tersebut menunjukkan bahwa kecilnya penyuluh untuk dapat meluangkan waktu mereka untuk membaca majalah, brosur, maupun buletin diduga karena
rendahnya minat dan perhatian mereka untuk membaca. Hal ini dikarenakan juga penyuluh adalah petugas lapang yang selalu bekerja di luar kantor sehingga
membuat mereka menjadi tidak sempat meluangkan waktunya.
7.3. Hubungan Karakteristik Penyuluh dengan Kebutuhan Informasi
Penyuluh Kabupaten Bogor
Masing-masing karakteristik yang melekat pada masing-masing penyuluh saling berkaitan dalam membentuk kebutuhan informasi penyuluh pada tingkat
intrapersonal. Karakteristik tersebut meliputi jenis kelamin, pendidikan formal terakhir penyuluh, pengalaman dalam mengikuti pelatihan-pelatihan, masa tugas,
bidang penugasan penyuluh dan intensitas keterdedahan media cetak selain Tabloid Sinar Tani, seperti majalah, brosur, dan buletin. Berikut masing-masing
karakteristik yang dijabarkan satu per satu yang berhubungan dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor.
7.3.1. Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Jenis Kelamin
Dilihat dari 34 responden, terdapat 28 orang 82,35 penyuluh yang berjenis kelamin pria dan sisanya adalah 6 orang 17,65 adalah penyuluh
wanita. Untuk melihat hubungan kebutuhan informasi penyuluh pada tingkat intrapersonal berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 menunjukkan hubungan kebutuhan informasi penyuluh pria dan wanita yang dihitung menggunakan rataan skornya dan melihat peringkat dari
masing-masing penyuluh pria dan penyuluh wanita. Berdasarkan data yang didapatkan, sebagian besar penyuluh Kabupaten Bogor berjenis kelamin pria
memprioritaskan sub sistem penunjang pada tanaman pangan sebagai bidang masalah yang paling penting. Begitupun dengan penyuluh wanita yang
memprioritaskan bidang masalah yang sama.
Tabel 13. Peringkat dan Rataan Skor Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2011
No. Bidang Masalah
Penyuluh Pria n=28
Penyuluh Wanita n=6
Rataan Skor
Peringkat Rataan
Skor Peringkat
1 Sub Sistem Penunjang
pada Tanaman Pangan 3,00
1 2,8
1 2
Sub Sistem Penunjang pada Perkebunan
2,88 2
2,63 2
3 Sub Sistem Penunjang
pada Peternakan 2,78
3 2,48
3 4
Sub Sistem Penunjang pada Hortikultura
2,45 4
2,28 4
5 Sub Sistem Usaha Tani
Tanaman Pangan 2,25
5 1,78
6 6
Sub Sistem Usaha Tani Perkebunan
2,12 6
1,6 9
7 Sub Sistem Usaha Tani
Peternakan 2,03
7 1,46
12 8
Sub Sistem Agribisnis Hulu pada Tanaman
Pangan 1,79
8 1,76
7 9
Sub Sistem Usaha Tani pada Hortikultura
1,74 9
1,25 15
10 Sub Sistem Agribisnis
Hulu pada Perkebunan 1,68
10 1,58
10 11
Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Tanaman
Pangan 1,66
11 1,78
5 12
Sub Sistem Agribisnis Hulu pada Peternakan
1,58 12
1,44 13
13 Sub Sistem Agribisnis
Hilir pada Perkebunan 1,53
13 1,61
8 14
Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Peternakan
1,44 14
1,47 11
15 Sub Sistem Agribisnis
Hulu pada Hortikultura 1,31
15 1,23
16 16
Sub Sistem Agribisnis Hilir pada Hortikultura
1,11 16
1,26 14
Ket: Koefisien Korelasi Rank Spearman : 0,728 pada p 0,01
Terdapat empat bidang masalah yang mempunyai peringkat sama baik antara penyuluh pria maupun pada penyuluh wanita yaitu, peringkat pertama
bidang masalah sub sistem penunjang pada tanaman pangan oleh penyuluh pria dengan rataan skor sebesar 3,00 dan pada rataan skor penyuluh wanita sebesar
2,8. Peringkat kedua bidang masalah sub sistem penunjang pada perkebunan oleh penyuluh pria dengan rataan skor 2,88 dan rataan skor penyuluh wanita sebesar
2,63. Peringkat ketiga bidang masalah sub sistem penunjang pada peternakan oleh penyuluh pria dengan rataan skor 2,78 dan rataan skor wanita 2,48. Peringkat
keempat bidang masalah subsistem penunjang pada hortikultura oleh penyuluh pria dengan rataan skor sebesar 2,45 dan rataan skor penyuluh wanita sebesar
2,28. Mulai terjadi perbedaan peringkat antara penyuluh pria dan penyuluh
wanita yaitu pada peringkat kelima sampai peringkat ke enam belas kecuali pada peringkat sepuluh yaitu bidang masalah subsistem agribisnis hulu pada
perkebunan oleh penyuluh pria dengan rataan skor sebesar 1,68 dan rataan skor penyuluh wanita sebesar 1,58.
Tabel 13 menunjukkan bidang masalah yang dianggap kurang penting oleh penyuluh pria dan berada pada peringkat 16 yaitu pada sub sistem agribisnis
hilir pada hortikultura dengan rataan skor 1,11. Sedangkan penyuuh wanita menganggap bidang masalah subsistem agribisnis hulu pada hortikultura sebagai
bidang masalah yang kurang penting bagi mereka dengan rataan skor 1,26. Kurang pentingnya sub sistem agribisnis hulu dan agribisnis hilir pada
horitikultura baik bagi penyuluh pria maupun wanita karena bidang masalah tersebut masih belum banyak dikembangkan di Kabupaten Bogor karena sebagian
besar bidang usaha wilayah Kabupaten Bogor adalah mencakup sub sektor tanaman pangan. Dari beberapa pendapat penyuluh, pada umumnya mereka belum
terlalu tertarik membaca berita atau artikel yang ada hubungannya dengan bidang masalah hortikultura.
Hasil uji korelasi kedua agenda baik penyuluh pria maupun penyuluh wanita yang ditampilkan pada Tabel 13 menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan dengan koefisien korelasi ρ = 0,728 pada taraf 0,01 Lampiran 22.
Derajat kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor tidak berdasarkan jenis kelamin karena dilihat dari pemeringkatan baik antara penyuluh pria maupun
penyuluh wanita terdapat kesamaan dan menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam meranking kategori bidang masalah yang merupakan kebutuhan mereka.
7.3.2. Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor berdasarkan Umur