koefisien
1
0 dan koefisien
3
= 0, maka IMC menjadi tak hingga. Hal ini menunjukkan pasar tersebut mengalami segmentasi pasar. Integrasi pasar jangka
pendek akan cenderung terjadi pada kondisi dimana
1
3
sehingga nilai IMC antara 0 dan 1. Semakin mendekati nol maka derajat integrasi pasar jangka pendek
relatif tinggi. Jika nilai
2
= 1 berarti bahwa pasar berada dalam keseimbangan jangka panjang yang kuat dimana kenaikan harga di pasar rujukan akan segera
diteruskan ke pasar lokal. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koefisien
2
digunakan untuk mengetahui keterpaduan jangka panjang dan IMC untuk mengetahui ketertpaduan pasar jangka pendek. Keterpaduan jangka pendek
disebut juga keterkaitan pasar dalam menjelaskan bagaimana pelaku pemasaran berhasil menghubungkan pasar-pasar yang secara geografis terpisah melalui aliran
informasi dan komoditas. Beberapa aktivitas seperti peningkatan informasi pasar, pemberian label,
grading dan standarisasi dapat meningkatkan efisiensi harga. Dalam beberapa keadaan, peningkatan efisiensi operasional dapat menurunkan efisiensi harga atau
sebaliknya. Namun hal tersebut tidak perlu dipertentangkan karena yang menjadi perhatian utama adalah tersedianya pilihan bagi konsumen dan harga yang
merefleksikan biaya Kohls dan Uhl 2002.
3.2 Kerangka Operasional
Tataniaga kentang di Kabupaten Kerinci melibatkan petani dan lembaga- lembaga tataniaga dalam mendistribusikan kentang hingga sampai kepada
konsumen akhir. Bargaining position petani dalam tataniaga kentang di Kabupaten Kerinci cukup lemah dibandingkan dengan lembaga tataniaga lainnya.
Hal ini terlihat dari besarnya selisih harga yang diterima petani dengan harga yang diterima konsumen akhir Tabel 5. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan yang
layak untuk diteliti yaitu: Bagaimana tataniaga kentang dan bagaimana efisiensi tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci.
Petani dan masing-masing lembaga tataniaga saling berinteraksi dan mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam saluran tataniaga. Lembaga
tataniaga berfungsi sebagai perantara petani dengan konsumen akhir. Lembaga tataniaga terdiri dari pedagang pengumpul, grosir, pedagang antar kota, dan
pedagang pengecer. Dalam penelitian ini pengambilan responden terhadap petani
dengan menggunakan metode purposive dan pengambilan sampel terhadap lembaga tataniaga menggunakan snowball sampling. Interaksi yang terjadi dapat
dianalisis dengan pendekatan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan dalam menganalisis lembaga dan saluran tataniaga, fungsi-
fungsi tataniaga, struktur pasar dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif digunakan dalam menganalisis margin tataniaga,
farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya, dan analisis keterpaduan pasar dengan menggunakan Index of Market
Connection. Alur kerangka pemikiran opersional dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kentang di Kabupaten Kerinci : Daya Tawar bargaining power petani rendah
Ketersediaan informasi pasar yang belum memadai
Bagaimana sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana penyebaran margin, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing saluran
tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana efisiensi operasional dan efisiensi harga pada sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten
Kerinci?
Analisis Kualitatif : Saluran dan Lembaga Tataniaga
Fungsi-fungsi Tataniaga Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis Kuantitatif : Margin Tataniaga
Farmer’s share Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Analisis Keterpaduan Pasar Kentang di Kabupaten Kerinci :
Daya Tawar bargaining power petani rendah Ketersediaan informasi pasar yang belum memadai
Bagaimana sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana penyebaran margin, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing saluran
tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana efisiensi operasional dan efisiensi harga pada sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten
Kerinci?
Hasil dan Kesimpulan
Efisiensi Tataniaga Kentang di Kecamatan Kayu Aro
Analisis Kualitatif : Saluran dan Lembaga Tataniaga
Fungsi-fungsi Tataniaga Struktur dan Perilaku Pasar
Analisis Kuantitatif : Margin Tataniaga
Farmer’s share Rasio Keuntungan Terhadap Biaya
Analisis Keterpaduan Pasar Kentang di Kabupaten Kerinci :
Daya Tawar bargaining power petani rendah Ketersediaan informasi pasar yang belum memadai
Bagaimana sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana penyebaran margin, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing saluran
tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci?
Bagaimana efisiensi operasional dan efisiensi harga pada sistem tataniaga kentang di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten
Kerinci?
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian