1. Pemahaman Mengenai Nilai 3H Hagabeon, Hamoraon dan Hasangapon

mengalami perubahan karena tidak semua orang memiliki cara pandang tersebut. MM memiliki cara pandang yang berbeda dengan orang suku Batak Toba umumnya. Bagi MM tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan, seperti yang muncul dalam wawancara: “Orang kita sekarang kan udah makin maju mau anak laki anak bini sama saja” 95-96, MM. Secara tradisi adat budaya, keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, seluruh harta kekayaannya akan diambil alih oleh oleh pihak saudara laki-laki suami. Meskipun begitu, MM tetap tidak rela jika hartanya diambil oleh saudara laki-lakinya karena keadaannya tidak memiliki anak laki-laki. “Kalo nanti saya udah tua ya katakanlah meninggal jadi kalo ada hak-hak yang saya miliki ya katakan rumah atau apalah, aku endak rela di diambil alih sama seperadek- seperadek saudara-saudara aku. Itu kan hak anakku, kalopun die bini dia perempuan ya dia kan anakku. Ya untuk anakku inilah yang bini perempuan endak boleh diganggu dari anak abang atau anak dari adek” 168-171, MM. ii. Proses Penerimaan Diri Pasangan MM dan SS Proses penerimaan diri pada umumnya melalui lima tahapan proses seperti yang diungkapkan oleh Kubler-Ross yaitu tahap denial and isolation, tahap anger, tahap bargaining, tahap depression dan tahap acceptance. Namun, berdasarkan hasil wawancara, proses penerimaan diri pasangan MM dan SS tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diawali dengan tahap denial dan isolation juga tidak melalui semua tahapan tersebut seperti yang ada dalam teori proses penerimaan diri Kubler-Ross. Pada proses ini juga disajikan peran pasangan dalam proses penerimaan diri masing-masing informan. Selain itu, proses ini dibagi menjadi tiga bagian besar berdasarkan peristiwa yaitu keadaan sebelum kelahiran anak bungsu, saat kelahiran anak bungsu dan setelah kelahiran anak bungsu. Berikut proses dalam penerimaan diri yang dialami oleh pasangan MM dan SS. ii.1. Sebelum Kelahiran Anak Bungsu Berdasarkan hasil wawancara, pada saat sebelum kelahiran anak bungsu, informan SS mengalami beberapa ciri mengarah pada tahap anger dan ada tahap depression. Sedangkan, pasangannya yaitu informan MM, dalam satu yakni peristiwa sebelum kelahiran anak bungsu ada tahap bargaining dan sering menghibur diri dalam prosesnya untuk menerima keadaan serta tahap depression. Saat kelahiran anak pertama dan kedua, ibu mertua SS yang juga merupakan ibu dari suaminya MM, selalu datang berkunjung. Saat kunjungan kelahiran anak kedua, SS mendapat pertanyaan dari ibu mertua terkait kemampuannya untuk melahirkan anak laki-laki. SS sadar pertanyaan itu terlontar dari ibu mertuanya karena ibu mertuanya sangat ingin memiliki cucu laki-laki. Terutama yang berasal dari pasangannya yaitu MM karena MM merupakan anak laki-laki pertama. Tekanan dari pihak keluarga ini membuat SS mulai mengalami kegusaran, kemarahan dan mulai ada tuntutan terutama untuk dirinya memiliki anak laki-laki. Hal ini muncul dari ketakutan SS berpikir negatif bahwa ia berpeluang untuk diceraikan atas saran ibu mertua karena tidak bisa memberi anak laki-laki. SS masuk ke dalam tahap anger. “Anak kedua lahir mertuaku mamaknya Opung lakik kakek datang, anak pertama juga dia datang. Jadi emang sifatnya orang tua, kok belum ada anak laki yang kau lahirkan? Dok inang, baru dua mana tau anak ke 3, ke 4 anak ke 5 anak ke 6 sampai seterusnya laki saya bilang begitu. Ku enggak punya anak laki rasaku tau mua taulah orang dulu kan jadi diceraikanlah kalo a mungkin” 174-178. Hal inilah yang membuat SS terus berusaha mendapat anak laki-laki. Demi mendapat anak laki-laki, SS tergerak pergi ke Gua Maria untuk berdoa meminta kepada Tuhan dengan harapan agar anak ketiganya berjenis kelamin laki-laki. Usaha yang dilakukan oleh SS ini menunjukkan bahwa SS masih berusaha dengan memohon dan menawar bargaining kepada Tuhan agar diberi anak laki-laki. Namun, anak ketiga SS tetap berjenis kelamin perempuan, lagi kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Berikut pernyataan SS: “Kalo ku melahirkan anak pertama perempuan, yah baru anak pertama. Kedua perempuan, ketiga minta laki-laki lah Tuhan. Nah, berdoalah minta ke Tuhan laki-laki kan sampai pernah saya berdoa di Gua Maria untuk meminta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI