Saluran Tataniaga I Sistem dan Pola Saluran Tataniaga Kentang

128.000 kilogram. Tujuan pemasaran kentang pada saluran III adalah Pasar Padang Luar Bukittinggi dan Provinsi Riau. Pada saluran IV, V, dan VI, terdapat 16 orang petani yang menjual hasil panennya sebanyak 60,2 persen atau sebanyak 310.350 kilogram kepada 3 orang pedagang pengumpul yang menjual kentang ke pedagang grosir di wilayah Riau, Palembang, dan Lampung. Saluran III, IV, V, dan VI merupakan jalur pemasaran luar daerah. Terbatasnya lembaga tataniaga yang terlibat dalam saluran III, IV, V, dan VI disebabkan oleh keterbatasan sumberdaya peneliti dalam pengambilan data responden yang berada di luar daerah Jambi.

6.1.1 Saluran Tataniaga I

Pola saluran pemasaran I merupakan saluran terpendek dalam rantai tataniaga kentang yang terdapat di Kecamatan Kayu Aro, yang terdiri dari petani pedagang grosir  pedagang pengecer. Dari 20 petani responden dalam sampel yang diambil terdapat 2 petani responden yang menjual kentang melalui pedagang grosir. Pedagang grosir biasanya mensortir kembali kentang yang telah mereka beli dari petani, jika terdapat kentang yang tidak seragam ukurannya atau kentang afkir, maka pedagang akan mengurangkan jumlah uang yang dibayarkan kepada petani, sesuai dengan jumlah kentang yang layak jual. Petani yang menjual kentang ke pedagang grosir mempertimbangkan faktor harga dan keefisienan pengiriman, petani yang melakukan penjualan melalui pedagang grosir mengkombinasikan dengan komoditi lain seperti kol, kubis, cabe, atau tomat. Total penjualan kentang dari petani responden ke pedagang grosir adalah 15,195 Ton per minggu. Harga rata-rata yang terjadi di petani untuk komoditi kentang adalah Rp.2.800-Rp. 3.000 per kilogram. Tujuan pemasaran kentang pada saluran I ini adalah Pasar Induk Tanjung Bajurai, Sungai Penuh, yang mana merupakan pasar induk lokal di Kabupaten Kerinci. Pada saluran I, petani tidak perlu memasarkan hasil panennya dan dapat menghemat biaya pengangkutan. Kentang yang dijual petani ke pedagang grosir, kemudian diangkut oleh pedagang grosir ke Pasar Induk Tanjung Bajurai dan siap dijual ke pedagang pengecer di sana. Kentang yang dipasarkan di Pasar Induk Tanjung Bajurai dapat mencapai rata –rata 5 Ton per minggu. Berdasarkan pengambilan sampel responden terdapat tiga pedagang grosir yang menjual kentang ke pedagang pengecer, dimana satu orang pedagang grosir merupakan pemimpin pasar bagi dua orang pedagang grosir lainnya. Hal ini dikarenakan pedagang grosir ini melakukan pembelian dan penjualan kentang dan komoditas sayuran lainnya dalam jumlah yang besar,dan memiliki jumlah langganan pedagang pengecer yang lebih banyak dari pedagang grosir lainnya. Pedagang grosir pada saluran I, umumnya melakukan aktivitas pemasaran kentang tiga kali seminggu. Pembelian kentang pada petani dilakukan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat, sedangkan penjualan kentang kepada pedagang pengecer dilakukan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Harga yang terjadi antara pedagang grosir dengan pedagang pengecer di Pasar Induk Tanjung Bajurai adalah Rp 3.300,- per kilogram. Harga yang diterima pedagang pengecer, umumnya tidak berbeda jauh dari pedagang-pedagang grosir, yang membedakan harga adalah kualitas kentang yang dijual. Sedangkan harga kentang yang dijual pedagang pengecer ke konsumen di Pasar Induk Tanjung Bajurai berkisar antara Rp 3.750-Rp 4.750 per kilogram. Volume rata –rata kentang yang dijual ditingkat pengecer berkisar antara 135-540 kilogram per minggu.

6.1.2 Saluran Tataniaga II