Dalam 1 satu musim pada tahun 2011 jumlah hari yang digunakan dalam mengeruk  garam  rata-rata  89  hari  atau  sekitar  3  tiga  bulan.  Dari  jumlah  hari
rata-rata yang dipakai untuk mengeruk, maka jumlah produksi garam per musim rata-rata mencapai 70 ton. Pelaksanaan pengerukan ini dipengaruhi oleh kondisi
cuaca yang ada di wilayah tambak. Kondisi ngeruk dan hasil panen akan banyak ketika kondisi cuca tidak hujan. Kegagalan pengerukan garam jika terjadi hujan.
Air hujan akan mempengaruhi perubahan kristal jadi mencair kembali. Jumlah  produksi  garam  pada  petambak  garam  responden  berbeda-beda.
Hal  ini  dipengaruhi  oleh  beberapa  hal  yang  menyangkut  pada  teknis  pemanen dan  kualitas  garam  siap  panen  dihubungkan  dengan  kondisi  cuaca.    Jumlah
panen  hasil  ngerok  tiap  hari  rata-rata  dari  100  petambak  responden  mencapai 778  kg  atau  sekitar  7.8  kwintal.  Petambak  di  Kabupaten  Indramayu
menggunakan  satuan  karung  dengan  kapasitas  per  karung  sekitar  50  kg sehingga  dalam  1  satu  hari  bisa  mengeruk  sekitar  14  karung.  Jumlah  hasil
panen pun terus mengalami peningkatan dari awal musim kemarau sampai akhir musim kemarau. Pada saat awal musim kemarau, jumlah produksi garam untuk
area  lahan  sekitar  1  satu  hektar  sekitar  5  kwintal.  Produksi  garam  menjelang musim kemarau berakhir bisa mencapai 1 satu ton.
Tabel 13. Jumlah Hari Pengerukan dan Rata-rata Produksi Garam
Jumlah Hari Pengerukan Frekuensi
Rata-Rata Produksi ton 30-60
1 95
60-90 91
72
90-120 8
52
Jumlah
100 73
d.  Tahap penyimpanan garam
Penyimpanan  garam  dilakukan  setelah  proses  pencucian  yang  dilakukan oleh  petani  yang  memiliki  gudang  garam.  Dari  hasil  temuan  yang  ada  di
Kabupaten Indramayu, gudang garam hanya dimiliki oleh para pengepul bakul, sekaligus  pemilik  lahan  yang  melakukan  bagi  hasil  dengan  penggarap  lahan.
Petani  garam  yang  tidak  memiliki  gudang  garam,  garam  hasil  panen  langsung menjual kepada pengepul dan kepada pemilik lahan. Jika petambak garam ingin
menyimpan  di  gudang  garam  milik  bakul  atau  pemilik  lahan  tersebut  dikenakan biaya simpanan Rp. 100kg.
e.  Tahap penjualan garam  tingkat petambak garam dan pengepul
Di  Kabupaten  Indramayu,  mutu  garam  tidak  berpengaruh  pada  harga garam.  Garam mutu  rendah  mempunyai  harga  yang  sama  dengan garam  mutu
bagus.Kekurangan  modal  menjadi  garam  tidak  pernah  disimpan  di  gudang. Proses  penjual  terjadi  ketika  garam  masih  berada  ditambak.  Pengepul
menetapkan  harga  yang  sama  tanpa  melihat  kualitas  garam  pada  satu  kali transaksi  penjualan.  Kecenderungan  harga  terus  menurun  mulai  dari  awal
sampai akhir musim kemarau. Ditemukan responden mendapatkan harga kisaran Rp 100-Rp 650 per kilogram. 54 persen responden mendapatkan harga kisaran
Rp. 400- Rp 500 per kilogram. Petambak  umumnya  menjual  kepada  pengepul  tengkulak  yang  biasa
dan  ada  di  daerah  kecamatan  masing-masing.  Rata-rata  bagi  petambak  yang tidak  terikat  dengan  pengepul  atau  pemilik  lahan  menjual  hasil  panennya  ke
koperasi  dan  pengepul  dengan  harga  sesuai  dengan  harga  pasar  berlangsung. Dengan kisaran harga jual antara Rp. 400-500 mereka mendapatkan keuntungan
per  kali  panen  ngerok.  Pendapatan  yang  diterima  oleh  petambak  yang sistemnya  bagi  hasil  harus  dibagi  menjadi  30  persen  untuk  penggarap  dan  20
persen untuk pemilik. Bagi  petambak  pemilik  penggarap  dan  penyewa,  mereka  mendapatkan
seluruh hasil panennya. Sedangkan bagi petambak bagi hasil mendapatkan hasil bagian  setelah  itu  dibagi  baik  dibagi  garam  atau  hasil  penjualannya.  Umumnya
mereka  membagi  dari  jumlah  kuantitas  garam  krosok.  Jika  dalam  satu  hari petambak  mendapatkan  sekitar  5  kwintal  garam  krosok,  maka  pembagian  jika
petambak mertelu 2 kwintal untuk juragan dan 3 kwintal untuk petambak sendiri. Saluran penjualan lain yang dilakukan beberapa petambak garam lainnya
melalui  koperasi.  Ada  sekitar  4  koperasi  garam  yang  ada  dan  hanya  di Kecamatan  Losarang  beberapa  kali  mencoba  melakukan  pembelian  garam  di
tingkat  petambak  garam  Kecamatan  Losarang.  Koperasi  Segara  Madu  salah satu  koperasi  yang  didirikan  pada  tahun  2010  memiliki  2  dua  gudang  garam
yang  menjadi  tempat  penyimpanan  garam  yang  akan  di  jualbelikan  ke perusahaan industri di sekitar Cirebon dan Surabaya.  Dalam penentuan harga,
koperasi  belum  bisa  menerapkan  penetapan  harga  yang  sesuai  dengan kebijakan  dari  pemerintah.  Koprasi  menerapkan harga  pembelian  sama dengan
harga  pasar  yang  berlangsung.  Koperasi  hanya  bisa  memberikan  perbedaan harga  garam  ramsol  saja  dengan  penambahan  harga  beli  Rp  25    kg.  Nilai  ini