Selain penggunaan input yang berlebihan atau kurang, penyebab rendahnya efisiensi alokasi yaitu informasi harga input dan output yang tidak
sempurna yang biasanya terjadi pada sektor pertanian sehingga keragaman harga input dan output tidak cukup digambarkan oleh harga rata-rata. Jika harga
input transparan dan petambak menikmati harga murah atau disubsidi maka dapat meningkatkan efisiensi alokasi, sehingga dampaknya dapat menghemat
biaya dan meningkatnya keuntungan. Tabel 33. Analisis Finansial Usaha Garam Jika terjadi penurunan penggunaan
bahan bakar 30 persen
Kelompok Sewa
Bagi Hasil Pemilik
Rataan ukuran lahan ha 1.35
1 0.7
Produksi ton 65.33
60 49.8
Harga Jual maksimum Rpkg 475.13
469 430
Biaya dalam juta Sewa Lahan
2 2
2 Tenaga Kerja
22.3 20.48
16.45 Bahan Bakar
1.246 0.861
0.315 Peralatan
1.9 1.5
0.5 Total Biaya
27.446 24.841
19.265 Revenue dalam juat
Total Pendapatan 31.04
28.14 21.41
Labarugi 3.594
3.299 2.145
BC 1.13
1.13 1.11
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi alokatif adalah dengan cara menurunkan harga input produksi jika harga pasar input mahal Ellis, 2003, dan
menurunkan kuantitas penggunaan input jika terjadi pemborosan dilihat dari perhitungan nilai produk marjinal dan biaya korbanan Tabel 24. Jika dilakukan
simulasi penurunan terhadap tingkat penggunaan input bahan bakar sebagai biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan air laut maka tingkat pendapatan
petambak sewa akan meningkat. Berdasarkan Tabel 29 jika terjadi pengurangan terhadap bahan bakar 30 persen, maka biaya yang dikeluarkan oleh masing
petambak menurun dan dampaknya keuntungan meningkat pada harga asumsi rata-rata yang diterima oleh masing-masing petambak Rp 475 petambak sewa,
Rp 459 petambak bagi-hasil dan Rp 430 petambak pemilik-garap.
IX. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan
1. Fungsi stokastik produksi frontier Stochastic frontier production dapat menggambarkan fungsi produksi garam pada tiga kelompok petambak
garam dengan empat faktor prdouksi yang dimasukan pada model fungsi Cobb-douglas. Variable yang nyata berpengaruh terhadap produksi batas
frontier pada masing-masing kelompok petambak adalah ukuran lahan farm size pada petambak sewa, bagi-hasil dan garap. Variable jumlah
hari produksi dan jumlah tenaga kerja signifikan pada petambak sewa sebaliknya tidak signifikan pada pada petambak bagi-hasil dan pemilik-
garap.Variable yang sangat responsif yaitu ukuran lahan farm size artinya masih ada peluang untuk meningkatkan produksi garam sampai
batas skala pemngembalian tetap constant return to scale. 2. Sumber determinan efisiensi teknis yang signifikan mempengaruhi pada
petambak sewa dan bagi-hasil adalah ukuran lahan dan faktor pendapatan. Sedangkan pada petambak pemilik-garap adalah partisipasi
aktif dalam keanggotan kelompok garam dan koperasi serta akses kredit pinjaman modal usaha.
3. Masing-masing kelompok petambak masih belum tercapai dalam skala efisiensi alokatif dan ekonomis. Sumber ketidakefisienan ini adalah
tingkat pemakaian tenaga kerja yang tidak seimbang dengan marjinal prodak tenaga kerja marjinal product of labour dimana terlalu tingginya
harga tenaga kerja dibandingkan dengan harga nilai produknya dengan tingkat harga garam paling tinggi Rp 450 per kg. Sehingga skala efisiensi
ekonomis tidak tecapai.
8.2. Saran
1. Pemerintah perlu memberikan insentive teknologi untuk peningkatan produksi karena teknologi tradisional sekarang berlangsung berdampak
pada tingkat outonomous yang rendah walaupun input produksi lahan dan tenaga kerja sudah mencapai batas produksi optimal atau mengarah
kepada mencapai skala pengembalian yang tetap serta tingkat efisiensi teknis yang sudah mencapai maksimal.
