Studi Efisensi pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian

membandingkan komoditas pangan dan susu dengan pendekatan Data Envelopment Analysis DEA. Lambarraa, et al., 2007 menganalisis efisiensi usahatani jeruk di Spanyol dengan menggunakan pendekatan Total Factor Productivity dan Stochastic Frontier Model. Sementara itu, Bravo-Ureta, et al., 2007 melakukan analisis TE pertanian dengan analisis meta regression yang bersifat lintas negara negara berkembang dan negara maju dan lintas komoditas. Kajian efisiensi di Indonesia berkembang dengan aplikasi model frontier khsusnya usahatani padi. Beberapa studi oleh Tabor 1992, Erwidodo 1990, Erwidodo 1992a, Erwidodo 1992b dan Trewin, et al., 1995, Daryanto 2000, Sumaryanto 2001 dan Sumaryanto, et al., 2003, serta Wahida 2005 menggunakan frontier stokastik untuk analisis efisiensi untuk usahatani padi, Sukiyono 2004 menganalisis efisiensi komoditas cabai, Fauziyah 2010 menggunakan model fungsi produksi frontier stokastik yang memfokuskan pada pengaruh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi terhadap alokasi input usahatani tembakau. Studi produksi frontier stokastik umumnya mengasumsikan produksi Cobb-Douglas CD atau Translog adalah model yang memadai dalam analisis data tingkat petani padi. TE usahatani padi sangat bervariasi dari 50 persen di India Kalirajan, 1981, 76-85 persen untuk padi konvensional dan 87-94 persen untuk padi hibrida di Jiangsu China Xu dan Jeffrey, 1998, 71,30 persen Sumaryanto, et al., 2003 dan 76,00 persen Wahida, 2005 di DAS Brantas, Jawa Timur, serta 91,86 persen untuk usahatani padi di lima daerah sentra produksi padi di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan Kusnadi, et al., 2011 pada input dan teknologi yang digunakan. Sementara itu, untuk komoditas non padi, seperti komoditas kentang di Inggris 0,90 Wilson, et al., 1998, cabai merah di Rejang Lebong Bengkulu nilai TE 0.65-0.99 Sukiyono, 2005, tembakau di Pamekasan, Jawa Timur 0.89 Fauziyah, 2010. Prosedur dua langkah telah banyak digunakan untuk eksplorasi faktor- faktor yang menerangkan inefisiensi Bravo-Ureta, et al., 2007. Dengan memasukan variabel sosio-ekonomi secara langsung dalam model frontier produksi akan mempengaruhi terhadap efisiensi secara langsung. Lebih lanjut Bravo-Ureta, et al., 2007 melakukan studi tentang sumber TE pada usahatani dengan memperhatikan peran keputusan manajerial yang dipengaruhi oleh variabel-variabel sosio-ekonomi. Keputusan manajerial menentukan kemampuan seorang petani sebagai manajer untuk memilih kombinasi input produksi dan pola output usahatani yang dipandang tepat, seperti penggunaan varietas dan jumlah benih, dosis dan jenis pupuk, waktu aplikasi pemupukan dan pestisida, teknik berproduksi, sistem tanam, serta teknik panen dan pasca panen. Variabel sosio-ekonomi bukan bagian dari proses produksi fisik, tetapi mempunyai efek terhadap variabel keputusan manajemen. Variabel sosio- ekonomi paling banyak digunakan untuk menerangkan variasi tingkat usahatani baik padi maupun non padi dalam hal TE, yaitu ukuran lahan usahatani, pendidikan, umur dan pengalaman petani, kontak petani dengan petugas penyuluhan, pendapatan, ketersediaan dan aksessibilitas air irigasi, aksessibilitas terhadap kelembagaan koperasi, rotasi tanaman dan lain sebagainya. Peranan ukuran usahatani adalah bermacam-macam. Xu dan Jeffrey 1998 menemukan hubungan signifikan antara inefisiensi teknis dan ukuran usahatani. Kontak dengan pelayanan penyuluhan adalah penting dalam menerangkan inefisiensi teknis. Penyuluhan ternyata berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis dalam studi yang dilakukan oleh Kalirajan 1981; Kalirajan dan Shand 1989. Aksessibilitas terhadap kelembagaan koperasi berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis pada usahatani kentang di Inggris Wilson, et al., 1998. Demikian juga akses terhadap kredit juga berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis pada usahatani padi Kalirajan dan Shand, 1989. Pendapatan non usahatani mempunyai hubungan yang negatif dengan inefisiensi teknis usahatani Xu dan Jeffrey, 1998, demikian juga pendapatan perkapita Sumaryanto et al., 2003 dan pendapatan dari usahatani padi 2005. Pendidikan umumnya memiliki dampak positif dan nyata terhadap TE dan berhubungan negatif dengan inefisiensi teknis pada berbagai usahatani. Beberapa variabel teknis yang sering dimasukkan sebagai variabel dummy yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis dan TE adalah jenis irigasi, musim tanam, varietas yang digunakan, penggunaan mekanisasi pertanian, pengetahuan teknik budidaya, sistem tanam, dan rotasi tanaman. Sementara itu, beberapa variabel sosial ekonomi yang diduga mempengaruhi inefisiensi teknis dan TE adalah variabel umur petani, pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah anggota rumah tangga, kontak dengan penyuluh pertanian lapang, sistem penguasaan lahan, ukuran luas lahan garapan, keikutsertaan dalam keorganisasian kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan koperasi, aksessibilitas terhadap sumber-sumber kredit, aksessibilitas terhadap pasar input, aksessibilitas terhadap pasar output, pendapatan non usahatani.

