Hasil Belajar Penguasaan Kompetensi Ranah Kognitif

c. Memprediksi d. Merancang model mobilpesawat sederhana e. Menciptakan produk baru 6 Evaluasi evaluation Mempertimbangkan dan menilai benar-salah, baik-buruk, bermanfaat – tidak bermanfaat. Contoh: a. Mempertahankan pendapat b. Beradu argumentasi c. Memilih solusi yang lebih baik d. Menyusun kriteria penilaian e. Menyarankan perubahan f. Menulis laporan g. Membahas suatu kasus h. Menyarankan strategi baru Dalam menerapkan keenam tingkatan kognitif, perlu diperhatikan eksitensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah, kongkrit, sederhana tingkat pengetahuan sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks dan abstrak tingkat evaluasi. Apabila tujuan instruksional ditulis sesuai dengan tingkat yang berbeda-beda ini maka perancang pembelajaran akan mendapatkan berbagai tipe tugas dan penilaian yang berbeda pula tetapi lebih cocok dengan kebutuhan pendidikan. Menurut Martinis Yamin salah satu lagi yang perlu diketahui adalah “taksonomi tujuan instruksional tidak menyediakan rumusan umum tentang cara mengajar agar tujuan instruksional dapat tercapai. ” 9 9 Martinis Yamin. Op. Cit., h. 32 Berikut ini penjelasan dari kompetensi pengetahuan dalam kurikulum 2013. 10 Tabel 2.2 Kompetensi Inti Pengetahuan KI 3 Kelas X, XI, dan XII Sekoah Menengah Atas Madrasah Aliyah KOMPETENSI INTI KELAS X KOMPETENSI INTI KELAS XI KOMPETENSI INTI KELAS XII 1. Memahami, menerapkan, menganalisis engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 1. Memahami, menerapkan, menganalisis engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 2. Memahami, menerapkan, menganalisis engetahuan faktual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah Pembelajaran Ekonomi bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Namun tujuan umum pembelajaran ekonomi adalah memperdayakan siswa agar memiliki kecakapan berfikir, membentuk warga negara yang aktif 10 Kunandar, Op. Cit., h. 166 bertanggung jawab serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep ilmu pengetahuan sosial IPS. Sasaran dan tujuan-tujuan pembelajaran ekonomi di atas dapat dikaitkan menjadi : a Pengembangan aspek pengetahuan kognitive b Pengemabangan aspek nilai dan kepribadian affective c Pengembangan aspek keterampilan psycomotorik 11 Dengan tercapainya tiga sasaran pokok tersebut diharapkan akan tercipta manusia-manusia yang berkualitas, bertanggung jawab atas penggunaan bangsa dan negara serta ikut bertanggung jawab terhadap perdamaian dunia.

3. Bentuk Penilaian ranah Kognitif

Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun tertulis. Menurut Sudaryono tes tertulis bisa berbentuk “tes objektif benar-salah, menjodohkan, pilihan berganda, dan jawaban singkat dan tes essai yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan, dan menilai suatu ide. ” 12 Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum penilaian ran ah kognitif berbentuk “Teknik tes tertulis ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: Soal dengan memilih jawaban selected response, mencakup: pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan”. 13

a. Tes Lisan

Menurut Anas Sudijono, tes lisan harus berlangsung secara wajar. Pertanyaaa tersebut mengandung makna bahwa tes lisa itu 11 Martcy Chrisna Dwi Putranti, Skripsi “ Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Materi Ekonomi ”, Jakarta: UIN, 2012, h. 28 12 Sudaryono, Op. Cit., h. 46 13 Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013, Tentang Implementasi Penilaian, h. 62 jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup atau panic dikalangangan taste. Karena itu, dalam mengajukan pertanyaan- pertanyaan kepada testee harus menggunakan kata-kata yang halus, bersifat sabar dan tidak emosional. ” 14 Dimana tes lisan melatih peserta didik untuk mndapatkan pertanyaan secara lisan yang harus dijawab secara lisan pula. Jadi tes lisan disini yang merupakan tes yang diberikan oleh seeorang pendidik kepada peserta didik dengan cara lisan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah “tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan Tanya jawab secara langsung untuk mengetahui kemampuan- kemampuan berupa berpikir siswa dalam memecahkan suatu masalah, mempertanggung jawabkan pendapat, penggunaan bahasa, dan penguasaan materi pelajaran. ” 15 Tabel 2.3 Kelebihan dan Kelemahan Tes Lisan 16 Kelebihan Tes Lisan Kelemahan Tes Lisan 1. Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung. 1. Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes, 2. Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab 2 Waktu pelaksanaan yang diperlukan. 14 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2009, h. 155 15 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, h. 219 16 http:dayanmaulana.blogspot.com201103tes-lisan.html Di Akses pada tanggal 24 November 2014. Pukul 13:37 WIB peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud. 3 Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik. 3 Sangat memungkinkan ketidakadilan 4 Siswa dapat mengemukakan argumentasi 4 Subjektifitas tinggi 5 Dapat mengevaluasi kemampuan penalaran 5 Memerlukan waktu yang lama 6 Dapat mengevaluasi kemampuan berbahasa lisan 6 siswa dapat melakukan ABS 7 Dapat melakukan pendalaman materi 7 jika siswa memiliki sifat gugup dapat mengganggu kelancaran menjawab 8 Tidak mungkin terjadi penyontekan 8 Kurang reliabel 9 Bahan ujian dapat luas dan mendalam

