Sistem Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal

memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons. Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang berlangsung dua arah timbal balik dalam bentuk percakapan antara dua atau tiga orang, baik secara tatap muka maupun melalui media. Komunikasi interpersonal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikan kepada komunikan, dan komunikan mengawas sandi pesan tersebut. Sampai di situ komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi decoder. Akan tetapi, karena komunikasi interpersonal itu bersifat dialogis, maka ketika komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menjadi decoder Effendy, 2003. Komunikasi interpersonal terjadi bila seseorang melakukan komunikasi secara langsung dengan orang lain di suatu tempat atau dalam suatu kelompok kecil. Pada proses komunikasi, hal semacam ini selalu terjadi. Komunikasi interpersonal sering didefinisikan sebagai terjadinya interaksi diantara para partisipan yang saling berhubungan. Situasi semacam ini biasanya melibatkan dua orang atau bahkan lebih. Akan tetapi jumlah partisipan yang terlibat bukanlah merupakan faktor utama, yang menentukan adalah terjadinya “interaksi secara langsung” direct interaction diantara para partisipan yang terlibat Taylor dkk, 1977 dalam Mulyadi, 2001. Dalam sistem komunikasi interpersonal terdapat bahasan mengenai persepsi interpersonal. Pada persepsi interpersonal, stimuli sampai kepada komunikan melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan oleh pihak ketiga. Selanjutnya pada persepsi interpersonal, komunikan mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera komunikan. Komunikan tidak hanya melihat tindakan, tetapi juga motif tindakan tersebut. Secara umum terdapat faktor-faktor personal yang mempengaruhi kecermatan persepsi yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi yaitu diantaranya adalah pengalaman, motivasi, dan kepribadian Rakhmat, 2007.

2.1.11. Kategori Bidang Masalah

Bidang Masalah adalah pokok-pokok perihal atau materi yang dikandung dalam suatu tulisan dan atau gambar yang dimuat oleh suatu media termasuk surat kabar. Upaya untuk menarik perhatian, isi sebuah surat kabar harus sesuai dengan kebutuhan pembacanya. Prinsip ini akan terwujud manakala pemuatan bidang masalah didasarkan atas pengetahuan yang tepat dari redaksi media tersebut tentang khalayaknya Mulyadi, 2001. Demikian juga dengan Sinar Tani yang ditujukkan kepada masyarakat pertanian sebaiknya memuat informasi yang cocok dengan segmen pembacanya yaitu bidang pertanian. Salah satu target pembaca Sinar Tani adalah penyuluh yang menjadi seorang pendidik dan pembimbing masyarakat tani yaitu petani. Dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh seharusnya mempunyai bekal informasi yang cukup untuk disampaikan kepada petani dan informasi mengenai pertanian tersebut bisa didapatkan dari mana saja dan salah satunya adalah informasi yang dimuat oleh Sinar Tani. Maunder 1978 dalam Syamsurizal 1992 mengemukakan bahwa lingkup komunikasi pertanian, secara umum menyangkut sembilan aspek, meliputi: 1 produksi pertanian, 2 pemasaran, 3 konservasi, 4 manajemen usaha tani dan rumah tangga, 5 kehidupan keluarga, 6 pengembangan pemuda, 7 pengembangan kepemimpinan, 8 pembangunan masyarakat, dan 9 masalah-masalah umum. Rakhman 1993 dalam Mulyadi 2001, mengkategorikan masalah pertanian secara umum yaitu: pertanian dan kehutanan mencakup persoalan pertanian dalam arti luas tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan kehutanan mencakup pengolahan lahan, pembibitan dan pengembangbiakan, pemberantasan hama, panen serta prestasi petani. Termasuk pula peraturan dan kebijakan pemerintah, pendidikan, penyuluhan, pelatihan, seminar, diskusi, lokakarya, penelitian bidang pertanian. Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah termasuk plasma nuftah. Aneka ragam dan besarnya jumlah plasma nuftah tanaman dan hewan yang sudah beradaptasi dengan iklim tropis merupakan sumber materi genetik yang dapat direkayasa untuk menghasilkan varietas dan klone tanaman unggul serta bangsa ternak. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian, Kementrian Pertanian berfokus pada empat komoditi unggulan pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat 5 1. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Tanaman Pangan . Kategori bidang masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan antara informasi-informasi pertanian yang tercakup dalam sub sistem agribisnis dengan komoditi pertanian yang ada pada Rencana Strategis Renstra Pertanian yang diterbitkan oleh Kementrian Pertanian Tahun 2009. Kategori sub sistem agribisnis untuk informasi pertanian meliputi: 1 sub sistem agribisnis hulu, 2 sub sistem usaha tani on-farm, 3 sub sistem agribisnis hilir, 4 sub sistem penunjang. Selanjutnya, komoditi pertanian meliputi: 1 tanaman pangan, 2 hortikultura, 3 perkebunan, dan 4 peternakan. Terdapat 16 kategori dari hasil penggabungan sub sistem agribisnis dengan komoditi pertanian adalah sebagai berikut: 2. Sub sistem Usaha Tani On-Farm pada Tanaman Pangan 3. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Tanaman Pangan 4. Sub sistem Penunjang pada Tanaman Pangan 5. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Hortikultura 6. Sub sistem Usaha Tani On-Farm pada Hortikultura 7. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Hortikultura 8. Sub sistem Penunjang pada Hortikultura 9. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Perkebunan 10. Sub sistem Usaha Tani On-Farm pada Perkebunan 11. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Perkebunan 12. Sub sistem Penunjang pada Perkebunan 13. Sub sistem Agribisnis Hulu pada Peternakan 14. Sub sistem Usaha Tani On-Farm pada Peternakan 15. Sub sistem Agribisnis Hilir pada Peternakan 16. Sub sistem Penunjang pada Peternakan 5 Renstra Pertanian Tahun 2010-2014, Kementrian Pertanian 2009.