2.5. Produksi Garam Rakyat

Garam adalah suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom- atom yang membawa ion positif maupun ion negatif, dengan rumus kimia NaCl; untuk setiap gram garam hampir 40 persen terdiri dari natrium Na dan 60 persen lebih klor Cl. Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang memiliki toksisitas rendah yang tidak dapat terbakar, Garam biasa ditambahkan pada makanan sebagai penguat rasa garam meja. Garam digunakan sebagai bahan baku klor dan soda caustic untuk pembuatan polyvinyl chloride PVC, plastik berbahan baku klor, kertas, di negara beriklim sub tropis, garam juga digunakan untuk menghilangkan lapisan es di jalan USGS, 2007. Usaha industri garam rakyat di Indonesia turun temurun menggunakan teknologi kristalisasi air laut. Pengelolaan garam pada masa kolonial Belanda 1700-1870 disewakan kepada orang Cina oleh raja-raja di Madura. Penduduk di sekitar lahan garam hanya berperan sebagai tenaga kerja rodi Rochwulaningsih, 2012. Nasionalisasi pengelolaan garam dilakukan pada periode kemerdekaan 1945-1961 dengan berubahnya jawatan Regie Tjandu dan garam dari badan usaha milik Pemerintah Belanda menjadi milik negara Republik Indonesia. Menurut Hernanto dan Kwartatmono 2000 faktor produksi yang menentukan dalam produksi garam diantaranya adalah : 1 Air laut, 2 Tanahdaratan, 3 Iklim cuaca, 4 modal , 5 Teknologi dan 6 Tenaga kerja. Sedangkan Wirjodirjo 2003 mengembangkan model produksi garam dengan pendekatan dinamik dimana faktor yang mempengaruhi terhadap usaha garam yaitu : 1 lahan, 2 curah hujan, serta 3 net evaporasi sangat mempengaruhi terhadap produksi. Variable curah hujan yang ada di pesisir Madura sangat mempengaruhi terhadap produktifitas garam. Curah hujan yang berbeda-beda di wilayah pesisir sangat mempengaruhi tingkat produktifitas garam rakyat Purbani, 2000. Sedangkan menurut Rachman 2011 beberapa faktor yang mempengaruhi produksi garam adalah : 1 lahan tambak garam. Lahan tambak merupakan penentu dari pengaruh faktor produksi produk garam rakyat. Secara umum dikatakan,semakin luas lahan yang digarap ditanami, semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. 2 tenaga kerja dalam hal ini petani garam merupakan faktor penting dalam proses produksi garam. 3 modal untuk melakukan produksi terutama untuk persiapan pengelolaan lahan tambak untuk menjadi meja kristal 4 teknologi, dalam meningkatkan mutu garam, meliputi teknologi pengelolaan lahan, teknologi kristalisasi dan peralatan lain seperti kincir dan pompa. Teknologi pasca produksi meliputi teknologi pemurnian yaitu pencucian garam untuk membersihkan kotoran yang terkandung dalam garam berupa pasir dan lumpur serta untuk mengurangi kadar ion – ion seperti Ca, Mg, dan SO4. Serta Ion-ion dan senyawa tak larut lainnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Produksi

Kegiatan produksi dalam kegiatan ekonomi tidak lepas dalam peranan factor-faktor dalam perekonomian dengan factor-faktor produksi.Produksi menerangkan hubungan teknis technical relationship antara sejumlah input yang digunakan dengan output dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi digunakan untuk menentukan output maksimum yang dapat dihasilkan dari penggunaan sejumlah input. Konsep fungsi produksi berguna untuk mengetahui keragaan proses produksi. Fungsi produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan sejumlah bahan mentah yang minimal, tenaga kerja minimal, dan barang-barang lain yang minimal Debertin,1986. Dalam berbgai literatur ekonomi produksi, pendekatan analisis produksi suatu perusahaan pertanian atau usahatani selalu dikategorikan atas beberapa bagian yakni sistem produksi satu output dengan satu input produksi atau dengan multi input, atau multi input dengan multi output. Berbagai sistem anlisis produksi tersebut memakai konsep fungsi produksi yang sama. Konsep fungsi produksi production function sudah banyak dibahas oleh para ahli ekonomi pertanian yang antara lain oleh Doll dan Orazem 1984, Debertin 1986. Dari semua konsep diketahui bahwa fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis technical relationship antara sejumlah input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kualitatif dari berbagai macam kemungkinan- kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam suatu proses produksi terdapat banyak faktor-faktor produksi yang digunakan tetapi tidak semua faktor produksi digunakan dalam analisis fungsi produksi, karena analisis ini hanya merupakan fungsi pendugaan sehingga tergantung dari penting tidaknya pengaruh faktor produksi tersebut terhadap produksi yang dihasilkan. Selanjutnya dalam proses produksi pertanian terdapat variabel peubah tak bebas dependent variable Y yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi atau variabel-variabel bebas independent variable X; atau dalam bentuk umumnya Y = fX. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemampuan petani untuk mengambil keputusan tentang kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang sesuai dengan jumlahnya dalam suatu proses produksi menentukan tingkat performansi produksi suatu usahatani.