Farmer’s Share Analisis Efisiensi Tataniaga

disebabkan tujuan akhir pemasaran saluran ini adalah ke Pasar Metro Lampung, yang mana membutuhkan biaya transportasi yang lebih tinggi daripada daerah lainnya. Saluran IV memiliki margin tataniaga yang paling kecil yaitu 18 persen dengan tujuan akhir pemasaran daerah Riau, dan saluran V memiliki margin tataniaga sebesar 20,8 persen. Pada pola saluran IV, V, dan VI, besarnya biaya pemasaran tidak terlalu berbeda antar pola saluran, dimana saluran IV memiliki biaya pemasaran Rp 299,3 per kilogram, saluran V Rp 298,3 per kilogram, dan biaya pemasaran saluran VI adalah Rp 305 per kilogram. Perbedaan biaya pemasaran pada ketiga saluran ini adalah besarnya biaya pemasaran yang mereka keluarkan diakibatkan oleh volume kentang yang mereka jual juga tinggi. Keuntungan pemasaran pada saluran VI merupakan keuntungan pemasaran terbesar dari dua saluran lain yang memiliki lembaga tataniaga adalah Rp 958 per kilogram, sedangkan saluran V dan saluran VI memiliki keuntungan pemasaran masing-masing sebesar Rp 563,3 dan Rp 684 per kilogram. Perbedaan keuntungan pemasaran ini dipengaruhi oleh besarnya volume dan harga jual kentang yang dipasarkan oleh pedagang pengumpul ke masing-masing daerah tujuan pemasaran. Terbatasnya analisis tataniaga kentang pada pedagang grosir dan pedagang pengumpul pada saluran IIIb, IV, V, dan VI dikarenakan keterbatasan waktu dan sumberdaya peneliti untuk pengambilan data responden yang umumnya berada di luar Provinsi Jambi.

6.5.2 Farmer’s Share

Bagian yang diterima petani farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani kentang di Kecamatan Kayu Aro dengan harga yang dibayar konsumen. Bagian yang diterima petani dinyatakan dalam persentase. Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem tataniaga, tetapi farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk added value yang dilakukan lembaga perantara untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Farmer’s share yang diterima petani pada saluran tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Farmer ‘s share pada saluran tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro Saluran Tataniaga Harga di Tingkat Produsen RpKg Harga di Tingkat Konsumen RpKg Farmer’s Share I 2.900 4.250 68 II 2.883 5.000 58 IIIa 2.910 5.500 53 IIIb 2.910 3.800 77 IV 2.944 3.600 82 V 2.944 3.720 79 VI 2.944 4.000 74 Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin tataniaga artinya semakin tinggi margin tataniaga maka bagian yang akan diterima petani semakin rendah. Pada Tabel 13, tidak semua pola saluran tataniaga dapat dilihat perbandingan farmer’s sharenya. Hal ini disebabkan, beberapa pola saluran tidak terdiri dari lembaga tataniaga akhir yang sama. Seperti pada saluran I, II, dan IIIa, pola saluran berakhir pada pedagang pengecer, yang berarti harga di tingkat konsumen yang tertulis pada Tabel 13 adalah harga beli untuk konsumen akhir yaitu konsumen yang tidak menjual kembali kentang tersebut. Sehingga ketiga saluran ini dapat dibandingkan farmer ’s sharenya karena memiliki lembaga tataniaga akhir yang sama. Sedangkan pada pola saluran IIIb, berakhir pada pedagang grosir, yang berarti harga di tingkat konsumen yang tertulis pada Tabel 13 adalah harga beli untuk pedagang grosir luar kota. Saluran IV, V dan VI juga memiliki lembaga tataniaga akhir yang sama yaitu pedagang pengumpul, sehingga farmer’s share dari ketiga saluran ini dapat dibandingkan. Harga di tingkat konsumen yang tertulis pada Tabel 13 untuk saluran IV, V dan VI berarti harga beli untuk pedagang grosir luar kota. Pada Tabel 13 dari pola saluran I, II, dan IIIa, pola saluran yang memiliki persentase farmer’s share terbesar adalah pola saluran I yaitu 68 persen. Besarnya proporsi farmer’s share pada saluran ini dikarenakan, saluran tataniaga yang dilalui relatif lebih pendek dari pada pola saluran II, dan IIIa, dimana petani langsung menjual hasil panennya ke pedagang grosir. Sedangkan persentase farmer’s share pada pola saluran II dan IIIa, masing-masing adalah 58 persen dan 53 persen. Pada pola saluran IIIb, persentase farmer’s share saluran ini adalah 77 persen. Besarnya proporsi farmer’s share ini dikarenakan harga jual petani yang cukup tinggi yaitu Rp 2.910 per kilogram dan rendahnya margin pemasaran yang diambil oleh pedagang grosir pada saluran ini yaitu sebesar Rp 275 per kilogram. Margin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang pengumpul yaitu Rp 523 per kilogram. Diantara saluran IV, V, dan VI, pola saluran yang memiliki persentase farmer’s share terbesar adalah saluran IV yaitu sebesar 82 persen. Hal ini disebabkan harga jual akhir pada pola saluran ini lebih rendah dari pola saluran V dan VI yaitu Rp 3.600 per kilogram. Sedangkan besarnya farmer’s share pada saluran V dan VI masing-masing adalah 79 persen dan 74 persen. Harga jual akhir pada kedua saluran ini relatif lebih tinggi yaitu Rp 3.720 per kilogram dan Rp 4000 per kilogram karena tujuan pemasaran dari kedua saluran ini adalah daerah Palembang dan Lampung sehingga membutuhkan biaya pemasaran yang lebih tinggi.

6.5.3 Rasio Keuntungan dan Biaya