2. Perilaku Pengurangan Kualitas Audit
a. Pengertian Perilaku Pengurangan Kualitas Audit
Seperti yang telah diungkapkan, kualitas audit merupakan hal penting, hal tersebut dikarenakan audit yang berkualitas dapat
menghindarkan auditor dari risiko salah memberikan opini yang dapat berdampak pada kesesatan dalam pengambilan keputusan oleh pemakai
laporan audit. Meskipun begitu, Beberapa kasus kegagalan audit yang terjadi belakangan ini seperti pada kasus PT. Kimia Farma, Enron dan
PT KAI menimbulkan dugaan adanya Perilaku Pengurangan Kualitas Audit yang dilakukan auditor. Perilaku Pengurangan Kualitas Audit
yang dilakukan auditor ini menyebabkan keefektifan bukti audit menjadi berkurang sehingga berakibat pada pemberian opini yang tidak
tepat yang dapat menyesatkan pengguna laporan audit. Perilaku Pengurangan Kualitas Audit atau disebut juga dengan
Perilaku Penurunan Kualitas Audit Reduced Audit Quality Behavior diartikan sebagai tindakan yang sengaja dilakukan oleh auditor selama
masa penugasan dengan melakukan pengurangan bukti – bukti audit
dengan tidak tepat Conram et al, 2003. Pernyataan tersebut mendukung pernyataan Malone dan Robert 1996 yang menyatakan
bahwa Perilaku Pengurangan Kualitas Audit merupakan semua tindakan yang dilakukan auditor yang dapat mereduksi efektivitas bukti
– bukti audit yang dikumpulkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada praktiknya, tidak semua prosedur audit yang telah tercantum dalam
program audit dilaksanakan oleh auditor. Perilaku ini menyebabkan
bukti audit yang dikumpulkan selama pelaksanaan audit tidak dapat diandalkan, salah atau tidak memadai secara kualitas maupun kuantitas
Herrbach, 2001. Bukti audit yang dapat digunakan sebenarnya harus memenuhi
beberapa persyaratan diantaranya persuasif, relevan, bebas dari bias dan objektif. Mc Guy, 2002. Bukti dikatakan persuasif apabila bukti
tersebut mencukupi baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk mendukung auditor dalam melakukan pengambilan keputusan. Relevan
apabila bukti tersebut mendukung tujuan atau asersi yang sedang diuji. Bebas dari bias apabila bukti tersebut tidak terlalu mempengaruhi satu
alternatif terhadap lainnya dan objektif apabila auditor memiliki kesimpulan yang sama berdasarkan pemeriksaan bukti.
Berdasarkan kriteria diatas maka dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan bukti yang relevan maka dalam kondisi apapun, auditor
harus melakukan keseluruhan prosedur audit yang disyaratkan seperti observasi fisik apabila ingin menentukan keberadaan fisik suatu
persediaan, untuk memperoleh bukti yang bebas dari bias auditor tidak bisa menggunakan penjelasan dari klien sebagai salah satu bukti audit,
karena penjelasan dari klien rawan dari bias. Namun, pada kenyataannya alasan waktu yang terbatas, biaya dan hal lainnya sering
menjadi alasan mengapa pada sebagian besar prosedur audit auditor tidak melakukan keseluruhan prosedur audit seperti observasi fisik dan
menggunakan pendapat klien yang lemah sebagai bukti audit, padahal sebenarnya bukti
– bukti tersebut tidak mampu dan tidak cukup untuk
dijadikan sebagai dasar bagi auditor untuk mendeteksi adanya kesalahan pada laporan keuangan yang disusun oleh klien. Akibatnya
laporan audit yang dihasilkan dapat menyesatkan pengguna.
b. Bentuk