Profil dan Observasi Informan ST

anaknya baik bisa jadi sangab terhormat juga. Kalo hagabeon tadi itu yang mempunyai anak laki-laki dan perempuan. Kalo tidak punya dua jenis kelamin anak itu tadi enggak disebut gabe lengkap di adat Batak Toba gitu” 2-7, ST. “Hagabeon tadi itu punya keturunan tercapai dengan punya anak, ada harga diri hasangapon. Ya hamoraon itu kan kekayaan ya dengan bekerja keras kalo hagabeon itu punya anak laki ya lengkap lah kan perempuan juga, pangkat ato tadi yang kamu katakan hasangapon itu pekerjaanlah misalnya berpangkat dia” 4, 42-43, TS. Menurut TS, cara mencapai nilai hamoroan yaitu dengan bekerja keras dan nilai hasangapon tercapai melalui pangkat yang dimiliki dalam pekerjaan. Sedangkan, menurut ST hamoraon tercapai dengan ekonomi yang baik. Ekonomi yang baik dan memiliki keturunan yang lengkap akan membuat seseorang mencapai nilai hasangapon. Menurut TS dan ST, cara mencapai nilai hagabeon yaitu dengan memiliki anak laki-laki dan perempuan. Dalam menyikapi nilai 3H, TS menganggap bahwa filosofi tersebut merupakan hal yang penting bagi orang suku Batak Toba. Tetapi, ketiga nilai tersebut tidak lagi menjadi suatu kekurangan bila tidak tercapai karena adanya agama yang telah banyak diyakini oleh suku Batak Toba sekarang ini seperti yang diungkapkan: “Kalo saya menganalisa, bagi saya itu tidak masalah artinya begini karena ketika jaman dulu sudah beda dengan jaman sekarang. Dulu memang mungkin seperti itu ya, nah sekarang kan sudah dipoles dengan agama. Artinya itu bukan menjadi hal yang aneh lagi atau hal yang ganjil atau hal yang pokoknya bukan bukan menjadi sesuatu kekurangan” 5-8, TS. Menurut TS, tidak ada orang yang bisa mencapai ketiga nilai tersebut. Kemungkinan yang dapat tercapai hanya dua dari tiga nilai 3H saja. ST mengungkapkan dampak yang terjadi bila seorang suku Batak Toba tidak bisa mencapai nilai tersebut maka akan mengalami kendala. Jika seorang suku Batak Toba tidak memiliki ekonomi yang baik maka akan kurang diterima dalam lingkungan karena secara tidak langsung ekonomi menentukan kehormatan seseorang dalam lingkungan. “Kita harus akui itu, jadi artinya yang kita bilang tadi hamoraon, pangkat, posisi dan segala macam baru keturunan hagabeon nah yang tiga tadi ini kan, enggak bakalan dia dapat, enggak bakalan dimanapun kamu lihat. Jadi kamu garis bawahi apa yang Opung katakan, tidak mungkin didapatkan seseorang apa itu hagabeon, hasangapon dan hamoraon. Kemungkinan dia dapat dua hagabeon dan pangkat atau miskin tidak berpangkat tapi banyak keturunan. Jadi pasti salah satu, dia enggak akan mungkin, endak lengkap” 29-33, TS. “Sebenarnya kalo kita tidak bisa mengikuti zaman, hamoraon tadi kita dengan sendirinya ya kurang masuk dengan dengan komunitas misalnya dengan sesuku kita misalnya kalo kita tidak memiliki apa-apa. Taruhlah misal kita katakanlah kita miskin misalnya tidak punya apa-apa, kita dengan sendirinya kurang lah gitu diterima di suku Batak gitu. Jadi dengan adanya ekonomi yang mapan kita dengan sendirinya jadi sangab terhormat gitu. Jadi berdampingan itu semuanya ya, berkaitan gitu” 12-16, ST.

i.2. Arti Dan Peranan Anak Dalam Adat Budaya Suku Batak Toba

Pasangan TS dan ST memaknai ungkapan anakhon hi do hamoraon di au yaitu anak lebih berharga dibandingkan harta kekayaan. TS menambahkan bahwa anak menjadi pegangan hidup orangtua. ST menambahkan bahwa ungkapan tersebut juga memiliki makna yaitu orang tua berjuang dan bekerja demi anak-anaknya. “Artinya gini anakhon hi do hamoraon di au itu sebetulnya sudah menjadi suatu hukum yang nyata sudah jelas kalo kamu punya harta segudang tapi kalo enggak punya anak hampa kan. Artinya jauh lebih penting keturunan dibandingkan harta. Namanya juga enggak punya keturunan, untuk apalah hidup seakan-akan hidup itu kosong. Jadi kalo ada anak seakan-akan ada pegangan hidup terlepas masalah anak itu kadang-kadang tidak selalu membuat bahagia orang tua tapi pada prinsipnya memang anakhon hi do hamoraon di au kalo enggak punya anak mau bicara apa?” 78-80, 82-84, TS. “Iya, kalo anakhon hi do hamoraon di au artinya apapun yang kita miliki, yang dimiliki orang tua itu berusaha, bekerja, e banting tulang itu kan untuk anaknya” 72-73, ST. TS menjelaskan bahwa pengertian anak dalam bahasa Batak yaitu keturunan. Namun, ada perbedaan penyebutan untuk jenis kelamin sehingga lebih spesifik. Dalam bahasa Batak Toba, anak laki-laki disebut anak sedangkan anak perempuan disebut boru. Berikut kutipan yang ada dalam wawancara: “Kalo kita menggunakan bahasa yang sederhana, anak itu adalah keturunan mau perempuan mau laki sama hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI