menggunakan tenaga kerja dari luar jika mereka memiliki modal awal cukup untuk membayarnya. Upah tenaga kerja pada tahap ini per orang per hari bisa
antara Rp. 50.000-60.000. Layanan terhadap tenaga kerja yang dipakai berbeda- beda tergantung dari aturan dan kebiasaan di setiap lokal seperti tenaga kerja
diberikan layanan makan siang, dan minum lainnya sehingga harga upah lebih murah. Sedangkan tenaga kerja diberikan harga tinggi dengan tidak diberikan
layanan makan dan minum pagi dan siang hari. Keterlambatan pengolahan lahan pada fase awal ini ditemui di area
penelitian. Terkadang petambak tidak bisa mengolah lebih awal karena tidak punya modal awal untuk mengolah lahan dan menggunakan tenaga kerja.
Sehingga ini akan mempengaruhi terhadap teknis pelaksanaan produksi garam. Tabel 12. PenggunaanTenaga Kerja dengan Ukuran Lahan 0.25-1.5 Hektar
Pemggunaan tenaga kerja Jumlah orang per pekerjaan
Persiapan lahan 4
Peminihan - pemanenan 2
Pencucian 1
Pada proses peminihan dan pemanen biasanya menggunakan tenaga kerja petambak sendiri dan anggota keluarga. Anggota keluarga yang dilibatkan
mulai dari istri dan anak yang sudah bisa membantu kepala keluarga untuk terlibat di usaha garam. Pada proses peminihan pelaksanaan yang harus
dipantai terus yaitu mengalirkan air ke area irigasi tersier dan memasukan air muda ke area peminihan. Perbaikan-perbaikan kincir angin dan pompa air. Serta
jika diperlukan tambahan untuk memasukan air muda diperlukan ngagobak yang sering dilakukan oleh istri petambak garam. Penggunaan tenaga kerja terus
menerus dilakukan setiap hari dalam proses ini. Untuk proses pencucian garam diperlukan hanya sekitar 1 orang saja dan ini sering dilakukan oleh anak dari
petambak sendiri. Tetapi proses pencucian ini hanya terjadi di petambak- petambak tertentu yang menginginkan garamnya bersih. Jarangnya proses
pencucian karena tidak ada intensive harga yang membedakan antara garam cuci dan garam tidak di cuci kepada petambak sehingga proses ini dirasakan sia-
sia.
6.2. Usaha Garam Rakyat Indramyau
Di Kabupaten Indramayu, komoditas garam merupakan komoditas unggulan, karena secara teknis dapat kelola dengan baik serta daerah ini
memiliki potensi lahan tambak yang sangat luas. Secara sosial komoditas ini dapat dikembangkan oleh banyak orang dan perlakuan usahanya cukup mudah
dengan kondisi kemarau yang panjang dan tingkat curah hujan yang rendah. Secara ekonomi komoditas ini menguntungkan, cepat menghasilkan dan
tersedianya peluang pasar lokal, regional maupun nasional yang merupakan kunci keberhasilan pengembangan agribisnis. Dengan bergeraknya ekonomi
masyarakat melalui usaha agribisnis garam akan mampu mengangkat perekonomian masyarakat daerah.
Ada beberapa alasan petambak garam di Kabupaten Indramayu mengembangkan usaha garam, diantaranya: 1 lahan cocok untuk tambak
garam dan untuk memberdayakan lahan yang tidak difungsikan untuk musim kemarau, 2 Ada kecenderungan peningkatan harga walaupun harga tersebut
masih belum bisa membedakan antara KW 1, KW2 dan KW3 di beberapa kecamatan, di Kecamatan Kandang Haur dan Krangkeng masih menetapkan
harga sama dengan kualitas berbeda, sedangkan di Kecamatan Losarang, pemberlakuan harga bisa dibedakan berdasarkan kualitas 3 Ada kepastian
pasar sehingga semua hasil produksi bisa diserap melalui jaringan tengkulak. 4 Adanya bantuan pemerintah melalui bantuan pemberdayaan usaha garam
Pugar yang sudah berjalan mulai tahun 2010 merupakan program kementrian kelautan dan perikanan. Walaupun pugar sendiri hanya sebatas bantuan berupa
barang dan alat produksi. Usaha produksi garam yang dilaksanakan petani di area tambak udang
atau bandeng. Kegiatan budidaya ikan tersebut dilakukan ketika musim hujan. Sedangkan untuk usaha garam dilakukan pada musim kemarau. Oleh karena itu
usaha garam sangat tergantung kondisi terik matahari, untuk proses penguapan air laut. Bahan baku garam sendiri adalah air laut yang dialirkan melalui irigasi-
irigasi tambak dengan kadar NaCl minimal 2 Be dua derajat baume. Untuk
melakukan pengukuran tingkat salinitas tersebut petambak menggunakan alat baumeter ketika posisi air laut di alirkan, dan pengecekan kembali pada 1 siklus
aliran air tua. Tahapan produksi usaha garam di Kabupaten Indramayu melalui 4
tahapan, diantaranya sebagai berikut :
a. Tahap persiapan lahan
Proses produksi garam dimulai dengan persiapan lahan produksi garam dengan melaksanakan pengeringan lahan yang dilaksanakan menjelang musim
kemarau biasanya mulai pada bulan mei-juni. Proses persiapan biasanya menggunakan tenaga kerja tambahan selain dari petambak penggarap sendiri
yang melakukan. Tenaga kerja pada masa persiapan lahan digunakan untuk perbaikan tanggul, saluran tambak, penyiapan area penguapanpeminihan, dan
penyiapan meja kristal garam. Tenaga kerja yang dibutuhkan umumnya 2 orang per hektar. Perbaikan tanggul dan saluran tambak diperlukan waktu kurang lebih
1-2 minggu. Penyiapan peminihan dan meja Kristal dilakukan dengan cara memasukan air laut keseluruh area tambak sehingga mencapai ketinggian 30
cm. setelah 3 hari direndam air laut, area peminihan dan penggorengan dikeringkan. Untuk memperoleh kualitas tanah meja Kristalisasi yang lebih baik
sebelum melakukan pelepasan air tua, tanah tersebut terlebih dahulu dikeraskan. Para petani menggunakan alat silinder yang digunakan untuk melakukan
perataan pengerasaan area tersebut. Pengerasan dilakukan 2 kali untuk menghasilkan kualitas kekerasan tanah yang memenuhi syarat. Selain itu pula
dilakukan pengesapan. Tujuan perlakuan ini adalah untuk membuang lumpur dan lumut yang menempel pada permukaan tanah.
