Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir

7.3.3. Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir

Kebutuhan informasi penyuluh berdasarkan pendidikan formal terakhir yang diemban oleh penyuluh dikategorikan menjadi tiga yaitu SMUSMK, Diploma D3, dan yang telah menempuh pendidikan sampai Sarjana S1. Tabel 15 memperlihatkan rataaan skor dan peringkat dari masing-masing tiap pendidikan masing-masing penyuluh. Tabel 15. Peringkat dan Rataan Skor Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir, Tahun 2011 No. Bidang Masalah SMUSMK n=7 D3 n=11 S1 n=16 Rataan Skor Pering- kat Rataan Skor Pering- kat Rataan Skor Pering- kat 1 Sub Sistem Penunjang pada Tanaman Pangan 3,26 1 2,85 1 2,93 1 2 Sub Sistem Penunjang pada Perkebunan 3,18 2 2,82 2 2,69 2 3 Sub Sistem Penunjang pada Peternakan 3,02 3 2,63 3 2,67 3 4 Sub Sistem Penunjang pada Hortikultura 2,96 4 2,56 4 2,59 4 5 Sub Sistem Usaha Tani pada Tanaman Pangan 2,39 5 1,95 5 2,28 5 6 Sub Sistem Usaha Tani pada Perkebunan 2,31 6 1,92 6 2,05 6 7 Sub Sistem Usaha Tani pada Peternakan 2,16 7 1,74 9 2,02 7 8 Sub Sistem Usaha Tani pada Hortikultura 2,1 8 1,66 12 1,94 8 9 Sub Sistem Agribisnis Hulu Tanaman Pangan 1,79 9 1,75 8 1,82 9 10 Sub Sistem Agribisnis Hulu pada Perkebunan 1,71 10 1,72 10 1,59 11 11 Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Tanaman Pangan 1,55 11 1,54 13 1,57 12 12 Sub Sistem Agribisnis Hulu pada Peternakan 1,51 12 1,71 11 1,44 14 13 Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Perkebunan 1,59 13 1,75 9 1,67 10 14 Sub Sistem Agribisnis Hulu pada Hortikultura 1,49 14 1,46 15 1,49 13 15 Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Peternakan 1,35 15 1,53 14 1,42 15 16 Sub Sstem Agribisnis Hilir pada Hortikultura 1,29 16 1,46 16 1,34 16 Ket: Koefisien Korelasi Kendall’s : 0,110 pada p 0,01 Tabel 15 menunjukkan penyuluh yang berpendidikan terakhir SMUSMK sebanyak 7 orang 20,59, D3 sebanyak 11 orang 32,35, dan Sarjana S1 sebanyak 16 orang 47,06. Terdapat kesamaan bidang masalah yang dianggap paling penting pada 6 peringkat teratas baik oleh penyuluh yang berpendidikan SMU, D3, maupun Sarjana S1. Dari Tabel 15 dapat dijelaskan bahwa penyuluh yang berpendidikan SMUSMK menganggap bidang masalah sub sistem penunjang pada tanaman pangan sebagai bidang masalah yang paling penting dan paling diprioritaskan sebagai kebutuhan mereka dengan rataan skor sebesar 3,26. Dan bidang masalah sub sistem agribisnis hilir pada hortikultura sebagai bidang masalah yang kurang penting dengan rataan skor sebesar 1,29. Penyuluh yang berpendidikan D3 juga memprioritaskan sub sistem penunjang pada tanaman pangan sebagai peringkat pertama dengan rataan skor sebesar 2,85 dan menganggap bidang masalah sub sistem agribisnis hilir pada hortikultura sebagai bidang masalah yang kurang penting bagi mereka dan berada pada peringkat 16 dengan rataan skor sebesar 1,46. Sama halnya pada penyuluh yang berpendidikan SMU maupun D3, pada penyuluh yang berpendidikan sarjana S1, mereka menganggap bidang masalah sub sistem penunjang pada tanaman pangan mendapat perhatian yang dianggap paling penting dengan rataan skor sebesar 2,93. Dan bidang masalah yang dianggap kurang penting bagi penyuluh yang berpendidikan sarjana S1 adalah bidang masalah sub sistem agribisnis hilir pada hortikultura dengan rataan skor sebesar 1,34. Hasil uji korelasi yang dilihat dari keseluruhan pemeringkatan yang ditampilkan pada Tabel 15 menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan dengan koefisien korelasi τ=0,110 pada taraf 0,01 Lampiran 22. Artinya, tidak terdapat hubungan derajat kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan jenis pendidikan formal penyuluh.

7.3.4. Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Pengalaman Mengikuti Pelatihan