Tes Lisan Bentuk Penilaian ranah Kognitif

3. Hemat ekonomis karena sarana kertas untuk menjawab terbatas. 3. Subyektifitas penilai sulit dihindari. 4. Kualitas tulisan, panjang pendeknya kalimat sering berpengaruh pada sikap guru dalam menilai sehingga obyektivitas kurang terjaga. 5. Karakteristik penyusun tes essay yang berlainan sering menimbulkan salah persepsi bagi siswa. 2 Tes Objektif

a. Tes benar-salah true-false

Menurut Zaenal Arifin bentuk tes benar salah B-S adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara fakta dengan pendapat. ” 22 Menurut Surapranata, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan bentuk soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka mengembangkan soal , “kelebihan pertama mudahnya membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit pernyataan yang terdapat dalam buku atau membuat sama pernyataan yang terdapat dalam buku misalnya, akan diperoleh soal benar-salah. Kelemahannya soal benar-salah adalah berkaitan dengan kemampuan yang hendak diukur. ” 23 Lazimnya, jawaban benar diberi skor 1, sedang jawaban salah diberi skor 0. Skor yang dicapai siswa dilakukan dengan menjumlahkan jawaban benar. Jadi, skor siswa sama dengan jumlah jawaban benar. Hal ini berlaku untuk semua jenis tes objektif baik pilihan ganda, benar-salah, isian singkat, maupun menjodohkan. 22 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Rosdakarya. 2011, h. 136 23 Sudaryono, Op. Cit., h. 108

b. Tes Pilihan Ganda multiple choice test

Menurut Karmel dan Karmel dalam Sudaryono, ada sepuluh kriteria tes pilihan ganda yang baik, yakni sebagai berikut: a tes harus relevan; b ada keseimbangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan jumlah butir tes yang mewakilinya; c efisiensi waktu yang digunakan untuk melakukan tes, pensekoran dan pengadministrasian skor tes; d objektivitas dalam memberikan sekor dan interpretasinya; e kekhususan tes yang mengukur materi pelajaran yang diajarkan di kelas; f tingkat kesukaran setiap butir tes; g kemampuan butir membedakan kelompok siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan rendah; h reliabilitas; i kejujuran dan pemerataan kesempatan; dan j kecepatan menyelesaikan tes. 24 Tabel 2.5 Contoh Format Tes Pilihan Ganda 25 Pengertian pembangunan ekonomi ialah…. a. Perluasan industry dan perdagangan b. Pertambahan peralatan dan sarana pembangunan c. Kenaikan produksi dan pertambahan pendapatan d. Perubahan yang terus-menerus untuk kesempurnaan e. Peningkatan sarana dan prasarana perekonomian

c. Menjodohkan matcing test

Tes objektif bentuk matching sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari pasangan, tes menyesuaikan, tes mencocokan dan tes mempertandingkan. Ciri-ciri antara lain yakni tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Menurut Anas Sudijono tugas testee adalah “mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang 24 Sudaryono, Op. Cit., h. 111 25 Mardiyanto, Op. Cit., h. 51 telah tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasagan, atau merupakan “jodoh” dari pertanyaannya.” 26 Kelebihan tes tertulis bentuk menjodohkan adalah: 1. Waktu membaca dan merespon relatif singkat 2. Mudah untuk dibuat 3. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk menjodohkan adalah: 1. Meteri soal menjodohkan dibatasi oleh factor ingatan atau pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat penafsiran 2. Sulit menyusun soal menjodohkan yang mengandung sejumlah respon yang homogen 3. Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak relevan 27

d. Tes isian completion test

Alat tes isian biasanya berbentuk cerita atau karangan pendek, yang pada bagian-bagian yang memuat istilah atau nama tertentu dikosongkan. Menurut Muhibbin Syah “tugas siswa dalam hal ini berpikir untuk menemukan kata-kata yang relevan dengan karangan tersebut. Lalu kata-kata dituliskan pada titik-titik atau ruang kosong yang terdapat pada bagian tadi. ” 28 Contoh : 1. Columbus menemukan Benua Amerika pada tahun….. 26 Anas Sudijono, Op.Cit., h. 111 27 Kunandar, Op. Cit., h. 208 28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2010, h 146