Harga kentang di tingkat konsumen di Kabupaten Kerinci pada periode Januari 2009- Januari 2012 juga berfluktuasi setiap bulannya. Pada tahun 2009
dan 2010 rata-rata harga kentang di tingkat konsumen sama yaitu Rp 5.125 per kilogram. Harga kentang rata
– rata di tingkat konsumen mengalami penurunan sebesar 5 persen pada tahun 2011, yaitu menjadi Rp 4.875 per kilogram, dan pada
awal tahun 2012, harga kentang rata-rata di tingkat konsumen turun sebesar 0,8 persen yaitu menjadi Rp 4.833,3 per kilogram. Fluktuasi harga kentang di tingkat
konsumen di Kabupaten Kerinci dipengaruhi oleh harga kentang eceran di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Perkembangan harga kentang di tingkat petani dan
harga kentang di tingkat konsumen di Kabupaten Kerinci selama periode Januari 2009 - Januari 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Harga Kentang Rata-rata di Tingkat Petani dan di
Tingkat Konsumen di Kabupaten Kerinci periode Januari 2009 –
Januari 2012 Tahun
Harga Rata - rata di Tingkat
Petani RpKg Harga Rata
– rata di Tingkat
Konsumen RpKg
Margin 2009
3.291,7 5.125,0
35,8 2010
3.183,3 5.125,0
37,9 2011
4.241,6 4.875,0
12,9 Januari 2012
2.900,0 4.833,3
39,9
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci, 2012
Pada Tabel 5 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang cukup besar antara harga di tingkat petani dengan harga yang dibayarkan konsumen. Hal tersebut
dapat terjadi akibat tidak efisiennya saluran tataniaga yang dilalui oleh produk, panjangnya saluran tataniaga, banyaknya fungsi yang dilakukan oleh pedagang
perantara, tingginya biaya yang dikeluarkan dan tingginya keuntungan yang diambil oleh pedagang perantara.
1.2 Perumusan Masalah
Kecamatan Kayu Aro merupakan salah satu kecamatan yang menyumbang lebih dari 50 persen produksi kentang di Kabupaten Kerinci setiap tahunnya.
Daerah tujuan pemasaran kentang dari kecamatan ini, tidak hanya dilakukan pada
pasar-pasar yang ada di Kabupaten Kerinci, namun juga dilakukan sampai pasar- pasar yang berada di luar Kabupaten Kerinci, bahkan dipasarkan sampai di luar
Provinsi Jambi. Semakin jauh daerah tujuan pemasaran kentang, maka semakin banyak lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses pemasaran kentang
dari petani ke konsumen. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan harga di tingkat petani dan di tingkat konsumen Tabel 5 yang berarti adanya margin tataniaga
yang di ambil oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat. Penurunan harga kentang di tingkat petani yang terjadi pada bulan Januari
2012 Tabel 5 sebesar 68,4 persen dari harga rata-rata pada tahun sebelumnya membuat resah petani kentang di Kecamatan Kayu Aro, karena dari harga yang
mereka terima tersebut, mereka mendapat keuntungan yang rendah, bahkan bagi sebagian petani harga tersebut tidak memberikan mereka keuntungan sama sekali,
karena impas dengan biaya yang harus mereka keluarkan untuk bertanam kentang. Ketidakseimbangan harga yang diterima petani dengan harga di tingkat pedagang
pengecer dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti tingginya biaya tataniaga yang digunakan dalam kegiatan pemasaran kentang hingga ke tingkat konsumen
akhir, dan kurangnya informasi pasar yang dibutuhkan oleh pelaku pasar yang terlibat
dalam aktivitas
pemasaran. Informasi
pasar dikatakan
baik ketersediaannya apabila pasar pada wilayah produksi terintegrasi cukup kuat
dengan pasar di wilayah konsumsi. Dengan demikian perubahan harga dapat segera diketahui dan akhirnya proses pengambilan keputusan oleh petani dapat
dilakukan dengan baik dan tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan permasalahan yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
2. Bagaimana penyebaran margin, farmer’s share, dan rasio keuntungan
terhadap biaya pada masing-masing saluran tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
3. Bagaimana efisiensi operasional dan efisiensi harga pada sistem tataniaga
kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
1.3 Tujuan Penelitian