grosir, sehingga rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran ini tidak dapat dibandingkan dengan pola saluran lainnya. Sedangkan saluran IV, V, dan VI
memiliki lembaga tataniaga akhir yang sama yaitu pedagang pengumpul, sehingga ketiga lembaga ini dapat dibandingkan nilai rasio keuntungan terhadap biaya
pemasarannya. Pada saluran I, II, dan IIIa nilai total rasio keuntungan terhadap biaya
pemasaran kentang terbesar terdapat pada saluran I yaitu sebesar 2,7. Maka untuk setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan
menghasilkan keuntungan sebesar 2,7 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang
pengumpul pada saluran IIIa sebesar 5,7 dan rasio terkecil terdapat pada pedagang grosir pada saluran IIIa sebesar 0,6. Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa saluran pemasaran yang memiliki rasio πiCi adalah saluran I
sebesar 2,7, hal ini dikarenakan rantai pemasaran pada saluran ini lebih pendek, dan biaya pemasaran yang dikeluarkan juga lebih kecil.
Nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pada saluran IIIb adalah 2,1. Maka untuk setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,1 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada
tingkat pedagang pengumpul pada saluran IIIb sebesar 5,7 dan rasio terkecil terdapat pada pedagang grosir pada saluran IIIb sebesar 0,4.
Pada saluran IV, V dan VI nilai total rasio keuntungan terhadap biaya terbesar terdapat pada saluran VI yaitu sebesar 9,7 yang berarti setiap 1 satuan
rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan keuntungan sebesar 9,7 rupiah. Hal ini dikarenakan harga jual kentang pada
saluran VI lebih tinggi dari dua saluran lainnya, sehingga keuntungan pemasaran yang didapat juga lebih tinggi.
6.5.4 Efisiensi Tataniaga
Efisiensi tataniaga merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu tataniaga. Efisiensi tataniaga dapat tercapai apabila sistem tataniaga yang ada
telah memberikan kepuasan terhadap pelaku-pelaku tataniaga seperti petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir, pedagang pengecer dan konsumen akhir.
Selain itu salah satu indikator atau alat analisis yang dapat digunakan untuk mengukur efisiensi diantaranya adalah dapat dilihat dari pola saluran tataniaga
yang terbentuk, berjalannya fungsi- fungsi tataniaga, struktur pasar, dan keragaan pasar. Efisiensi tataniaga kentang dapat dilihat dengan membandingkan total
biaya yang dikeluarkan, penerimaan petani berdasarkan harga yang dijual di lembaga terakhir, dan margin. Di bawah ini adalah Tabel 16. Nilai Efisiensi
Tataniaga pada Masing-masing Pola Saluran Tataniaga Kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci per kilogram.
Berdasarkan Tabel 15 untuk mengetahui saluran pemasaran kentang di Kecamatan Kayu Aro yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa poin
analisis terhadap pola pemasaran kentang yang terjadi di wilayah Kayu Aro diantaranya margin tataniaga,
farmer’s share, dan rasio π
i
Ci. Pada saluran I, II dan IIIa yang memiliki lembaga tataniaga akhir yang sama yaitu pedagang
pengecer, maka saluran yang paling efisien adalah saluran II, hal ini dikarenakan terdapat tiga indikator yang memenuhi kriteria efisiensi tataniaga, yaitu nilai
farmer’s share, rasio π
i
C
i
, serta jumlah volume kentang yang dipasarkan pada saluran II memiliki nilai terbesar dari dua saluran lainnya.
Farmer’s share pada saluran II merupakan persentase kedua terbesar dari pada saluran I dan IIIa, yaitu sebesar 58 persen. Tingginya persentase
farmer’s share dipengaruhi oleh pendeknya rantai tataniaga pada saluran ini. Begitu juga
dilihat dari nilai rasio π
i
Ci saluran II memiliki nilai rasio lebih besar dari 1 yaitu 2,5. Hal ini berarti setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga
tataniaga pada saluran ini akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,5 rupiah. Oleh karena itu, secara operasional dari tiga pola saluran yaitu saluran I, II, dan IIIa,
maka saluran tataniaga II relatif lebih efisien jika ditinjau dari penyebaran margin yang merata di setiap lembaga pemasaran yang terlibat dan dari penyebaran rasio
keuntungan terhadap biaya π
i
C
i
ratio pada masing-masing lembaga pemasaran yang juga tersebar merata.
Saluran IIIb merupakan saluran yang terdiri dari petani, pedagang pengumpul, dan pedagang grosir. Nilai margin tataniaga pada saluran ini adalah
23 persen, dan farmer’s share sebesar 77 persen. Tingginya persentase farmer’s
share pada saluran ini, merupakan nilai persentase perbandingan antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang grosir.
Tabel 15. Nilai Efisiensi Tataniaga pada Masing
– masing Pola Saluran Tataniaga Kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci
Saluran Tataniaga
Total Harga
RpKg Total
Biaya RpKg
Margin Farmer’s
Share Rasio
π
i
C
i
Volume kg
I 4.250
547,8 32
68 2,7
15.195
II 5.000
824,1 42
58 2,5
61.500
IIIa
5.500 1.080,2
47 53
2,2 245
IIIb
3.800 543,6
23 77
2,1 90.355
IV 3.600
299,3 18
82 6,0
78.000
V 3.720
298,3 21
79 7,4
197.000
VI 4.000
305 26
74 9,7
63.000 Nilai rasio keuntungan terhadap biaya adalah sebesar 2,1 yang berarti
setiap 1 satuan rupiah biaya yang dikeluarkan lembaga tataniaga pada saluran ini, akan menghasilkan keuntungan sebesar 2,1 rupiah. Secara operasional pola
saluran IIIb relatif belum efisien jika ditinjau dari penyebaran margin yang belum merata pada lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat, dimana margin pada
pedagang pengumpul lebih besar dari margin pada pedagang grosir. Begitu juga dari penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya juga belum tersebar merata
karena nilai rasio keuntungan terhadap biaya tertinggi terdapat pada pedagang pengumpul.
Saluran IV, V, dan VI merupakan saluran yang terdiri dari lembaga tataniaga yang sama yaitu petani dan pedagang pengumpul, namun tujuan
pemasaran kentang dari ketiga saluran ini berbeda-beda. Dari Tabel 16, saluran V relatif lebih efisien jika ditinjau dari
farmer’s share, penyebaran rasio keuntungan terhadap biaya
π
i
C
i
ratio, dan jumlah volume kentang yang dipasarkan. Persentase
farmer’s share pada saluran V adalah 79 persen, dengan nilai rasio keuntungan terhadap biaya adalah 7,4. Hal ini menunjukkan bahwa dua indikator
ini telah memenuhi kriteria efisiensi tataniaga, sedangkan jumlah volume kentang
yang dipasarkan adalah sebanyak 197 kilogram menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran V ini.
6.5.5 Analisis Keterpaduan Pasar