Hubungan Agenda Sinar Tani dengan Kebutuhan Informasi Penyuluh pada Tingkat Intrapersonal

BAB VII HUBUNGAN AGENDA SINAR TANI DAN KARAKTERISTIK

PENYULUH DENGAN KEBUTUHAN INFORMASI PENYULUH KABUPATEN BOGOR

7.1. Hubungan Agenda Sinar Tani dengan Kebutuhan Informasi Penyuluh pada Tingkat Intrapersonal

Hubungan agenda Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor yang dilakukan adalah melihat frekuensi kekerapan pemunculan beritaartikel pada Sinar Tani dengan pola kebutuhan informasi penyuluh pada tingkat intrapersonal yang dilihat melalui skor rata-rata. Tabel 11 menyajikan data hubungan agenda Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penyusunan peringkat yang terdapat pada Tabel 11, terdapat satu peringkat yang sesuai dan dianggap paling penting baik oleh Sinar Tani maupun oleh penyuluh pada tingkat intrapersonal. Kedua bidang masalah tersebut adalah bidang masalah sub sistem penunjang pada tanaman pangan. Perbedaan mulai terlihat pada peringkat ketiga dan selanjutnya kecuali pda peringkat delapan. Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa terdapat bidang masalah dimana menurut Sinar Tani kurang penting dan berada pada peringkat 12 yaitu sub sistem penunjang pada perkebunan sedangkan menurut penyuluh bidang masalah tersebut merupakan bidang masalah yang dianggap paling penting karena berada pada peringkat kedua. Bidang masalah yang paling tidak penting menurut Sinar Tani dengan frekuensi terkecil adalah bidang masalah sub sistem agribisnis hilir pada perkebunan dan yang dianggap tidak penting menurut penyuluh adalah bidang masalah sub sistem agribisnis hulu pada perkebunan. Tabel 11. Hubungan Agenda Sinar Tani dengan Kebutuhan Informasi Penyuluh Kabupaten Bogor pada Tingkat Intrapersonal Tahun 2011 No. Bidang Masalah Agenda Sinar Tani Kebutuhan Informasi Penyuluh pada Tingkat Intrapersonal Frekuensi Peringkat Rataan Skor Peringkat 1 Sub Sistem Penunjang pada Tanaman Pangan 111 1 1,22 1 2 Sub Sistem Usaha Tani pada Tanaman Pangan 43 2 0,6 6 3 Sub sistem Agribisnis Hilir pada Tanaman Pangan 30 3 0,3 15 4 Sub sistem Agribisnis Hulu pada Tanaman Pangan 28 4 0,54 7 5 Sub sistem Usaha Tani pada Peternakan 27 5 0,82 4 6 Sub sistem Agribisnis Hulu pada Peternakan 22 6 0,43 10 7 Sub sistem Penunjang pada Peternakan 18 7 1,02 3 8 Sub sistem Usaha Tani pada Hortikultura 17 8 0,5 8 9 Sub sistem Agribisnis Hilir pada Hortikultura 16 9 0,34 14 10 Sub sistem Penunjang pada Hortikultura 12 10 0,48 9 11 Sub sistem Agribisnis Hilir pada Peternakan 11 11 0,38 13 12 Sub sistem Penunjang pada Perkebunan 10 12 1,05 2 13 Sub sistem Agribisnis Hulu pada Hortikultura 9 13 0,39 12 14 Sub sistem Usaha Tani pada Perkebunan 8 14 0,81 5 15 Sub sistem Agribisnis Hulu pada Perkebunan 7 15 0,26 16 16 Sub sistem Agribisnis Hilir pada Perkebunan 6 16 0,41 11 Ket: Koefisien Korelasi Rank Spearman : 0,353 pada p 0,05 Secara keseluruhan dilihat berdasarkan frekuensi dan skor rataan bidang masalah sub sistem agribisnisnya, baik pada Sinar Tani maupun penyuluh Kabupaten Bogor menempatkan sub sistem agribisnis hulu dan sub sistem agribisnis hilir sebagai bidang masalah yang kurang penting. Sedangkan untuk komoditi pertanian, perkebunan dianggap kurang penting oleh Sinar Tani. Namun, untuk penyuluh Kabupaten Bogor, walaupun terdapat bidang masalah yang menempatkan sub sistem agribisnis hulu pada perkebunan sebagai kebutuhan yang kurang penting karena berada pada peringkat 16, komoditi perkebunan masih menjadi suatu kebutuhan yang paling penting hanya pada sub sistem penunjangnya saja. Hasil uji korelasi kedua agenda pada Tabel 11 menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara agenda Sinar Tani dengan kebutuhan informasi penyuluh dengan koefisien korelasi ρ = 0,353 pada taraf 0,05 Lampiran 22, maka hal ini membuktikan bahwa semua beritaartikel yang dimuat oleh Sinar Tani dalam tiga bulan penerbitannya memiliki hubungan yang rendah dengan kebutuhan informasi penyuluh Kabupaten Bogor. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jarak Tabloid Sinar Tani yang cakupannya Nasional sedangkan penyuluh berada di wilayah Kabupaten Bogor.

7.2. Karakteristik Penyuluh Kabupaten Bogor