rata-rata berada di bagian kawasan tengah dan timur Indonesia. Waktu penelitian dilakukan berlangsung pada bulan Mei-Juli 2012 dengan data yang diambil adalah data produksi tahun 2011. Data yang diambil pada tahun 2012 adalah data untuk melihat kondisi keragaan usaha garam rakyat di Kabupaten Indramayu.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer cross section yaitu data usaha yang sedang berjalan di petani garam yang ada di Kabupaten Indramayu pada tahun 2011, dan data sekunder yang dipublikasikan dari berbagai sumber, antara lain Badan Pusat Statistik, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

4.3. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan data primer suatu proses pengumpulan data sampling yang diambil dari populasi yang ada. Populuasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya dapat diduga Tarling, 2006. Dalam kaitan penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara multistage sampling atau beberapa literatur disebut cluster sampling, dimana populasinya adalah seluruh petambak garam di Kabupaten indramayu yang semuanya memiliki peluang sebagai sampling yang sebelumnya dilakukan tahap pembagian area dan kelompok karakter petambak. Metode ini banyak dilakukan dalam penelitian efisiensi produksi seperti yang dilakukan oleh Ojo, 2003; Kareem, et al., 2008; Sajjad dan Khan, 2010; Pei, 2011; Nwachukwu, et al., 2011. Populasi petambak garam tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Krangkeng, Kecamatan Kandang Haur dan Losarang. Menurut data dari Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu, ada 1 kecamatan lagi yang mulai mengembangkan usaha garam yaitu Kecamatan Cantigi, tetapi kecamatan ini belum dimasukan dalam proses pengambilan sampel karena dari segi jumlah petambak garam masih sedikit dan belum lama dalam pengalaman usaha garam. Jumlah populasi petambak garam menurut data dari Dinas Perikanan dan Kelautan sejumlah 3.298 petambak. Tahapan dalam pengambilan sampel terdiri dari : tahapan pertama melakukan pembagian wilayah sebagai primery sample units PSU berdasarkan wilayah sentra yaitu Kecamatan Losarang, Kecamatan Kandang Haur dan Kecamatan Krangkeng. Tiga tipe tersebut tersebar dengan kriteria 3 group berbeda. Petambak di Kabupaten Indramayu terbagi menjadi 3 kelompok, kelompok petambak garam pemilik sekaligus penggarap, dan kelompok petambak garam penggarap dengan sistem bagi hasil dan sistem sewa. sebanyak 100 orang petambak dengan proporsi dibagi menjadi 3 bagian. Untuk kelompok petambak pemilik dan penggarap sebanyak 30 orang, petambak penggarap sewa 35 orang dan petambak bagi hasil 35 orang. Selanjutnya dilakukan tahap pengambilan data sampel. Karakteristik dari petambak tersebut merupakan langkah untuk mendapatkan secondary sample units SSU. Tabel 6. Pengelolaan lahan dan Penyebaran populasi Petambak Garam di Kabupaten Indramayu No Kecamatan Sewa Bagi hasil Pemilik 1 Kandanghaur 333 167 136 2 Losarang 1093 468 223 3 Krangkeng 434 186 124 Jumlah 1,971 844 483 Jumlah Sampel 35 35 30 4.4. Metode Analisis Data 4.4.1. Metode Analisis Regresi Metode analisis data akan dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama akan dilakukan analisis faktor produksi usaha garam. Tahap kedua adalah melakukan analisis terhadap efisiensi faktor produksi. Metode yang digunakan untuk untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi garam adalah metode kuantitatif dengan menggunakan metode Ordinary Least Square OLS dengan model regresi linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel, Minitab 16, Eviews 7, dan Frontier 4.1. Sedangkan metode deskriptif dalam penulisan digunakan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum perkembangan usaha garam rakyat di Kabupaten Indramayu dan dibandingkan dengan usaha garam rakyat didaerah lain berdasarkan referensi dan literature review yang didapatkan. Selain itu metode deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasi data. Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usaha garam adalah model regresi berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk ini mampu menunjukkan berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dengan nilai R 2 . Selain itu model ini dapat melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen dengan melihat uji-F dan uji-t serta perhitungannya lebih sederhana. Bentuk umum dari fungsi regresi adalah : ............................................................................... 4.1 Dimana: = variabel dependen = intersep = parameter penduga = variabel independen yang menjelaskan variabel Y = pengaruh sisa error term Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa Ordinary Least Square OLS yang didasarkan pada asumsi-asumsi berikut Dougherty, 2001; Vogelvang, 2005 : 1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E = 0 untuki = 1, 2, 3, ..., n 2. Varian = E = s 2 , sama untuk semua kesalahan pengganggu homoskedastisitas. 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian ei, ej =0, ij. 4. Variabel bebas , konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E , = 0. 5. Tidak ada kolinearitas ganda di antara variabel bebas X. ˜ N 0 ; s 2 , artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian s 2 . Dengan dipenuhinya asumsi di atas, maka koefisien regresi parameter yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias BLUE= Best Linier Unbiased Estimator. Pengujian dilakukan terhadap variabel-variabel independen yang diduga berpengaruh besar terhadap produksi usaha garam rakyat.

