e. Tahap penjualan garam tingkat petambak garam dan pengepul
Di Kabupaten Indramayu, mutu garam tidak berpengaruh pada harga garam. Garam mutu rendah mempunyai harga yang sama dengan garam mutu
bagus.Kekurangan modal menjadi garam tidak pernah disimpan di gudang. Proses penjual terjadi ketika garam masih berada ditambak. Pengepul
menetapkan harga yang sama tanpa melihat kualitas garam pada satu kali transaksi penjualan. Kecenderungan harga terus menurun mulai dari awal
sampai akhir musim kemarau. Ditemukan responden mendapatkan harga kisaran Rp 100-Rp 650 per kilogram. 54 persen responden mendapatkan harga kisaran
Rp. 400- Rp 500 per kilogram. Petambak umumnya menjual kepada pengepul tengkulak yang biasa
dan ada di daerah kecamatan masing-masing. Rata-rata bagi petambak yang tidak terikat dengan pengepul atau pemilik lahan menjual hasil panennya ke
koperasi dan pengepul dengan harga sesuai dengan harga pasar berlangsung. Dengan kisaran harga jual antara Rp. 400-500 mereka mendapatkan keuntungan
per kali panen ngerok. Pendapatan yang diterima oleh petambak yang sistemnya bagi hasil harus dibagi menjadi 30 persen untuk penggarap dan 20
persen untuk pemilik. Bagi petambak pemilik penggarap dan penyewa, mereka mendapatkan
seluruh hasil panennya. Sedangkan bagi petambak bagi hasil mendapatkan hasil bagian setelah itu dibagi baik dibagi garam atau hasil penjualannya. Umumnya
mereka membagi dari jumlah kuantitas garam krosok. Jika dalam satu hari petambak mendapatkan sekitar 5 kwintal garam krosok, maka pembagian jika
petambak mertelu 2 kwintal untuk juragan dan 3 kwintal untuk petambak sendiri. Saluran penjualan lain yang dilakukan beberapa petambak garam lainnya
melalui koperasi. Ada sekitar 4 koperasi garam yang ada dan hanya di Kecamatan Losarang beberapa kali mencoba melakukan pembelian garam di
tingkat petambak garam Kecamatan Losarang. Koperasi Segara Madu salah satu koperasi yang didirikan pada tahun 2010 memiliki 2 dua gudang garam
yang menjadi tempat penyimpanan garam yang akan di jualbelikan ke perusahaan industri di sekitar Cirebon dan Surabaya. Dalam penentuan harga,
koperasi belum bisa menerapkan penetapan harga yang sesuai dengan kebijakan dari pemerintah. Koprasi menerapkan harga pembelian sama dengan
harga pasar yang berlangsung. Koperasi hanya bisa memberikan perbedaan harga garam ramsol saja dengan penambahan harga beli Rp 25 kg. Nilai ini
sebagai nilai membayar biaya yang dikeluarkan oleh petambak ramsol zat aditif.
6.3. Kendala dan Permasalahan
Kemajuan usaha garam di daerah peneliltian dan harapan petambak bagi peningkatan kesejahteraan hidup melalui usaha produksi garam tersebut, terlihat
menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kendala internal petambak garam, dan faktor
eksternal, seperti kurangnya informasi harga serta lemahnya sistem dan kelembagaan yang ada.
Pada sisi internal, kendala yang ditemui berkaitan dengan cara dan manajemen usaha yang dilakukan oleh petambak. Sebagaimana tergambar pada
teknik produksi garam yang dilakukan petambak, umumnya petambak didaerah penelitian masih sangat tradisional. Sampai saat ini belum ada teknologi yang
baru dalam mengembangkan usaha garam. Teknologi sekarang dikatakan sudah baik dan para tembak terus mencari informasi mengenai teknologi dan inovasi
tambahan dari teknis yang sekarang digunakan. Inovasi tambahan seperti penggunaan zat aditif dengan memakai bahan pengendap yang disebut ramsol
garam solusi. Selain ramsol, inovasi dikembangkan pada tahap proses peminihan yang panjang yang disebut dengan teknis ulir. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat proses penguapan air garam supaya menjadi cepat tua. Pada sisi eksternal, kendala yang ditemui terlihat pada kurangnya
informasi harga dan pasar yang diterima petambak, lemahnya kelembagaan yang ada serta lemahnya posisi tawar petambak. Selama ini petambak belum
bisa memperoleh informasi harga pasar secara aktual. Kalaupun ada yang mengetahui harga pasar akutal, posisi mereka lebih sebagai price taker. Hal ini
disebabkan oleh peranan yang kuat dari pedagang pengepul dan juragan dalam menetapkan harga jual garam. Hubungan dekat yang saling membutuhkan
menjadi faktor utama ketergantungan petambak terhadap pengepul atau juragan. Kecenderungan ini menyebabkan munculnya pasar oligopsoni yang terselubung
di wilayah Kabupaten Indramayu.
6.4. Analisis Finansial dan Ekonomi
Analisis pendapatan petabak garam menggambarkan secara sederhana bagaimana tingkat kelayakan usahatani garam di daerah penelitian. Hasil analisis