b. Tes Tetulis

Tes tertulis atau sering disebut paper dan pencil test adalah test yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Tes tertulis ada dua bentuk, yaitu bentuk uraian essay dan bentuk objektif objective. Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, “sedangkan kekuatan tes tertulis adalah kemampuan memilih kata-kata, kekayaan informasi, kemampun berbahasa, kemampuan memadukan ide-ide, dan proses berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata. ” 17 Berikut bentuk-bentuk tes tertulis: 17 Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h. 114 1 Tes Essay Shelley O’ hara mengatakan: “Probably the most dreaded type of question is the essay question, because you aren’t given any answers to choose from and you are faced with a blank page that you need to compete”. Menurut pendapatnya bahwa yang paling ditakuti dari sejumah bentuk tes adalah tes essay, karena tidak diberikan jawaban untuk dipilih dan anda dihadapkan dengan sebuah halaman kosong yang harus diselesaikan. 18 Menurut Armei Arief, tes essay yaitu “test yang disusun sedemikian rupa sehingga jawabannya terdiri dari beberapa kalimat. Untuk menjawab pertanyaan sangat memerlukan waktu yang banyak, dan murid boleh menjawab sepuas-puasnya dan seluas-luasnya. ” 19 Berikut contoh tes essay sebagai berikut: 20 1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi? Jelaskan perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan ekonomi Tebel 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Tes Essay 21 Kelebihan Tes Essay Kelemahan Tes Essay 1. Guru tidak terlalu sulit untuk menyusun bentuk tes uraian. 1. Soal lazimnya terbatas sehingga cakupan materi evaluasi juga terbatas. 2. Melatih siswa mengkontruksi gagasannya dengan baik kemudian mengekpresikannya ke dalam sebuah jawaban tertulis sebagai bentuk komunikasi dengan guru. 2. Jawaban heterogen sehingga sering menyulitkan dalam menilai. 18 Shelley O’hara, Improving Your Study Skills, Canada: Wiley, 2006, h. 96 19 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:Ciputat Pers, 2002, h. 63 20 Mardiyatmo, Ekonomi SMA Kelas XI, Jakarta: Yudhistira,2011, h. 50 21 http:www.pustakasekolah.comessay-test-kelebihan-dan-kekurangannya.html_ Di Akses Pada Tanggal 24 November 2014. Pukul 13:46 WIB 3. Hemat ekonomis karena sarana kertas untuk menjawab terbatas. 3. Subyektifitas penilai sulit dihindari. 4. Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga. 5. Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa. 2 Tes Objektif

a. Tes benar-salah true-false

Menurut Zaenal Arifin bentuk tes benar salah B-S adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. ” 22 Menurut Surapranata, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan bentuk soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka mengembangkan soal , “kelebihan pertama mudahnya membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit pernyataan yang terdapat dalam buku atau membuat sama pernyataan yang terdapat dalam buku misalnya, akan diperoleh soal benar-salah. Kelemahannya soal benar-salah adalah berkaitan dengan kemampuan yang hendak diukur. ” 23 Lazimnya, jawaban benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0. Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan ganda, benar-salah, isian singkat, maupun menjodohkan. 22 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Rosdakarya. 2011, h. 136 23 Sudaryono, Op. Cit., h. 108