Pembuatan meja kristal membutukan waktu yang cukup lama pada tahun 2011, sedangkan awal musim kemarau tahun 2012 pengelolaan persiapan lahan
pembuatan meja kristal lebih mudah. Pada tahun 2011 pengolahan meja kristal lebih lama karena pada musim sebelumnya tahun 2010 tidak dilakukan usaha
garam karena tingkat curah cukup tinggi. Pada tahun 2010 tersebut petambak menggunakan area lahan tambak untuk budidaya ikan, dan menjelang digunakan
usaha garam pada tahun 2011 kondisi tanah rusak, dan berlumpur tebal. Kondisi tanah tidak dapat menampung air, tanah menjadi poros sehingga cepat terserap
masuk ke tanah kembali. Sedangkan pada tahun 2012, petani garam lebih mudah mengeraskan meja Kristal karena pada tahun sebelumnya proses usaha
garam dilakukan. Pembuatan meja Kristal dilakukan selama 1-4 hari tergantung dari kondisi lahan yang dipakai apakah dipakai petambak ikan atau tidak.
Pembuatan meja Kristal membutuhkan waktu lebih lama karena setelah proses pengerasan lahan yang pertama, tanah harus dibasahi lagi untuk kemudian
dikeraskan kembali. Proses ini berlangsung 4 empat kali. Untuk penyiapan lahan garam dengan memakai 2 dua orang tenaga kerja diperlukan waktu 30-
45 hari. Penyiapan lahan garam dapat dipersingkat waktunya menjadi 15-20 hari dengan menggunakan tenaga kerja 5 lima orang tenaga kerja, hanya saja
diperlukan modal yang lebih besar untuk persiapan lahan garam.
Salah satu komunitas petani garam di Kabupaten Indramayu tepatnya di Desa Santing Kecamatan Losarang menggunakan area tambak mereka khusus
untuk garam. Lahan tersebut digunakan hanya untuk usaha garam saja di musim kemarau sehingga ini akan mempengaruhi waktu dan modal pada proses
persiapan pengolahan lahan.
b. Tahap pembuatan garam
Pembuatan dibagi menjadi 2 dua tahap, yaitu tahap penguapan. Tujuan dari penguapan supaya air laut mengandung konsntrasi air garam tinggi. Air
konsentrasi ini disebut dengan air tua. Air tua dihasilkan dari mengalirkan air ke area-area peminihan evaporator. Air tua yang siap dikristalkan ditampung
dalam kolom penampungan. Tahap kedua adalah tahap pengkristalan, dimana air tua dalam kolam
penampungan akan dialirkan ke meja Kristal, yaitu tempat penampungan air tua, sehingga Kristal garam akan terbentuk. Proses produksi di awali dengan air laut
dengan tingkat kekentalan 2 Be dalam 1 liter terlarut 2 gram NaCl dari saluran
skunder dalam kolam penampungan atau irigasi samping area peminihan. Dari kolam penampungan air laut dialirkan dengan menggunakan kincir angin atau
pompa ke kolam peminihan yang rata-rata ada 6 kolam peminihan pertama. Hasil dari peminihan ini air laut memiliki kekentalan 4
Be. Untuk tahap awal proses ini memerlukan waktu 2 hari. Untuk menyediakan air laut 2
Be air muda menjadi air laut yang mengandung salinitas 20
0-
25 Be, proses ini biasanya diperlukan
waktu 10 hari setelah air muda dan air tua di penampungan. Ukuran salinitas tersebut memang harus tidak lebih besar dari 25
Be karena akan menyebabkan garam menjadi pahit. Sedangkan kalau kurang dari 20
Be, kualitas garam menjadi tidak memiliki bobot dan masih banyak mengandung air. Untuk menjaga
kepekatan air tua, dialirkan air muda dengan kepekatan 2 Be. Istilah tersebut
namanya ngagobak. Proses pengaliran air tua ke meja Kristal dilaksanakan pada siang hari. Proses pembentukan Kristal garam di meja Kristal memerlukan waktu
2-10 hari. tergantung dari cuaca di tambak garam. Kristal garam akan terbentuk jika terik panas dan tidak akan terbentuk Kristal garam jika terkena air
hujan.Proses ini terus menerus berlangsung setiap hari di musim kemarau dengan memerlukan waktu Kristal garam 2-7 hari.