Perhubungan GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografis dan Cuaca

6.1.2. Ukuran Lahan Tambak

Petani di kabupaten indramayu dilihat dari akses pengelolaan lahan rata- rata mengelola rata-rata 0.8 hektar. Jumlah lahan tersebut petani mendapatkan dengan 3 pola akses terhadap lahan. Petambak di kecamatan Losarang banyak yang melakukan sewa untuk mendapatkan penggunaan lahan. Lahan sewa yang menjadi rebutan sekitar lahan yang dimiliki oleh desa dengan sistem lelang. Alasan mencari sewa lahan desa ini karena harga sewanya cukup murah antara Rp. 1.000.000-2.000.000 per musim. Sedangkan di Kecamatan Kandang Haur ditemukan petambak garam dengan cara bagi hasil dengan pemilik lahan yang umumnya pemiliknya sebagai juragan pemilik tanah di kavling wilayah tersebut. Juga ditemukan pemilik sekaligus memanfaatkan dan mengolah lahan sendiri. Keputusan mengeluarkan sewa lahan dengan berbagai pertimbangan. Para petambak lebih menyukai lahan yang lebih dekat dengan irigasi pusat atau lahan milik desa atau lahan yang dekat dengan rumah tempat tinggal. Hal ini akan mempengaruhi terhadap biaya dan teknis yang akan dijalankan. Sistem lelang yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa menjadi daya tarik bagi petambak garam sendiri. Walaupun lahan tersebut jauh dari tempat tinggal, berbeda kampung hal ini menjadi prioritas kedua. Tabel 11. Sebaran Luasan Lahan Usaha Garam Luasan lahan ha Frekuensi 0.01-0.25 1 0.26-0.50 18 0.51-0.75 10 0.76-1.00 1.01-1.25 55 1.26-1.50 3 1.50 13 Jumlah 100 Rata-rata 0.8125 Jumlah petambak yang menggarap lahan ukuran kurang dari 0.25 hektar 1 persen, antara 0.26-0.50 hektar sebanyak 18 persen, dan paling banyak petambak mengelola sekitar 1.00-1.25 hektar sejumlah 55 persen.

6.1.3. PenggunaanTenaga Kerja dalam Usaha Garam

Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha garam dengan rataan 0.5- 1.5 hektar sebanyak 6 orang dengan spesialisasi pekerjaan tertentu. Pengalokasian tenaga kerja untuk persiapan lahan digunakan 2-4 orang. Fase ini merupakan fase yang intensif tenaga kerja. Biasanya petambak garam menggunakan tenaga kerja dari luar jika mereka memiliki modal awal cukup untuk membayarnya. Upah tenaga kerja pada tahap ini per orang per hari bisa antara Rp. 50.000-60.000. Layanan terhadap tenaga kerja yang dipakai berbeda- beda tergantung dari aturan dan kebiasaan di setiap lokal seperti tenaga kerja diberikan layanan makan siang, dan minum lainnya sehingga harga upah lebih murah. Sedangkan tenaga kerja diberikan harga tinggi dengan tidak diberikan layanan makan dan minum pagi dan siang hari. Keterlambatan pengolahan lahan pada fase awal ini ditemui di area penelitian. Terkadang petambak tidak bisa mengolah lebih awal karena tidak punya modal awal untuk mengolah lahan dan menggunakan tenaga kerja. Sehingga ini akan mempengaruhi terhadap teknis pelaksanaan produksi garam. Tabel 12. PenggunaanTenaga Kerja dengan Ukuran Lahan 0.25-1.5 Hektar Pemggunaan tenaga kerja Jumlah orang per pekerjaan Persiapan lahan 4 Peminihan - pemanenan 2 Pencucian 1 Pada proses peminihan dan pemanen biasanya menggunakan tenaga kerja petambak sendiri dan anggota keluarga. Anggota keluarga yang dilibatkan mulai dari istri dan anak yang sudah bisa membantu kepala keluarga untuk terlibat di usaha garam. Pada proses peminihan pelaksanaan yang harus dipantai terus yaitu mengalirkan air ke area irigasi tersier dan memasukan air muda ke area peminihan. Perbaikan-perbaikan kincir angin dan pompa air. Serta jika diperlukan tambahan untuk memasukan air muda diperlukan ngagobak yang sering dilakukan oleh istri petambak garam. Penggunaan tenaga kerja terus menerus dilakukan setiap hari dalam proses ini. Untuk proses pencucian garam diperlukan hanya sekitar 1 orang saja dan ini sering dilakukan oleh anak dari petambak sendiri. Tetapi proses pencucian ini hanya terjadi di petambak- petambak tertentu yang menginginkan garamnya bersih. Jarangnya proses pencucian karena tidak ada intensive harga yang membedakan antara garam cuci dan garam tidak di cuci kepada petambak sehingga proses ini dirasakan sia- sia.

6.2. Usaha Garam Rakyat Indramyau

Di Kabupaten Indramayu, komoditas garam merupakan komoditas unggulan, karena secara teknis dapat kelola dengan baik serta daerah ini