Tambahan dari TS yakni anak berarti keturunan. Namun, dalam suku Batak Toba ada perbedaan penyebutan untuk anak
berdasarkan jenis kelaminnya. Anak yang berjenis kelamin laki-laki disebut anak. Sedangkan, anak yang berjenis kelamin perempuan
disebut boru. Pasangan TS dan ST serta informan MM tidak setuju atas cara
pandang orang suku Batak Toba yang membedakan anak laki-laki dan perempuan. Menurut pasangan TS dan ST, anak perempuan
kurang dianggap dalam keluarga karena cara pandang ini. Cara pandang informan MM juga berbeda dengan orang suku Batak Toba
pada umumnya. MM tidak membedakan anak laki-laki dan perempuan.
d. Proses Penerimaan Diri Ketiga Pasangan TS dan ST, MM dan
SS, PT dan TN
Pada penelitian ini, fokus yang menjadi utama adalah memahami bagaimana pasangan suku Batak Toba berupaya
menerima diri atas keadaan keluarganya yang tidak memiliki anak laki-laki. Hasil dari penelitian yang peneliti temukan menunjukkan
bahwa ketiga pasang informan melalui proses menuju penerimaan diri yang berbeda-beda. Secara individu, para informan juga melalui
proses yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, para pasangan belum mencapai tahap penerimaan kecuali informan MM.
Informan pasangan TS dan ST melalui tahap yang berbeda. Sebelum kelahiran anak bungsu keenam, informan TS melalui
tahap anger sejak anak kedua kemudian saat kelahiran anak bungsu tahap denial dibarengi rasa bersalah. Setelah kelahiran anak bungsu
TS mengalami tahap depression tetapi ada usaha menghibur diri. Meskipun ada usaha menghibur diri, TS kembali ke tahap depression
dan dibarengi dengan adanya koping terhadap nilai religious sebagai usaha menghibur diri. TS kembali regresif ke tahap anger dibarengi
lagi dengan usaha menghibur diri. Sementara itu, pasangannya ST sebelum kelahiran anak bungsu keenam ada rasa cemburu hingga
menjelang kelahiran anak keenambungsu melalui tahap anger berupa kemarahan, keluhan, terkejut dan rasa gusar. Saat kelahiran
anak bungsu, meskipun kurang bahagia tetapi tetap mau bersyukur. Meskipun bersyukur, tahap anger muncul lagi kemudian berganti
menjadi tahap depression dan dibarengi dengan usaha mengibur diri hingga saat ini.
Sementara itu, informan pasangan MM dan SS juga melalui tahap yang berbeda. Informan MM dalam mencapai tahap
acceptance melalui usaha menghibur dirinya dan bargaining, kemudian berganti menjadi tahap bargaining dan memiliki harapan
baru untuk memiliki anak laki-laki hingga sebelum saat kelahiran anak bungsu ketujuh. Saat kelahiran anak ketujuh bungsu, ada
koping yang digunakan oleh MM hingga MM berusaha menghibur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI