Tahap persiapan lahan KERAGAAN USAHA GARAM RAKYAT DI DAERAH PENELITIAN

sebagai nilai membayar biaya yang dikeluarkan oleh petambak ramsol zat aditif.

6.3. Kendala dan Permasalahan

Kemajuan usaha garam di daerah peneliltian dan harapan petambak bagi peningkatan kesejahteraan hidup melalui usaha produksi garam tersebut, terlihat menemui beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu kendala internal petambak garam, dan faktor eksternal, seperti kurangnya informasi harga serta lemahnya sistem dan kelembagaan yang ada. Pada sisi internal, kendala yang ditemui berkaitan dengan cara dan manajemen usaha yang dilakukan oleh petambak. Sebagaimana tergambar pada teknik produksi garam yang dilakukan petambak, umumnya petambak didaerah penelitian masih sangat tradisional. Sampai saat ini belum ada teknologi yang baru dalam mengembangkan usaha garam. Teknologi sekarang dikatakan sudah baik dan para tembak terus mencari informasi mengenai teknologi dan inovasi tambahan dari teknis yang sekarang digunakan. Inovasi tambahan seperti penggunaan zat aditif dengan memakai bahan pengendap yang disebut ramsol garam solusi. Selain ramsol, inovasi dikembangkan pada tahap proses peminihan yang panjang yang disebut dengan teknis ulir. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses penguapan air garam supaya menjadi cepat tua. Pada sisi eksternal, kendala yang ditemui terlihat pada kurangnya informasi harga dan pasar yang diterima petambak, lemahnya kelembagaan yang ada serta lemahnya posisi tawar petambak. Selama ini petambak belum bisa memperoleh informasi harga pasar secara aktual. Kalaupun ada yang mengetahui harga pasar akutal, posisi mereka lebih sebagai price taker. Hal ini disebabkan oleh peranan yang kuat dari pedagang pengepul dan juragan dalam menetapkan harga jual garam. Hubungan dekat yang saling membutuhkan menjadi faktor utama ketergantungan petambak terhadap pengepul atau juragan. Kecenderungan ini menyebabkan munculnya pasar oligopsoni yang terselubung di wilayah Kabupaten Indramayu.

6.4. Analisis Finansial dan Ekonomi

Analisis pendapatan petabak garam menggambarkan secara sederhana bagaimana tingkat kelayakan usahatani garam di daerah penelitian. Hasil analisis finansial dan ekonomis disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil panen petambak berbeda-beda masing-masing group. Perbedaan ini karena perbedaan luas lahan. Luas lahan yang digarap oleh sewa rata-rata 1.25 ha dengan hasil panen mencapai 62 ton, bagi hasil 1 hektar dengan jumlah panen sekitar 67 ton dan pemilik penggarap sekitar 0.5 hektar dengan jumlah panen rata-rata sekitar 49 ton . Tabel 14. Analisis Finansial Usaha Garam Kelompok Sewa Bagi Hasil Pemilik Rataan ukuran lahan ha 1.35 1 0.7 Produksi ton 65.33 60 49.8 Harga Jual maksimum Rpkg 475.13 469 430 Biaya dalam juta Sewa Lahan 2.00 2.00 2.00 Tenaga Kerja 22.30 20.48 16.45 Bahan Bakar 1.78 1.23 0.45 Peralatan 1.90 1.50 0.50 Total Biaya 27.98 25.20 19.39 Revenue dalam juat Total Pendapatan 31.04 28.14 21.41 Labarugi 3.06 2.94 2.02 BC 1.109 1.116 1.104 Secara finansial, biaya total tunai yang dikeluarkan pada usaha garam pada kelompok pemilik-penggarap sebesar Rp. 19 juta, kelompok sewa Rp. 27 juta dan kelompok bagi hasil Rp. 25 juta. Komponen biaya terbesar yang harus dibayarkan petambak untuk untuk biaya tenaga kerja luar keluarga, yaitu sekitar 80 persen dari total biaya. Pengeluaran biaya untuk bahan bakar garam berbeda- beda tiap kelompok dari karakteristik petambak. Petambak pemilik penggarap yang memiliki pompa air mengeluarkan biaya bahan bakar minimal 5 liter untuk 1 petakan lahan 0.8 hektar dengan harga bahan bakar sekitar Rp. 5.000 per liter. Pola pengeluaran biaya bagi petambak penggarap sewa juga memerlukan biaya kurang lebih Rp. 25.000 per hari untuk menarik air dari saluran irigasi utama. Ada ditemukan juga pada penggarap sewa mereka melakukan pembagian biaya yang harus mereka bayar jika mereka tidak memiliki pompa dengan memberikan iuran kepada pemilik yang bisa menyediakan pompa untuk mengairi aliran air ke pintu saluran tersier. Setelah itu baru ditarik air tersebut dengan menggunakan kincir angin yang dipasang kumparan sebagai penggerak aliran air naik ke area lahan peminihan. Bagi kelompok penggarap bagi hasil, biaya bahan bakar ini tidak dikeluarkan penuh. Biaya bahan bakar ditanggung oleh sebagian pengepul. Hal ini menjadi pembeda antara tingkat penggunaan bahan bakar di kelompok yang lain. Harga bahan bakar minyak rata-rata mereka dapatakn sekitar Rp. 5.000 per liter. Hal ini merupakan harga subsidi yang sudah dterapkan oleh pemerintah mengenai bahan bakar dan energi. Penggunaan bahan bakar sudah melebihi batas rata-rata yang digunakan. Penggunaan pompa air para petambak operasikan selama 4 jam pagi dan sore. Hal ini akan menjadi boros ketika tidak sesuai dengan kadar lahan yang ada dengan jumlah yang diisikan. Begitu juga terkadang petambak garam selalu tidak bisa mengukur kadar cuaca yang terjadi akibat mendung atau hujan. Sehingga air yang dialirkan menjadi tidak membentuk garam kristal dan mereka harus melakukan pemompaan kembali air muda ke area tambak garam. Laba bersih yang didapatkan untuk kelompok sewa paling tinggi sebesar Rp. 3.06 juta dibandingkan dengan kelompok bagi hasil dan pemilik penggarap. Perbedaan harga yang diterima dan luasan lahan juga yang menyebabkan perbedaan pendapatan. Dilihat dari pendapatan yang didapatkan per bulan selama musim garam berjalan 3 bulan, pendapatan petambak sewa Rp 1.02 per bulan, sedangkan pemilik penggarap sekitar Rp. 700 ribu per bulan. Berdasarkan perhitungan rasio BC usaha garam masih menguntungkan karena lebih dari satu. Untuk petambak sewa rasio mencapai 1.109, untuk petambak bagi hasil mencapai 1.116 dan petambak pemilik garap 1.104. Perbedaan nilai BC antara petambak sewa dan bagi-hasil karena perbedaan biaya, sehingga keuntungan yang didapatkan bagi-hasil lebih besar, walaupun petambak sewa mendapatkan harga lebih besar dibandingkan dengan bagi-hasil dan tingkat pengelolaan lahan lebih luas. Jadi berdasarkan analisis finansial petambak bagi-hasil lebih besar keuntungannya dibadningkan dengan petambak lainnya. Penentuan harga jual pada analisis finansial disini ditentukan secara rata- rata pada tingkat dimana petambak sewa mendapatkan harga jual rata-rata Rp 475 per kg, petambak bagi hasil mendapatkan harga jual Rp 469 dan petambak pemilik-garap mendapatkan harga Rp. 430 per kg. Dalam realisasinya, harga jual garam tiap bulan pada masa garam berbeda-beda, bahkan perbedaan tiap