Pemahaman 3H Ketiga Pasangan
Informan pasangan TS dan ST melalui tahap yang berbeda. Sebelum kelahiran anak bungsu keenam, informan TS melalui
tahap anger sejak anak kedua kemudian saat kelahiran anak bungsu tahap denial dibarengi rasa bersalah. Setelah kelahiran anak bungsu
TS mengalami tahap depression tetapi ada usaha menghibur diri. Meskipun ada usaha menghibur diri, TS kembali ke tahap depression
dan dibarengi dengan adanya koping terhadap nilai religious sebagai usaha menghibur diri. TS kembali regresif ke tahap anger dibarengi
lagi dengan usaha menghibur diri. Sementara itu, pasangannya ST sebelum kelahiran anak bungsu keenam ada rasa cemburu hingga
menjelang kelahiran anak keenambungsu melalui tahap anger berupa kemarahan, keluhan, terkejut dan rasa gusar. Saat kelahiran
anak bungsu, meskipun kurang bahagia tetapi tetap mau bersyukur. Meskipun bersyukur, tahap anger muncul lagi kemudian berganti
menjadi tahap depression dan dibarengi dengan usaha mengibur diri hingga saat ini.
Sementara itu, informan pasangan MM dan SS juga melalui tahap yang berbeda. Informan MM dalam mencapai tahap
acceptance melalui usaha menghibur dirinya dan bargaining, kemudian berganti menjadi tahap bargaining dan memiliki harapan
baru untuk memiliki anak laki-laki hingga sebelum saat kelahiran anak bungsu ketujuh. Saat kelahiran anak ketujuh bungsu, ada
koping yang digunakan oleh MM hingga MM berusaha menghibur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya yang dibarengi dengan penerimaan. Berbeda dengan MM, pasangannya SS saat anak kedua melalui tahap anger. Kemudian
saat hamil anak ketiga SS masuk ke dalam tahap bargaining dan saat kelahiran anak ketiga regresif ke tahap anger. Menjelang kelahiran
anak bungsu ketujuh beralih ke tahap depression. Saat kelahiran anak bungsu ketujuh, SS menggunakan koping untuk mengatasi
kendala karena keadaannya yaitu nilai religius, tetapi kemudian kembali ke tahap depression. Setelah kelahiran anak bungsu SS
masih mengalami tahap depression tetapi berupaya menghibur dirinya sampai sekarang.
Pasangan PT dan TN juga berbeda, PT melalui tahap anger disusul bargaining saat anak ketiga, kemudian pada saat kelahiran
anak bungsu kelahiran keenam melalui tahap depression yang dibarengi dengan usaha menghibur diri. Kemudian tahap anger
dibarengi dengan perasaan tertekan hingga kembali terulang mengalami tahap depression. Ada koping yang digunakan untuk
mengatasi keadaan. Sedangkan, pasangan PT yaitu TN melalui tahap anger saat kelahiran anak bungsu tetapi dibarengi rasa syukur atas
kelahiran. Setelah kelahiran anak bungsu, berganti ke tahap depression kemudian regresif ke tahap anger dibarengi depression
sampai sekarang. Dari ketiga pasang informan, peneliti menemukan bahwa yang
melatarbelakangi semuanya ingin memiliki anak laki-laki yaitu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terkait adat budaya suku Batak Toba, penerus keturunan keluarga. Namun, ada faktor lain yang turut melatarbelakangi setiap informan
ingin memiliki anak laki-laki. Seperti pasangan TS dan ST, selain sebagai penerus keturunan, anak laki-laki sebagai penerus harta
warisan dan cara mendapat ulos pansamot dalam adat. Selain alasan utama tersebut, informan TN sendiri ingin memiliki keturunan yang
lengkap yaitu anak perempuan dan laki-laki terlepas dari adat budaya suku Batak Toba. Berbeda dengan informan SS, ada ketakutan akan
diceraikan oleh ibu mertuanya dan informan PT terkait dengan tekanan adat budaya suku Batak Toba situasional. Temuan lainnya
yaitu pihak suami lebih banyak porsinya dalam memberikan dukungan terhadap pasangan mereka masing-masing dalam
menghadapi keadaan tidak memiliki anak laki-laki. Dari hasil ketiga pasang informan penelitian, peneliti juga
menemukan bahwa ketiga pasang informan sama-sama tidak diawali tahap denial dan isolation seperti yang ada dalam tahap penerimaan
diri Kulber-Ross 1998. Peneliti juga menemukan bahwa tahap- tahap yang terjadi pada setiap pasangan bersifat fleksibel. Hal ini
terlihat dari tahapan yang dilalui dapat melompat-lompat tidak berurutan, tidak semua tahapan dilalui, terjadi bersamaan dengan
tahap yang lain dan tahapan dapat berubah yaitu bersifat progresif dan regresif. Hal ini terlihat pada informan pasangan TS dan ST dan
pasangan PT dan TN. Selain itu, selama wawancara berlangsung dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI