6.1.2. Ukuran Lahan Tambak
Petani di kabupaten indramayu dilihat dari akses pengelolaan lahan rata- rata mengelola rata-rata 0.8 hektar. Jumlah lahan tersebut petani mendapatkan
dengan 3 pola akses terhadap lahan. Petambak di kecamatan Losarang banyak yang melakukan sewa untuk mendapatkan penggunaan lahan. Lahan sewa yang
menjadi rebutan sekitar lahan yang dimiliki oleh desa dengan sistem lelang. Alasan mencari sewa lahan desa ini karena harga sewanya cukup murah antara
Rp. 1.000.000-2.000.000 per musim. Sedangkan di Kecamatan Kandang Haur ditemukan petambak garam dengan cara bagi hasil dengan pemilik lahan yang
umumnya pemiliknya sebagai juragan pemilik tanah di kavling wilayah tersebut. Juga ditemukan pemilik sekaligus memanfaatkan dan mengolah lahan sendiri.
Keputusan mengeluarkan sewa lahan dengan berbagai pertimbangan. Para petambak lebih menyukai lahan yang lebih dekat dengan irigasi pusat atau
lahan milik desa atau lahan yang dekat dengan rumah tempat tinggal. Hal ini akan mempengaruhi terhadap biaya dan teknis yang akan dijalankan. Sistem
lelang yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa menjadi daya tarik bagi petambak garam sendiri. Walaupun lahan tersebut jauh dari tempat tinggal,
berbeda kampung hal ini menjadi prioritas kedua. Tabel 11. Sebaran Luasan Lahan Usaha Garam
Luasan lahan ha Frekuensi
0.01-0.25 1
0.26-0.50 18
0.51-0.75 10
0.76-1.00 1.01-1.25
55 1.26-1.50
3 1.50
13 Jumlah
100 Rata-rata
0.8125
Jumlah petambak yang menggarap lahan ukuran kurang dari 0.25 hektar 1 persen, antara 0.26-0.50 hektar sebanyak 18 persen, dan paling banyak
petambak mengelola sekitar 1.00-1.25 hektar sejumlah 55 persen.
6.1.3. PenggunaanTenaga Kerja dalam Usaha Garam
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha garam dengan rataan 0.5- 1.5 hektar sebanyak 6 orang dengan spesialisasi pekerjaan tertentu.
Pengalokasian tenaga kerja untuk persiapan lahan digunakan 2-4 orang. Fase ini merupakan fase yang intensif tenaga kerja. Biasanya petambak garam