Profil dan Observasi Informan TN

didapat atas pemberian Tuhan. Menurut PT nilai hasangapon tercapai dengan memiliki keturunan yang lengkap disertai dengan perilaku dan perekonomian yang baik. Sedangkan, bagi TN nilai hasangapon dapat tercapai dengan mendidik anak menjadi anak yang beriman dan berpendidikan. Selain itu, anak menghormati orang tua dan berkelakuan baik sehingga orang tua menjadi bangga. Berikut kutipan wawancara pasangan PT dan TN: “Hamoraon ya termasuk lah tadi kalo kita dalam pekerjaan udah sukses udah mapan ekonomi pun. Kalo hamoraon itu nanti tergantung rejeki kita nantinya. hasangapon gimana kita mau dihargai orang kita enggak punya keturunan. Kalo hamoraon, hamoraon itu kan kekayaan kalo kekayaan itu kan pada umumnya kalo orang kaya kan udah otomatis dipandang orang tapi biarpun dia kaya kalo dia enggak punya keturunan, kekayaan itu hartanya itu mau ditaruh kemana kan nantinya. Tapi kalo itu tadi dilengkapi dengan itu semua, itu sudah pasti terpandang” 7-8, 14-15, 20-22, 40-41, PT. “Kalo saya ya harus bekerja keras lah supaya anak-anak ini bisa bersekolah. Ee kalo hasangapon, supaya kita tuh e sangab hasangapon tadi itu, ya kita mendidik anak menjadi anak-anak Tuhan yang beriman supaya anak- anak ini menjadi anak yang baik di depan kita sesama manusia dan lebih di hadapan Tuhan. Jadi mengajarkan anak ini supaya jadi anak yang beriman, pengikut Tuhan Yesus Kristus” 11-14, TN.

i.2. Arti Dan Peranan Anak Dalam Adat Budaya Suku Batak Toba

Berdasarkan hasil wawancara dengan pasangan PT dan TN terkait arti dan peranan anak dalam suku Batak Toba dinyatakan dalam dua bagian yaitu makna anakhon hi do hamoraon di au dan arti serta peranan anak itu sendiri. Pasangan PT dan TN memiliki pemikiran yang berbeda terkait makna dari anakhon hi do hamoraon di au. Menurut PT maknanya adalah anak merupakan hal yang terpenting dalam hidup dan orang tua akan berusaha melakukan apapun agar kehidupan anaknya menjadi lebih baik. Namun, anak tersebut juga harus menyayangi, menghormati dan menghargai orang tua. Sedangkan, menurut TN yakni anak yang berhasil dan sukses akan membuat orang tua menjadi bangga dan senang. Berikut pernyataan PT dan TN: “Kalo anakhon hi do hamoraon di au sebenarnya pengertiannya itu ya kalo kita bisa membuat anak kita sukses, bisa kita buat anak kita itu bisa tercapai cita-cita si anak tadi itulah yang artinya hamoraon tadi anakhon hi do hamoraon di au. Kalo si anak itu contohnya aku punya anak tapi si anak ini endak bisa saya bina sekolah, kebutuhannya endak bisa saya turuti, pendidikannya, sekolahnya endak bisa saya turuti saya buat sekolah berarti bukan bukan lagi anakhon hi do hamoraon di au berarti itu sebenarnya asal punya anak punya keturunan, yang artinya hamoraon itu istilahnya jadi harta. harus bisa si anak nanti bertanggungjawab sama orang tuanya, bisa memenuhi apa istilahnya e memperingan orang tua. Yang pertama dari segi e perhatianlah, kedua e dari segi bantuan atau bentuk materi apa ee pokoknya intinya itulah si anak harus bisa memperhatikan orang tuanya ya itulah yang artinya hamoraon.” 50-54, 62-64, PT. “Ya kesenangan makna dari anakhon hi do hamoraon di au. Kalo anak-anak ini berhasil, tercapai cita-cita jadi bangga dan senang lah saya” 16-17, TN. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pasangan PT dan TN memahami arti dan peranan anak laki-laki sebagai penerus keturunan marga, bertanggung jawab dalam adat dan bertanggung jawab terhadap keluarga orang tuanya karena bermarga sama. PT menambahkan bahwa dalam adat budaya suku Batak Toba secara umum anak berperan dalam menciptakan hubungan sosial dengan pihak keluarga lain Dalihan Na Tolu. Anak juga bertugas menjaga nama baik orang tua atau keluarganya dan membanggakan kedua orang tuanya. Sedangkan, anak perempuan akan ikut pihak suami bukan keluarganya lagi dan akan menciptakan hubungan keluarga dengan pihak suami yang berbeda marga setelah menikah. “Intinya disitu, dia harus bisa menjadi anak yang bergunalah taruhlah di lingkungan di skop orang Batak dulu, dia itu harus bisa jadi panutan, si anak itu harus bisa dihargai dan juga harus menghargai orang tua dan si anak ini harus menjunjung tinggi e nama orang tuanya. Kalo dari hubungan sosialnya manat mardongan tubu, elek marboru, somba marhula-hula Dalihan Na Tolu. Nah makanya si anak itu mau sekaya apapun itu sehebat apapun itu anak perempuan itu tadi itu adalah hak orang ya memang sih kita punya hak tapi enggak sepenuhnya tapi kalo anak laki-laki sepenuhnya hak kita. Nah itu tadi perbedaannya. Kalo anak perempuan tadi ya paling- paling yang namanya ibarat keluargalah, hubungan keluarga dengan orang lain bisa kita minta tolong. Ya cuma sebatas itulah. Tapi kalo untuk bertanggung jawab dengan orang tua intinya anak laki-laki yang bertanggung jawab memang. Si perempuan itu bisa bertanggung jawab bukannya enggak bisa tapi yang punya e intinya yang punya hak untuk si orang tua itu si anak laki-laki cuma itu. Tanggung jawab itu ya tanggung jawab anak laki-laki” 80-82, 102-103, 114-119, PT. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI