Pada saluran II ini, terdapat empat orang pedagang grosir dengan total volume kentang yang dibeli oleh pedagang grosir yang ada di Jambi sebanyak 56
Ton per minggu. Harga yang terjadi antara pedagang pengumpul dengan pedagang grosir berkisar antara Rp 3.500-Rp 3.700 per kilogram. Pedagang grosir
pada saluran II, melakukan aktivitas pembelian setiap tiga kali seminggu, dimana pembelian yang dilakukan tidak terfokus pada komoditas kentang saja, namun
juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya seperti kol, kubis, dan cabe. Begitu juga dengan pedagang pengecer, sebagian besar pedagang
pengecer membeli kentang ke pedagang grosir setiap dua hari sekali. Selanjutnya kentang yang telah dibeli oleh pedagang grosir, akan dijual ke
pedagang pengecer baik yang ada di Pasar Induk Angso Duo Jambi, ataupun pedagang pengecer yang ada di pasar-pasar lain di Kota Jambi. Namun dalam
penelitian ini, pengambilan responden pedagang pengecer hanya terbatas pada 10 pedagang pengecer yang ada di Pasar Induk Angso Duo, Jambi. Volume
penjualan kentang oleh pedagang grosir rata-rata sebanyak 14 Ton per minggu dengan harga jual ke pedagang pengecer berkisar antara Rp 4.000-Rp 4.500 per
kilogram. Pada tingkatan pedagang pengecer, total volume kentang yang dijual ke konsumen sebanyak 234 kilogram per minggu, dengan harga jual yang relatif
sama antar pedagang pengecer satu dengan yang lainnya, yaitu Rp 5.000 per kilogram.
6.1.3 Saluran Tataniaga III
Saluran tataniaga III merupakan saluran luar daerah dari tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro. Saluran III dibagi menjadi dua bagian saluran yaitu
saluran IIIa terdiri dari petani pedagang pengumpul pedagang grosir pedagang pengecer dan saluran IIIb terdiri dari petani pedagang pengumpul
pedagang grosir pedagang grosir Riau. Berdasarkan hasil kuisioner, terdapat 10 petani responden yang menjual hasil panennya ke pedagang pengumpul dengan
total volume penjualan kentang 128 Ton per minggunya. Harga yang terjadi antara petani dan pedagang pengumpul berkisar antara Rp 2.600-Rp 3.000 per
kilogram. Kentang yang telah dibeli oleh pedagang pengumpul, kemudian dijual ke pedagang grosir yang ada di Pasar Padang Luar, Bukittinggi. Terdapat empat
orang pedagang pengumpul yang menjual kentang ke pedagang grosir di
Bukittinggi dengan volume kentang yang dijual 90,6 Ton per minggu. Proses pengangkutan kentang, biasanya dikirim menggunakan truk milik pedagang
pengumpul setiap enam kali seminggu, dengan biaya pengangkutan sepenuhnya ditanggung oleh pedagang grosir di Bukittinggi. Harga beli yang diterima oleh
pedagang grosir di Bukittingi berkisar antara Rp 3.500-Rp 3.600 per kilogram. Terdapat tiga orang responden pedagang grosir pada saluran III, dimana
satu orang pedagang grosir menjual sebagian kentangnya kepada pedagang pengecer yang ada di pasar tersebut saluran IIIa. Dua orang pedagang grosir
lainnya menjual seluruh kentangnya ke pedagang grosir luar kota di Riau saluran IIIb. Pada saluran IIIa, pedagang grosir menjual sebanyak 245 kilogram kentang
setiap minggunya kepada lima orang pedagang pengecer di Pasar Padang Luar, Bukittinggi dengan harga jual Rp 3.800 per kilogram. Kecilnya volume penjualan
kentang Kayu Aro pada pedagang pengecer di pasar ini, disebabkan adanya kentang lokal Bukittinggi, dan juga kentang Alahan Panjang yang juga dijual di
pasar ini, dengan harga yang bersaing. Sehingga pedagang grosir yang menjual kentang Kayu Aro, lebih banyak menjual kentang mereka ke daerah Riau, karena
permintaan akan kentang Kayu Aro di daerah Riau cukup besar. Pada tingkat pengecer, harga jual kentang kepada konsumen akhir adalah Rp 5.500 per
kilogram. Pada saluran IIIb, pemasaran kentang oleh pedagang grosir di Pasar
Padang Luar, Bukittinggi dilakukan enam kali seminggu dengan tujuan pedagang grosir yang ada di beberapa daerah di Provinsi Riau, seperti Pekanbaru, Dumai,
Ujung Batu, dan Bagan Siapi-api. Volume penjualan kentang ke pedagang grosir di Riau mencapai 90,35 Ton per minggu, dengan harga yang terjadi antara
pedagang grosir Bukittinggi dengan pedagang grosir Riau adalah Rp 3.800 per kilogram.
6.1.4 Saluran Tataniaga IV