2. Terus meningkatkan sosialiasi manfaat dan penggunaan zat aditif ramsol sebagai zat aditif dalam kegiatan pelatihan usaha garam dan penyuluhan
karena faktor ini signifikan pada petambak pemilik-garap, tetapi hal ini belum berpengaruh pada petambak sewa dan petambak bagi-hasil, hal ini
dirasakan kurang banyaknya informasi teknologi yang disebarkan oleh penyuluh perikanan khususnya penyuluh dalam program pemberdayaan
usaha garam rakyat PUGAR di Kabupaten Indramayu. Selain itu pula menyediakan akses kredit, karena hal ini sangat signifikan pada
petambak bagi-hasil yang selama ini dapatkan dari juragan pemilik lahan. 3. Pemerintah perlu meningkatkan tingkat efisiensi alokatif melalui mencari
alternative teknologi yang bisa menurunkan biaya dari pemakaian tenaga kerja yang tinggi sehingga petambak bisa mendapatkan penerimaan dari
usaha garam yang sesuai dengan tingkat harga ouput yang berlaku. Alternatif faktor produksi lain yaitu meningkatkan ukuran lahan farm size
karena sangat responsif terhadap peningkatan pendapatan. Alternatif lainnya meningkatkan harga garam farm gate price dengan tujuan
meningkatkan optimalisasi alokasi input dan meningkatkan pendapatan petambak. Jika hal ini belum ada perubahan banyak petambak peluang
beralih kepada usaha lain sangat dimungkinkan atau kecenderungan lain sulitnya mendapatkan tenaga kerja pada usaha garam.
.
DAFTAR PUSTAKA
Adesina, A. A., and Djato, K. K. 1996. Farm Size, Relative Efficiency and Agrarian Policy in Cote dIvoire: Profit Function Analysis of Rice Farms.
Agricultural Economics 14, 93-102 Adiyoga, W. 1999. Beberapa Alternatif Pendekatan Untuk Mengukur Efisiensi
atau in-efisiensi dalam Usaha Tani. Informatika Pertanian Volume 8 Afriat, S. 1972. Efficiency Estimation of Production Functions. International
Economic Review, 13, pp. 568-598 Aigner, D. and S. Chu, 1968, On Estimating the Industry Production Function,
American Economic Review, 58, pp. 826-839 Aigner D.J, C.A.K Lovell and P. Schimidt. 1977. Formulation and Estimation of
Stochastic Frontier Production Frontier Models. Journal of Econometrics, 61:21-37
Akinbode, S. O, Dipeolu A. O. and Ayinde I. A. 2011. An examination of technical, allocative and economic efficiencies in Ofada rice farming in
Ogun State, Nigeria. African Journal of Agricultural Research Vol. 628, pp. 6027-6035
Alam, A. Matsumura, H, K. Muhamed, F. Faridullah. 2012. Technical Efficiency and Its Determinants in Potato Production : Evidence From Northeren
Areas in Gilgit-Batistan Region of Pakistan. International Journal of Research in Management, Economics and Commerce. Volume 2
Alim, 2012. Prospektif Garam : Prospektif keberadaan produk garam diIndonesia.
Makalah Workshop Program PUGAR. PT Garam
Aye, G, C. Mungatana, E, D. 2010. Technical Efficiency of Traditional and Hybrid Maize Farmers in Nigeria: Comparison of Alternative Approaches.
Journal of Economics and International Finance Vol. 521 2909-2917 Babalola, D. A, Ajani, B. T, Omonona, O. A, Oni, Y.A Awoyinka. 2009. Technical
Efficiency Differential in Industrial Sugarcane Production; The case of Jigawane State Nigeria. Acta SATECH, 31 :59-69
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2012. Prediksi Musim Kemarau di Sentra Garam. Makalah Sosialisasi PUGAR Dirjen KP3K
Badan Riset Kelautan dan Perikanan. 2002. Buku Panduan Pembuatan Garam Bermutu. Badan Riset Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan
dan Perikanan Bagamba, F. 2007. Market Access and Agricultural Production The Case of
Banana Production in Uganda. Thesis Wageningen University