4.4.2. Motode Analisis Faktor Produksi dan Biaya Produksi

Analisis data menggunakan alat analisis fungsi produksi stochastic frontier dan fungsi biaya dual frontier. Analisis fungsi produksi stochastic frontier dapat digunakan untuk mengukur efisiensi teknis dari usaha industri garam dari sisi output dan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis. Sedangkan fungsi biaya dual frontier digunakan untuk mengukur efisiensi alokatif dan ekonomis. Menurut Binici, et al., 1996, fungsi produksi stochastic frontier Cobb- Douglas telah digunakan secara luas dan teruji untuk mengkaji efisiensi produksi di negara-negara maju dan berkembang. Selain itu fungsi Cobb-Douglas memiliki keunggulan praktis yaitu Debertin, 1986 : 1 Nilai dari produk marjinal adalah turunan pertama dari produksi total, 2 Parameter estimasi secara berturut-turut menggambarkan elastisitas produksi dari masing-masing input dan jumlah dari eksponen tersebut merupakan return to scale. 3 Fungi produksi Cobb-Douglas dapat diestimasi dengan menggunakan analisis regresi linier dengan mengubahnya menjadi bentuk linier double log. 4 Fungi Produksi Cobb-Douglas dapat dengan mudah menambahkan variable bebas. Fungsi Cobb-Douglas adalah fungsi translog linier sehingga disyaratkan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi yaitu : 1 Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol karena nilai dari log nol adalah nilai yang tidak terdefinisikan. 2 Terdapat asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan produksi. 3 Setiap variable bebas adalah perpect competition. 4 Perbedaan lokasi adalah seperti faktor cuaca dan iklim sudah termasuk dalam faktor kesalahan error term. Fungi produksi yang dimodelkan dalam produksi garam diantaranya adalah : 1 ukuran luas area lahan tambak garam, 2 jumlah hari yang diperlukan dalam fase produksi yang berhubungan dengan jumlah kemarau, 3 jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha garam dan 4 banyak jumlah air laut yang diambil dari aliran irigasi melalui pemakain pompa air dan atau dialirkan oleh kincir angin ke area tempat peminihan. Dengan memasukkan sebanyak 4 peubah bebas ke dalam persamaan frontier maka model persamaan penduga fungsi produksi dariusaha garam dapat ditulis sebagai berikut : ............................ 4.2 dimana : Y = Out put garam mentah kg X 1 = Luas lahan unit luas X 2 = Tenaga kerja yang digunakan dalam fase produksi hari X 3 = Jumlah hari produksi panen garam hari X 4 = Jumlah air laut liter β = intersep β j = koefisien parameter penduga dimana i = 1,2,3,…. v i – u i = error term u i efek inefisiensi teknis dalam model. Fungsi produksi Cobb-Douglas hanya mampu menjelaskan daerah produksi I dan II dan tidak bisa menjelaskan daerah produksi III Beattie and Taylor, 1985. Oleh karena itu nilai koefisien yang diharapkan : β 1 , β 2 , β 3 , β 4 0. Nilai koefisien positif berarti dengan meningkatnya input berupa lahan, tenaga kerja, air laut atau payau dan jumlah hari produksi jumlah kemarau yang digunakan di tiap fase produksi diharapkan akan meningkatkan produksi garam.

4.4.3. Metode Analisis Efisiensi Teknis

Analisis efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan rumus berikut: ........................................................ 4.3 Dimana TE i adalah efisiensi teknis petani ke-i, exp - E[u i | i ] adalah nilai harapan mean dari u i dengan syarat i , jadi 0 TE i 1. Nilai efisiensi teknis tersebut berhubungan terbalik dengan nilai efek inefisiensi teknis dan hanya digunakan untuk fungsi yang memiliki jumlah output dan input tertentu cross section data. Metode efisiensi teknis yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan oleh Battese